Beruntung Aku masih menyimpan uang kembalian Pria Asing itu di dalam lemari. Setidaknya walaupun hanya berjumlah 70 Ribu namun berguna untukku nantinya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Namun Aku enggan untuk keluar dari dalam kamar. Terdengar suara Ibu memanggilku dengan keras. Sepertinya Ibu Mertuaku kesal karena sedari tadi Aku tak mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya.
" Hey Via, jangan alasan Kamu ya!" Ucap Ibu berdecak pinggang berdiri di depan pintu kamar.
Aku bersikap masa bodoh dan sibuk menyusui Zaki Bayiku. Karena tak Kuhiraukan Ibu semakin emosi dan menutup pintu kamarku dengan keras. Suara bantingan pintu membuat Anakku kaget dan menangis kencang. Aku hanya bisa mengelus dada menerima perlakuan Ibu Mertuaku.
" Ush- ush- ush" Aku mencoba menenangkan Anakku dengan mendekap dan mnempelkan bibirku di keningnya agar Bayiku merasa tenang. Seketika Bayiku berhenti menangis dan melanjutkan untuk Menyusu lagi.Tak lama menunggu Bayiku Zaki sudah tertidur lelap. Dengan pelan dan hati- hati Ku tidurkan Zaki di atas kasurnya. Dua bantal guling kecil Ku apit di samping tubuhnya agar Ia tak terjaga dan menangis lagi. Setelah Ku pastikan Zaki terlelap Aku pun keluar menuju dapur guna memasak makanan untuk makan siang. Karena sebentar lagi Kedua Putraku akan pulang dari Sekolahnya.
Betapa kesalnya diriku ketika melihat keadaan dapur yang begitu berantakan. Cucian piring yang menumpuk dan lantai dapur yang begitu terlihat kotor. Belum lagi Peralatan dapur yang berserakan dimana- mana. Padahal tadi subuh Aku sudah membereskannya. Aku lalu meninggalkan dapur dan tak jadi untuk memasak. Aku berniat untuk ke Warung meninggalkan Bayiku yang sedang tertidur lelap. Namun saat Ku buka lemari untuk mengambil uang, Bayiku terjaga dan menggeliatkan tubuhnya bangun. Niatku pergi ke Warung ku urungkan dulu. Karena Bayiku sepertinya enggan untuk di tinggalkan.
" Assalamualaikum" Ucap Kedua Putraku dari arah pintu luar rumah.
" Waalaikumussalam" Jawabku dari dalam kamar.
Kedua putraku sudah berganti pakaian. Aku berpesan pada Mereka Berdua agar menjaga Adiknya Zaki yang lagi tertidur. Karena Aku akan pergi Ke Warung sebentar untuk membeli Nasi Bungkus. Bersyukurlah Kedua Putraku Anak yang patuh. Zafran Anakku yang masih berumur 10 Tahun sangat telaten menjaga Adiknya. Sementara Zul yang berumur 8 Tahun lagi Asyik memainkan robotnya yang sudah usang.
Bergegas Aku ke Warung tempat kala itu Aku membeli nasi. Sekitar 10 menit berjalan kaki Aku sudah sampai di Warung itu. Terik matahari menyengat Tubuhku membuat keringatku bercucuran.
" Nasinya Tiga bungkus Pak, yang Dua bungkus tidak usah pakai sambal" Ucapku pada Pemilik Warung sambil menyodorkan uang 50 Ribu.
" Nggak usah di bayar Bu" Ucap Pemilik Warung.
" Memangnya kenapa Pak?" Tanyaku bingung.
" Pokoknya khusus Ibu nggak usah dibayar" Ucapnya lagi.
" Saya boleh tahu alasannya Pak" Ucapku penasaran.
" Pokoknya untuk Ibu Kami berikan gratis" Timpal Istri Pemilik Warung. Karena sedari tadi Aku meminta jawaban pada Bapak Pemilik Warung nampak gugup mencari alasan untuk jawaban pertanyaanku.
" Terimalah, tidak usah sungkan. Anggap saja ini sebagai Sedekah Kami untuk Ibu dan Anak Ibu" Ucap Istri Pemilik Warung.
" Sebenarnya Saya tak enak menerima sesuatu secara gratis seperti ini Bu. Mengingat posisi Ibu dan Bapak berjualan. Tapi Saya tidak bisa menolak Niat baik Ibu dan Bapak pada Saya. Jika di izinkan Saya akan membantu untuk mencuci piring di Warung ini." Ucapku merasa malu.
" Bu, Kami tidak mengharapkan imbalan apapun. Kami ikhlas" Ucap Bapak Pemilik Warung.
" Sekali lagi terima kasih banyak Bu" Ucapku membungkukkan badan.
Pandanganku tak sengaja tertuju pada Pria yang membayar Makananku waktu itu. Bahkan kembalian uang darinya hendak Ku gunakan untuk membayar Nasi Bungkus gratis ini. Aku ingin menanyakan pada Pemilik Warung tentang sosok Pria itu. Namun Aku sudah tak punya waktu, takutnya Bayiku terbangun di rumah yang Ku tinggalkan bersama Kedua Putraku. Aku pun pamit pada Pemilik Warung dan bergegas untuk pulang.
" Hebat Kamu ya! Katanya tak enak badan dan sekarang malah keluyuran di luar rumah" Ucap Ibu Mertuaku duduk di depan teras.
Aku tak menanggapinya dan langsung masuk ke dalam rumah menghampiri Kedua Putraku yang ada di dalam kamar.
" Hey Via, jangan kurang ngajar Kamu ya! Aku belum selesai bicara padamu" Ucap Ibu berteriak.
Aku tetap tak menghiraukan ocehan Ibu dan bergegas membuka Nasi Bungkus yang Ku beli untuk Kedua Anakku.
" Waaah, Ayam goreng" Ucap Zafran Putra Sulungku sambil mencijm aroma Nasi Bungkusnya.
" Terima kasih Bu" Ucap Zul senang.
Aku tersenyum melihat Mereka berdua makan dengan lahap. Tak lupa Aku pun ikut makan bersama Mereka. Sedang enaknya menyantap Nasi Kami. Tiba-tiba Ibu Mertuaku sudah ada di depan pintu kamar dengan mata melotot. Wajahnya merah padam dan tanpa basa basi melangkah ke arahku menampar pipi kananku dengan keras. Aku sempat meringis kesakitan. Namun Aku tak menampakkan kelemahanku kali ini.
" Makanlah Nak, habiskan Nasi Kalian" Ucapku santai pada Kedua Putraku. Aku tak menghiraukan Ibu Mertuaku yang sedang dibalut emosi. Terdengar nafasnya naik turun karena sakit hati.
" Dasar Manusia tak punya malu, sudah di kasih tumpangan malah ngelunjak! Caci Ibu Mertua. Beliau tak perduli menghina diriku di depan Kedua Putraku.
" Bu, bisakah Ibu keluar dari Kamarku. Tolong biarkan Anak-Anak Via menikmati makanannya dengan tenang" Ucapku lembut.
" Kurang ajar! Berani Kamu mengusirku!" Ucap Ibu menarik rambutku.
" Nenek jangan sakiti Ibuku!" Ucap Zapran membelaku.
" Lepasin rambut Ibuku Nenek" Ucap Zul Anak Keduaku mengambil sapu lalu memukul Kaki Neneknya.
" Oh, jadi sekarang bukan Kamu saja yang ngelunjak. Tapi juga Kedua Putramu. Dasar Ibu tidak becus! Ajari Anakmu sopan santun" Ucap Ibu emosi dan melepas rambutku dari genggamannya.
" Cukup Bu! Anak-Anak Via tidak pernah seperti ini jika tidak dalam keadaan terdesak. Anak mana yang akan diam saja ketika Ibu Mereka disakiti fisiknya seperti ini. Dan satu lagi Bu. Via tidak pernah mendidik Mereka untuk melawan dan melakukan semua ini, tapi Ibulah yang memancing Mereka untuk berbuat seperti itu. Apakah selama ini Ibu pernah melihat Cucu Ibu berbuat nekat seperti sebelumnya? Tidak kan? Jadi jawabannya ada pada Ibu sendiri" Ucapku mulai kesal.
Ibu Mertua pergi begitu saja dari dalam kamar. Sebisa mungkin Ku tahan air mataku agar tak jatuh di depan Kedua Putraku. Aku tak ingin menunjukkan kesedihanku di depan Mereka. Ku peluk Kedua Putraku dan mencium kening Mereka secara bergantian.
" Maafkan Kami Bu" Ucap Anakku merasa bersalah.
" Kalian Anak yang baik Nak, Ibu tahu Kalian takkan pernah melakukan itu jika tak terdesak. Terima kasih telah berusaha melindungi Ibu." Ucapku Mengelus Kepala kedua Putraku.
Aku tak mendukung dengan apa yang dilakukan oleh Kedua Putraku terhadap Neneknya. Tapi Aku bangga karena Mereka perduli denganku dan secara tidak sengaja Mereka telah menunjukkan bahwa Mereka mampu melindungiku. Terima kasih Anak-anakku, semoga kelak Kalianlah yang akan mengangkat derajat Ibu. Gumamku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yunia Afida
pasti dibayar laki-laki misterius
2023-01-14
1
uBanya Gentan Gendhis
bagaimana bisa via di suruh mendidik anak dengan baik... sedangkan ibu mertuanya saja tidak becus ngurus anak sendiri... ngaca buk.. itu anak jd suami sdh tidak adil,, pengennya syahwatnya aja di turuti,, tp di belakang mengkhianati.... ayo Via.. lawan... semoga zafran dan zul bisa menaikkan derajat ibu ya... besar nanti...
2022-12-16
1