Hari ini Tubuhku mulai pulih karna Ku paksakan untuk bekerja. Bagaimana tidak, jika Aku tak bergerak menuju dapur maka Ketiga Anakku akan kelaparan. Tak ada yang iba melihatku yang baru saja keluar dari rumah sakit. Meski Tubuh ini masih lemas Aku harus memasak untuk Ketiga Putraku.
" Kak Via kok, nggak nyisahin Lisa lauk sih!" Ucap Lisa menghentakkan kakinya ke lantai. Kali ini Aku sengaja memberinya pelajaran agar Lisa tak lagi menganggapku seperti Pembantu di rumah ini.
" Maaf Lisa, Lauknya hanya cukup untukku dan Ketiga Putraku. Aku tak bisa membelinya karena tak punya uang." Ucapku dengan lembut.
" Lho, bukannya kemarin Mas Fatir ngasih Amplop sama Zul?" Ucap Ria memojokkanku. Padahal Dia tak sadar jika Lisa membuka belangnya sendiri.
" Darimana Kamu tahu Lisa? Sementara Mas Fatir memberikan Amplop itu Kamu tak berada di sana." Ucapku membalas Lisa.
" Mm, Lisa kira Mas Fatir kasih Amplop.Kan, biasanya setiap Mas Fatir berkunjung kesini, wajib menyisihkan uangnya buat Zul dan Zafran." Alasannya mulai terpojok.
" Iya memang Mas Fatir selalu ngasih Amplop pada Mereka Berdua. Namun sayang, Sesorang yang rakus telah merampas isi Amplop pemberian Om Mereka" Ucapku kesal.
" Kak Via nuduh Lisa?" Tanyanya terpancing.
" Aku tidak pernah menuduhmu. Lagi pula Aku tak menyebutkan Namamu. Namun mengapa Kamu harus merasa tersinggung" Ucapku menyinggung Lisa secara halus.
Tanpa menjawab lagi, Lisa pergi meninggalkanku di dalam dapur. Entah, apa hal ini akan di laporkannya kepada Ibu Mertuaku atau tidak. Kali ini Aku tak boleh takut dan harus menghadapinya Mereka dengan tegas.
Sudah pukul Empat Sore, biasanya Mas Surya sudah pulang dari Kerjanya. Mengingat Mas Surya masuk kerja Shif pagi dan pulangnya pukul setengah Empat sore. Belum sempat Ku tanyakan pada Ibu Mas Surya sudah menampakkan diri memasuki area pekarangan rumah. Walaupun Mas Surya tak perduli denganku tapi tak sedikit pun Aku menaruh dendam untuk tak mengkhwatirkannya. Setelah melihatnya pulang dengan selamat sampai rumah perasaanku menjadi lega dan tenang.
" Mas, makananannya sudah siap di meja. Maaf, Via tak bisa menemani Mas makan, karena Via harus menyusui Zaki" Ucapku.
Tanpa kata, Mas Surya berlalu begitu saja meninggalkanku di kamar menuju dapur. Sikap dinginnya membuatku selalu bingung untuk menghadapinya. Namun Aku tetap memberikan yang terbaik untuk Suamiku walaupun Ia tak pernah menghargai pengorbananku.
" Ini gajiku bulan ini" Ucap Mas Surya menyerahkan sebuah Amplop.
" Terima kasih" Ucapku sambil membuka isi Amplop tersebut. Aku terkejut ketika isinya hanya Satu Juta Rupiah. Dengan keberanian Aku mencoba menanyakannya.
" Mas, uang ini hanya Satu Juta" Ucapku memperlihatkan jumlah uang itu sembari menatapnya mencari kejelasan.
" Via, gajiku di potong karena Aku tak masuk kerja selama Dua hari, karena menjagamu di Rumah Sakit." Jelas Mas Surya.
" Tapi Mas, kenapa banyak sekali potongannya?" Tanyaku heran.
" Bagaimana tak banyak potongan. Kamu tak tahu kan, kalau Aku kasbon di kantor untuk membayar biaya Rumah Sakitmu? Ucapnya mulai emosi.
Mendengar kata Biaya Aku langsung terdiam dan menerima uang dari Mas Surya dengan ikhlas. Terdengar dari arah pintu masuk kedua Putraku pulang bermain. Wajah mereka sangat kucel bekas bermain lumpur bersama Temannya. Kutinggalkan Adiknya yang sedang tertidur pulas lalu memandikan Kedua Putraku. Karena kedinginan Kedua Putraku langsung minta makan. Aku pun menuju dapur guna mengambil makanan untuk Mereka. Aku kecewa nasi yang Ku masak satu periuk sudah habis tak tersisa. Padahal Lisa tahu Nasi telah habis lantas mengapa Dia tak mencoba untuk menanaknya lagi. Aku sakit hati meninggalkan Priuk kosong itu. Biarkan saja Mereka kelaparan tak ada Nasi untuk makan malam.
Aku pamit pada Mas Surya untuk keluar rumah bersama Ketiga Anakku. Saking tak perdulinya Mas Surya tak bertanya kemana Kami akan pergi.
" Ayo Nak, pegang tangan Ibu jangan sampai lepas" Ucapku kepada Kedua Putraku menyebrang jalan. Sesampainya di Warung makan. Aku langsung memesan Nasi untuk Mereka. Tak lupa juga untuk diriku sendiri. Selama ini Aku tak pernah bersikap seperti ini apalagi sampai makan di Warung. Mungkin karena Aku terlalu lelah menghadapi cobaan hidup hingga Aku memberontak.
" Bu, makanan di sini enak banget. Zafran baru kali ini makan daging Bu" Celoteh Anakku dengan polosnya.
Ku usap kepalanya dengan mata berkaca- kaca. Padahal gaji Suamiku cukup untuk Kami asalkan tak di bagi Dua. Aku bahagia melihat Kedua Putraku makan dengan lahap.
" Bu, boleh nambah lagi" Tanya Anakku Zul.
" Ini Kamu makan nasi Ibu aja. Ibu sudah kenyang" Ucapku berbohong sambil menyodorkan nasi yang ada di depanku.
Rupanya sedari tadi Seorang Pria memperhatikan Kami Bertiga. Ketika Aku menoleh Pria itu langsung memalingkan Wajahnya pura- pura melihat kendaraan yang lewat. Aku sebenarnya merasa risih jika diperhatikan seperti itu oleh Pria Asing. Karena Aku merasa kurang nyaman.
Usai makan Aku pun menuju ke Pemilik Warung untuk membayar.
" Berapa Pak? Tanyaku pada Pemilik Warung.
" Nasi Tiga Piring 30 Ribu Bu" Ucap Pemilik Warung.
Ku rogok kantongku tapi Aku tak menemukan uangku sama sekali. Ku coba berulang kali memeriksa kantong dan meraba baju celanaku. Namun Aku tak menemukan uang itu. Sebelum berangkat Aku tadi membawa uang 50 Ribu. Tapi mengapa uang itu hilang dari dalam kantongku tiba-tiba. Aku mulai panik dan merasa malu takut Aku di kira Modus makan gratis.
" Maaf ya Pak, tunggu sebentar. Sepertinya uang Saya terjatuh di bangku tempat Saya makan tadi" Ucapku meninggalkan Pemilik Warung menuju bangku tempat Aku duduk.
Ku lihat Pria yang memperhatikanku tadi melintas berjalan di sampingku menuju Pemilik Warung untuk membayar. Aku tak menghiraukan Pria itu memandangku, karena Aku sibuk mencari keberadaan Uangku yang hilang.
" Ibu cari apa?" Tanya Anakku Zafran.
" Ibu sedang mencari Uang Ibu Nak" Jawabku sambil menjongkokkan badan melihat ke bawah meja dan bangku.
Karena kelelahan mencari, Aku pun terpaksa menghampiri Pemilik Warung dan mengatakan jika Aku akan membayarnya nanti dan akan segera pulang ke rumah untuk mengambil uangku.
" Ngapain Ibu repot-repot ambil uang. Teman Ibu sudah membayarnya tadi dan ini kembaliannya" Ucap Pemilik Warung menyodorkan kembalian sebesar 70 Ribu.
" Maaf Pak. Teman yang mana ya?" Ucapku bingung.
" Itu yang memakai Sweeter Hitam dan Topi" Ucap Pemilik Warung menunjuk ke arah Pria yang memperhatikanku tadi di Warung. Pria itu sudah menyebrang jalan dan Aku telat untuk menghampirinya.
" Terimakasih" Ucapku kepada Pemilik Warung sambil menerima kembalian itu.
Dalam perjalanan pulang Aku masih heran dengan Sosok Pria itu. Mungkinkah Dia kasihan kepada Kami. Atau memang Dia Seorang Dermawan. Tapi mengapa saat Ku panggil Pria itu malahan berlari kecil agar Aku tak menyusulnya. Aku benar- benar di buat penasaran olehnya.
Sampai di rumah Ku dengar suara Ibu ngomel- ngomel dari dalam rumah. Belum sempat melangkahkan kaki untuk masuk tiba- tiba Mas Surya sudah ada di depan pintu menantikan Kami pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sumarsih Marsih
Surya sm istrinya cuek tpi punya anak 3 masih kecil " lg .. lelaki cuma enak nya aja
2023-02-16
1
Yunia Afida
siapa pria itu
2023-01-14
0
Yunia Afida
yang sabar ya via, tar suamimu dapat karma
2023-01-14
0