Aku kembai masuk ke dalam kamar setelah meletakkan Ponsel Mas Surya ke tempat semula. Sungguh, kali ini emosiku tak bisa Ku bendung lagi. Aku menangis sesegukkan dengan luka di hatiku. Ku lihat Wajah Anakku satu persatu, kembali hati ini merasa hancur. Jika Aku memutuskan untuk menyudahi Rumah Tanggaku dengan Mas Surya maka Ketiga Anakkulah yang akan menjadi korbannya. Sebenarnya Aku tak sanggup menjalani Pernikahan yang di dalamnya terisi dengan penghianatan.
Derap langkah kaki Mas Surya terdengar masuk ke dalam kamar . Dengan cepat Aku menarik selimut lalu memejamkan mata berpura-pura untuk tidur. Ku rasakan tubuh Mas Surya menempel di punggunggku. Tangannya melingkar di perutku. Aku tak berkutik saat Mas Surya mencium tengkukku. Dapat Kurasakan hawa nafasnya yang menggebu. Sebisa mungkin Aku memejamkan mata agar Mas Surya tak curiga jika Aku belum tidur. Andai saja perlakuan itu Ku terima saat Aku belum mengetahui penghianatannya. Mungkin Aku akan luluh dengan sikapnya saat ini, walaupun kata tajam selalu di lontarkan dari mulutnya. Untuk kali ini Aku tak bisa memaafkan kelakuannya.Pelukan nya kini tak lagi hangat Ku rasakan. Hambar, dan lebih tepatnya Cintaku telah pupus seketika.
Tak lama dengkuran Mas Surya terdengar dengan posisi tubuhnya terlentang di sampingku. Aku membenci menatap Wajahnya bahkan berada di sampingnya pun rasanya Aku tak sudi. Mengapa rasa cintaku berubah menjadi kebencian seperti ini. Haruskah Aku bertanya langsung pada Mas Surya tentang gaji dan perselingkuhannya. Aku rasa Mas Surya pasti akan mengelak dan tak mau jujur akan hal itu. Pilihan terbaikku saat ini adalah diam dan bersikap masa bodoh.
" Jangan bangun, tidurlah. Mas ingin memelukmu" Ucap Mas Surya tak mau melepas pelukannya.
" Maaf Mas, Aku harus ke kamar mandi. Perutku mules" Ucapku beralasan sambil melepas tangannya yang melingkar di perutku.
Aku tahu apa yang di inginkan Mas Surya dariku. Namun sayang sekali, Aku sudah tak lagi berselera dengannya. Karena Aku merasa jijik bermesraan dengan penghianat.
Mas Surya mengucek matanya lalu menatapku dengan aneh. Mas Surya heran karena Aku tak biasanya menolak permintaannnya.
" Kamu masih marah pada Mas?" Ucapnya lembut.
" Tidak" Ucapku singkat.
" Via, jangan buat Moodku rusak gara-gara sikapmu ini" Ucapnya kesal.
Aku berlalu meninggalkannya tanpa harus menjawab. Aku beralih ke kasur Anakku dan sengaja menidurkan Zaki yang masih tertidur pulas. Mas Surya sepertinya Frustasi karena Sahwatnya tak kesampaian. Aku tahu menolak Suami untuk bercinta adalah Dosa besar. Apalagi Aku dalam keadaan suci sehat jasmani. Mas Surya kembali lagi keluar kamar karena merasa kesal.
Setelah menunaikan Sholat Subuh, Aku langsung menuju dapur untuk memasak. Bagaikan punya Seribu tangan, saat Aku menanak nasi dengan waktu bersamaan Aku merendam pakaian kotor lalu mencuci piring dan membereskan dapur. Sebelas Tahun sudah Aktivitas ini Kulakukan di rumah Mertuaku. Layaknya pembantu segala pekerjaan rumah Aku yang mengerjakannya. Belum lagi Anakku yang masih kecil- kecil Ku urus sendiri. Alhamdulillah Fisikku kuat menjalaninya walau Aku kurang beristirahat. Sampai kala itu Aku jatuh pingsan karena kelelahan dan Pertama kalinya juga Aku masuk Opname di Rumah Sakit.
OE OE OE OE
Suara Zaki menangis dari dalam kamar. Aku berlari kecil menghampirinya. Rupanya celana Bayiku basah akibat pipis. Dengan sigap Aku menggantinya dengan celana yang baru. Kususui Zaki terlebih dahulu agar Dia kembali tertidur. Setelah memastikan Bayiku terlelap barulah Aku melanjutkan pekerjaanku di dalam dapur. Kali ini Nasi yang Ku masak beserta lauknya Ku bawa ke dalam kamar. Entah, mengapa Aku melakukan semua ini .
" Sudah bangun Nak, Ayo cuci Muka sana dan kembali lagi ke dalam kamar untuk sarapan" Ucapku pada Kedua Putraku.
Kedua Putraku sudah terbiasa bangun pagi jadi wajar jika Mereka bangun pasti Nasilah yang akan di cari karena perutnya kosong. Kebiasaan Penghuni rumah ini selalu bangun tidur setelah Matahari terbit. Tak terkecuali Mas Surya. Mereka kalah dengan Kedua Putraku yang masih kecil.
" Wah, Ayam goreng" Ucap Zul senang. Mereka Berdua makan dengan sangat lahap. Beruntung Warung Bu Mirna selalu buka di Subuh hari. Jadi Aku tak kesusahan menunggu Matahari terbit untuk membeli lauk. Andai Ibu tak mengunci Kulkas mungkin Aku takkan pernah membawa makanan ke dalam kamar. Aku begini bukan untuk membalas dendam melainkan Aku hanya memberi pelajaran pada Lusi Adik Iparku. Setelah Aku membersihkan semua bekasku memasak Aku langsung masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhku di atas kasur. Bersyukurlah Kedua Anakku sudah berangkat ke Sekolah.
" Kamu tidak masak?" Ucap Mas Erik heran.
" Maaf Mas, Aku tak enak badan" Ucapku berbohong.
" Kamu hari ini benar- benar aneh! Jika Kamu seperti ini terus Siapa yang akan menyediakan Sarapanku" Ucap Mas Surya kesal dan berlalu menuju kamar mandi.
" Via, Kamu tidak masak?" Ucap Ibu berdiri di depan pintu kamarku.
" Bagaimana Via bisa masak Bu, Kulkas dalam keadaan terkunci." Ucapku santai.
" Alesan, tapi kenapa Kamu tak membangunkanku. Sana masak! Lisa lapar dan Dia akan berangkat ke Sekolah." Ucap Ibu melempar kunci Kulkas.
" Maaf Bu, Via tak enak badan" Ucapku kembali beralasan.
" Lama- lama Kamu begini, Suamimu akan mencari Wanita lain" Ucap Ibu kesal. Andai Ibu tahu, tanpa Aku seperti ini Mas Surya sudah berlabuh ke hati Wanita lain.
" Via, mana Uang yang Ku berikan, Aku akan kasih ke Ibu sekarang. Lisa butuh uang untuk membayar Bukunya di Sekolah" Ucap Mas Surya tanpa beban.
Tanpa banyak bicara Aku langsung memberikan uang itu kepada Mas Surya semuanya.
" Ini buat Kamu, Aku hanya butuh setengahnya bukan semuanya" Ucap Mas Surya memberikan uang itu Setengah untukku.
" Maaf Mas, Via tak bisa menerimanya. Mulai hari ini Via serahkan semua tanggung jawab Via memikirkan segala kebutuhan Anak dan keperluan rumah ini. Via tak bisa lagi menjadi Istri amanah semenjak Via berani makan di Warung bersama Kedua Putra Kita. Via takut mempergunakan hartamu Mas, walau itu adalah Nafkah untuk Via. Mas sepertinya lebih tahu cara mengatur dan mengelola uang dengan benar" Jelasku dengan tegas.
Mata Mas Surya hanya melotot seperti tak percaya dengan apa yang barusan Aku ucapkan. Mas Surya mengerutkan keningnya bingung.
" Maksud Kamu apa?" Tanya Mas Surya heran.
" Maksud Via sudah jelas Mas. Via takkan mengulang ucapan Via lagi" Ucapku tegas.
" Sudahlah" Decak Mas Surya kesal kemudian pergi berlalu begitu saja tanpa pamit seperti biasanya.
Sekuat apapun Aku tak ingin menangis tetap saja Air mata ini tak bisa Ku bendung. Karena selain Doa hanya Air matalah yang setia menemaniku saat perasaanku terluka seperti ini. Dan hanya air matalah yang bisa membuatku kembali tenang dan sakitku terobati untuk sementara waktu. Aku tak tahu sampai kapan Aku menangisi nasibku. Dan sampai kapan Aku akan bisa bertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sumarsih Marsih
Thor novel mu slalu mengandung bawang..
2023-02-16
1
Fatimah Zahid
bagus via biar dia tahu besarnya kebutuhan rumah tangga...
2023-02-03
0
Yunia Afida
sedih bant
2023-01-14
0