Hari ini Aku benar- benar tak mengerjakan tugas rumah sama sekali. Aku tak tahu akan ada kejadian apa lagi setelah Mas Surya pulang kerja nanti.
" Ka Via kok, nggak masak sih! Hari ini" Bentak Lisa.
" Kamu punya tangan kan?" Jawabku santai.
" Iya, tapi ini kan tugas Kakak" Ucap Lisa.
" Terus tugas Kamu apa?" Jawabku.
" Huh! Dasar!" Ucap Lisa berlalu pergi sambil memonyongkan bibirnya.
Aku sudah terlanjur basah, jika memang seisi rumah ini benar-benar marah padaku. Aku sudah tak perduli lagi jika Mas Surya juga ikut membenciku. Jika kemungkinan terburuknya Mas Surya ingin pisah denganku Aku sudah siap. 11 Tahun sudah Aku berumah Tangga namun, hanya Satu tahun saja Aku merasakan kebahagiaan. Setelah melahirkan Zafran Anak Pertamaku Aku mulai menderita. Sikap Mas Surya yang tiba-tiba berubah dan sikap Ibu dan Adik Iparku yang semena-mena membuatku seperti tinggal di dalam Neraka. Saat itu sebelum Kakak Iparku Mas Fatir Menikah hanya Dialah yang sering membelaku di saat Ibu Mertuaku mencaci dan menghinaku.
Ku dengar suara deru Sepeda Motor Mas Surya memasuki pekarangan rumah. Biasanya, sesibuk apapun Aku tetap berdiri di depan pintu guna menyambut kepulangan Mas Surya. Tapi kali ini Aku enggan melakukannya karena hatiku sudah terlanjur sakit. Aku tak bisa lagi menjadi Istri Sholehah yang diinginkan Almarhum Kedua Orang Tuaku. Aku sudah mengecewakan pesan Beliau Berdua.
" Sur! Kamu harus tegas pada Istrimu. Kamu tahu? Hari ini Istrimu sudah berani mengusirku dari dalam kamarnya. Dan bukan hanya itu Kedua Putramu juga berani memukul kakiku dengan sapu." Ucap Ibu mengadu.
" Iya Kak, Kak Via padahal tidak sakit. Tapi semua pekerjaan rumah di abaikan." Timpal Lisa ikut mengadu.
Padahal Mas Surya belum melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Namun Lisa dan Ibu sudah memberi Mas Surya sebuah aduan.
Tanpa menghiraukan Ibu dan Lisa Mas Surya langsung masuk ke dalam kamar.
" Aku lapar Lisa" Ucap Mas Surya kelelahan.
" Kalau Mas lapar kan, Mas tinggal makan" Ucapku santai sambil memangku Bayiku Zaki.
Tanpa banyak bicara lagi Mas Surya langsung menuju dapur. Tak lama suara langkah kaki Mas Surya yang lebar menuju kamar.
" Mau Kamu apa? Hah! Aku capek bekerja seharian Via. Jangankan Kamu menghidangkan makanan untuk Suamimu. Keadaan dapur pun Kamu buat berantakan." Teriaknya emosi.
Beruntung Zaki sudah terlelap. Hingga Aku bisa menidurkannya di atas kasur. Kasihan Bayiku sedari dalam kandungan selalu mendengar bentakan, hinaan dan cacian dari mulut Ayahnya. Tanpa menghiraukan Mas Surya Aku pun berjalan di depannya menuju ruang tengah. Mas Surya pun mengikutiku dengan Wajah yang merah padam. Aku duduk di kursi sementara Ibu dan Lisa menonton Telivisi di depanku. Suara Televisinya tak terdengar. Kemungkinan Ibu dan Lisa menguping saat Mas Surya memarahiku.
" Jangan buat Aku kesal Via!" Teriak Mas Surya membentakku.
Aku tetap diam dan duduk santai di atas kursi. Mataku tertuju pada Telivisi yang tak bervolume.
" Via" Teriak Mas Suya lagi. Kulihat Ibu dan Lisa sedang tersenyum. Sepertinya Mereka Berdua sangat senang jika Aku dimarahi oleh Mas Surya.
" Apa Mas? Tidak usah berteriak karena Via tak tuli" Ucapku santai.
" Dasar Perempuan tak tahu diri! Kampungan!" Ucap Mas Surya mulai menghinaku. Bersyukurlah Kedua Anakku sedang bermain di rumah temannya. Hingga Mereka tak mendengar Ibunya di hina dan di bentak oleh Ayahnya.
" Cukup Mas! Mas Surya mau Aku memasak. OK? Aku akan memasak jika bahan di dapur sudah tersedia. Mas lupa jika uang untuk kebutuhan hidup Kita Mas yang pegang?" Ucapku menekankan.
" Oh, jadi Kamu berani melawanku. Katakakan Siapa Pria yang sudah membuatmu begini?" Ucapnya mengalihkan masalah.
" Lucu juga Kamu Mas! Kamu menuduhku dengan sesuatu yang tak pernah Ku perbuat. Lagian mana ada Pria yang suka dengan Wanita lusuh yang tak terawat sepertiku. Aku Wanita Kampungan Mas! Kamu lupa? Lagian Perasaanku ini tak ada bibit untuk berhianat. Biasanya Orang yang menuduh adalah dalang dari semuanya." Ucapku melempar ucapan Mas Surya.
" Aaarrgh" Decak Mas Surya sambil melayangkan tangan ke arah pipiku. Sebelum Tangannya bersarang di pipiku spontan Aku menangkis tangan kekarnya.
" Sudah cukup Aku menjadi Wanita yang bodoh di rumah ini. Dan sudah cukup dianggap Aku Pembantu di rumah ini. Sekali saja tamparan itu mengenai pipiku Via tak akan tinggal diam Mas." Ucapku tegas.
Mas Surya lalu meninggalkanku begitu saja dengan balutan emosi yang berkecamuk di dalam dadanya. Haha. Memang enak pulang lelah dalam keadaan perut lapar.
" Dan Kamu Lisa! Jangan pernah lagi untuk memerintahku lagi layaknya Aku Pembantu di rumah ini" Ucapku ketus. Terlihat Lisa ketakutan melihat Wajahku.
" Hey! Belagu sekali Kamu di rumah ini. Tunggu saja saatnya, Surya Anakku akan meninggalkanmu jika Kamu Arogan seperti ini" Ucap Ibu mengancamku.
" Perlu Ibu tahu, sebelum Anak Ibu meninggalkan Via. Vialah yang akan pergi dari hidup Anak Ibu terlebih dahulu. Karena bagi Via Percuma punya Suami tapi menyakitkan." Ucapku menantang Ibu.
" Jangan sombong Kamu Via. Kamu tidak bisa hidup jika Anakku tak memberimu makan" Ucap Ibu meremehkanku.
Aku meninggalkan Ibu masuk ke dalam kamar tanpa menggubrisnya lagi. Karena berdebat dengan Ibu sama saja membuang waktu dan tenagaku.
Ku tatap Wajah polos Bayiku yang tertidur nyenyak. Jika Aku pergi dari sini membawa Ketiga Putraku. Aku harus tinggal dimana. Sementara Aku tak punya Sanak Saudara di Kota ini. Sepertinya Aku harus bertahan di rumah ini sampai Bayiku bisa berjalan.
Aku mengambil uang 50 Ribu yang tak jadi Kugunakan untuk membeli Nasi Bungkus. Sepertinya uang ini akan Ku pergunakan untuk modal berjualan. Karena mengharapkan Nafkah dari Mas Surya rasanya percuma. Aku memutar otak bagaimana caranya Aku bisa menghasilkan uang namun tetap bisa menjaga Bayiku. Ku putuskan untuk ke Warung itu. Sebelum pergi Aku menunggu Kedua Putraku terlebih dahulu pulang dari rumah Temannya. Tak lama menunggu Mereka pun pulang. Setelah memandikan keduanya Aku mengajak Mereka pergi tanpa pamit pada siapaun di rumah ini.
Dalam perjalanan Aku bertemu dengan Kakak Iparku Mas Fatir. Mobil Mas Fatir berhenti di depan Kami karena melihat Kami dari kejauhan.
" Ayo naik" Ajak Mas Fatir. Tanpa menolak Aku pun ikut naik ke dalam Mobil bersama Ketiga Putrakau.
" Kalian mau kemana?" Tanya Mas Fatir membuka obrolan.
" Belum sempat Aku menjawab Zafran langsung menyahut.
" Om Fatir, ajak Zafran dan Zul ke Mall dong" Ucap Zafran ceria.
" Ayo" Ucap Mas Fatir tanpa menolak.
" Hore!" Sorak Kedua Anakku senang.
Aku sebenarnya malu jika Mas Fatir membawa Kami ke Mall, mengingat penampilanku yang lusuh Aku takut Mas Fatir di hina oleh Orang lain akibat berjalan bersama Kami.
" Maaf Mas, apa Mas Fatir tidak malu mengajak Saya ke sana. Pakaian Saya lusuh begini" Ucapku jujur.
" Haha, memangnya kenapa Via. Kita sama- sama Manusia" Ucap Mas Fatir tertawa lucu.
Aku bangga mendengar alasan Mas Fatir. Mas Fatir tak seperti Mas Surya yang selalu menghina penampilanku. Padahal semua Wanita menginginkan yang terbaik di depan Suaminya. Ingin terlihat cantik dan menawan di mata Suaminya. Tapi semua itu butuh Modal dari Sang Suami. Mas Surya jangankan mengajakku jalan-jalan ke Mall seperti ini. Buru-buru ke sini ke Warung yang dekat rumah saja Mas Surya enggan untu mengajakku. Walau sekedar makan bakso.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sumarsih Marsih
kk adik sipatnya kya bumi dan langit ..
2023-02-16
0
Yunia Afida
semangat terus 💪💪💪
2023-01-14
0
😘Mrs. Hen😘
kakak adik beda sifat...
2022-12-26
0