Sepatu Baru Untuk Anakku

Setiap Mas Surya masuk kerja Ship Malam maka, paginya pukul Setengah Delapan Mas Surya sudah pulang ke Rumah. Usai sarapan pagi Mas Surya langsung tidur dan akan bangun pada Pukul Satu siang. Bangunnya pun hanya untuk makan siang dan mandi. Setelah itu Mas Surya akan melanjutkan tidur lagi sampai pukul setengah Empat sore. Benar- benar Waktunya tak ada untuk Kedua Putranya walau hanya sekedar untuk bercengkrama.

" Mas, Aku ingin bicara" Ucapku saat Mas Surya bangun tidur siang.

" Bicara apa?" Ucapnya meletakkan sendok ke atas piring yang telah kosong karena makanan sudah ludes dimakannya.

" Begini Mas, apa sebaiknya Kita ngontrak saja dan mencoba hidup mandiri." Ucapku ragu.

Mas Surya hanya menatapku penuh tanya dan sesaat menghela nafas panjang.

" Kamu tidak betah tinggal di sini?" Tanya Mas Surya.

" Via betah Mas, cuma Via hanya ingin hidup mandiri." Ucapku mantap.

" Kita mana ada uang Via, untuk mengontrak rumah. Uang keperluan sehari-hari saja gaji Mas tak mecukupi. Kamu jangan minta yang aneh- aneh deh, Via" Ucap Mas Surya tak setuju.

Aku sudah mengira sebelumnya. Mas Surya pasti akan menolak keinginanku dan selalu beralasan tak cukup uang.

" Gaji Mas Tiga Juta cukup untuk Keluarga kecil Kita Mas" Ucapku.

" Oh, jadi Kamu cuma ingin menghindar agar Aku tak bisa memberikan Ibuku lagi uang. Itu kan, maksudmu?" Ucap Mas Surya salah paham.

" Terserah" Ucapku lalu meninggalkan Mas Surya di meja makan.

Mas Surya selalu saja menang sendiri. Merasa sebagai Kepala Rumah Tangga keputusannya harus di dengar dan di ikuti.

" Ayah, Zafran mau beli Sepatu Baru. Sepatu Zafran sudah koyak dan tak layak untuk di pakai lagi" Ucap Zafran memperlihatkan Sepatunya pada Mas Surya. Aku mengintip obrolan Mereka dari balik pintu kamar.

" Nanti gajian Ayah belikan" Ucap Mas Zafran janji. Zafran pun pergi dan kembali bermain bersama Temannya.

" Mas, Ria minta uang 100 Ribu dong! Ria mau beli Buku Sekolah. Ucap Ria tiba- tiba muncul di depan Mas Surya. Selalu saja alasan membeli Buku. Padahal segala perlengkapan Sekolah Lisa sudah di tanggung oleh Mas Fatir Kakak Iparku.

" Ini" Ucap Mas Surya lalu memberikan uang lembaran Seratus Ribu pada Lisa tanpa berfikir. Hatiku terenyuh melihat Anakku yang meminta di belikan Sepatu harus menunggu Ayahnya gajian. Padahal Sepatu murah pun tak mengapa untuk Putraku. Tak tahan rasanya Anakku di perlakukan tak adil oleh Ayahnya sendiri. Akhirnya Aku keluar dari kamar untuk bicara dengan Mas Surya.

" Mas, kenapa Mas tak membeli Sepatu buat Zafran?" Tanyaku menahan emosi.

" Mas belum gajian Via" Ucapnya seolah Aku tak tahu barusan Aku melihatnya memberikan uang kepada Ria.

" Terus uang buat Ria?" Tanyaku singkat.

" Kamu selalu saja menuntut. Mas kan, sudah bilang Mas tak punya uang" Jawabnya kekeh.

" Semoga Allah meniadakan semua yang Mas anggap tak ada Mas!" Doaku berlalu pergi dengan kesal.

_________________________

Walaupun waktunya masih libur Sekolah, Pagi ini Aku ingin mengajak Ketiga Putraku ke pasar guna membeli Sepatu untuk Zafran. Aku sengaja tak meninggalkan atau menitip salah satu Anakku di rumah bersama Ibu Mertuaku. Aku tak ingin Anak-anakku dimarahi oleh Neneknya dengan cacian yang tak pantas di dengar oleh Anak seusia Mereka.

Dengan berbekal uang Lima Puluh Ribu pemberian Pria Misterius itu, Aku memberanikan diri membawa Ketiga Anakku ke pasar dengan berjalan kaki. Karena senang, Anakku tak mengeluh capek saat Ku ajak berjalan.

Kami pun sampai di pasar, suasana pasar yang begitu ramai membuatku agak kesulitan memegang tangan Kedua Putraku. Aku mengajak Mereka masuk ke dalam Barang Loak khusus menjual Sepatu Import. Selain harganya yang murah kualitasnya pun terjamin tahan lama dan kuat.

" Mari- mari Bu, yang Sepatu, yang Sandal." Teriak Penjual Sepatu menawarkan dagangannnya. Mulutnya yang mengoceh sedari tadi dan tak henti membuat Kedua Putraku tertawa geli.

" Zafran, mana Kakimu Nak. Coba yang ini" Ucapku mengambil Sepatu berwarna hitam. Aku membungkukkan badan mencoba memasukkan kakinya ke dalam sepatu. Zaki yang berada di gendonganku Ku turunkan di sampingku. Zaki sudah bisa berjalan dan Zul memegang tangan Adiknya agar tak berjalan kemana- mana.

" Wah, Sepatu ini pas di kakimu Nak" Ucapku senang.

" Berapa Pak" Ucapku pada Penjual Sepatu.

" Lima Puluh Ribu Bu, itu barang baru masuk. Nggak ada lecet dan masih mulus." Ucap Penjual Sepatu.

" Bisa kurang nggak Pak? Ucapku menawar.

" Itu sudah harga pas Bu, hanya Ibu yang Saya kasih murah. Karena Ibu adalah Pembeli Pertama dagangan Saya." Ucap Penjual Sepatu.

Aku berfikir sejenak, jika Aku membeli Sepatu itu maka uang ini tak bersisa. Aku takut Anakku nanti di perjalanan pulang ingin meminum Es atau hanya sekedar ingin membeli jajanan.

" Nanti saja Pak" Ucapku dengan berat hati sambil memberi Sepatu itu pada Pejual Sepatu.

" Bu, kenapa tidak jadi di beli" Ucap Zafran Anakku.

" Kita cari yang lain ya, Nak" Ucapku beralasan. Padahal Sepatu itu tergolong sangat murah. Apalagi barang tak lecet sama sekali dan terlihat masih baru.

Kedua Anakku mulai kehausan karena lelah berkeliling mencari Sepatu murah. Hingga Aku mampir di sebuah Warung yang ada di dekat pasar. Aku pun memesan Dua gelas Es Dawet dan Tiga piring Gado- gado. Tak lama Pesanan pun siap untuk di santap. Anakku Zaki yang sudah bisa makan terlihat dengan lahap menikmati Gado- gado Mereka. Aku hanya meneguk Air Putih untuk menghilangkan rasa dahagaku yang di sediakan gratis untuk para Pembeli.

" Berapa Bu" Ucapku pada Pemilik Warung.

" Gado Tiga 25 Ribu dan Es Dawetnya Dua Gelas 10 Ribu jadi 35 Ribu" Ucap Ibu Pemilik Warung menghitung.

Aku pun menyerahlan uang 50 ribu itu pada Beliau. Bersisakan 15 Ribu tanpa Sepatu Zafran. Aku pulang dengan tangan hampa.

" Bu, ini titipan dari Tuan Saya" Ucap Bapak yang tak Ku kenal.

" Maaf Pak, Bapak tidak salah Orang memberikan barang ini?" Ucapku bingung.

" Ini benar untuk Ibu, terimalah. Tuan Saya tidak suka pemberiannya di tolak" Ucap Bapak itu.

" Tapi Pak, Saya tidak pernah merasa punya Kerabat atau Teman di Kota ini" Ucapku jujur.

" Saya harus pergi Bu, Tuan Saya sudah menunggu" Ucap Bapak itu terburu-buru melangkah pergi.

Ku lihat sebuah Mobil Mewah terparkir di tepi jalan. Bapak itu menuju Mobil dan masuk kemudian melajukan Mobilnya. Sepertinya Bapak itu Seorang Supir dari Tuannya. Aku penasaran dengan apa yang ada di dalam Paper Bag yang di berikan Bapak Sopir tadi. Ketika Ku buka, Aku terkejut melihat sebuah Sepatu untuk Anakku Zafran. Dan Aku semakin terkejut lagi melihat harga Sepatu itu dengan Bandrol 499 Ribu Rupiah. Ku lihat Sebuah Amplop putih juga ada di dalam Paper Bag. Aku tak berani membukanya di tempat ramai lalu Aku menyimpan Amplop itu di dalam kantong celanaku dan Jika Aku sudah tiba di rumah baru Aku akan melihat isinya apa.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

siapa orang misterius itu, apa tar jadi jodoh nya

2023-01-15

1

Yunia Afida

Yunia Afida

Amiiin

2023-01-14

0

Yunia Afida

Yunia Afida

kok ria bukankah lisa

2023-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Masuk Rumah Sakit
2 Siapa Pria itu?
3 Suamiku Berhianat
4 Atur Uagmu Mas!
5 Ibu Mertua Menyerangku
6 Aku Harus Melawan
7 Pertama Kalinya ke Mall
8 Keinginan Sederhana Anakku
9 Sepatu Baru Untuk Anakku
10 Isi Amplop Lima Juta
11 Tuduhan Mas Surya
12 Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13 Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14 Aku Patah Hati
15 Kebaikan Pria Lusuh
16 Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17 Pertemuanku dengan Bibi
18 Aku Kehilangan Bibi
19 Kemarahan Surya
20 Fatir Hilang Kendali
21 Menuju Kampung Via
22 Kedatangan Keluarga Suamiku
23 Yudis Si Pria Lusuh
24 Yudis Membawa Anakku
25 Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26 Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27 Mempermalukan Mas Surya
28 Bermalam di Rumah Herman
29 Pedihnya Di Dalam Penjara
30 Sekolah Baru Anakku
31 Surat Relas Talak Mas Surya
32 Sidang Pertama
33 Tetap Pada Pendirian
34 Lisa?
35 Resmi Berpisah
36 Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37 Hari pernikahan Surya
38 Yudis Gagal Pulang
39 Bisnis Membuka Warung Nasi
40 Iparku Yang Menyebalkan
41 Aku Terpaksa mencuri
42 Aku Terharu Dan Bangga
43 Zafran Masuk Pondok
44 Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45 Perhiasan Nindana Hilang
46 Ibu Masuk Rumah Sakit
47 Lisa Datang Ke Rumah
48 Pertemuan Ibu dan Anak
49 Kematian Lisa
50 Bertemu Nindiana
51 Nindiana Kabur Lagi
52 Rumahku di Jual Nindiana
53 Nindiana Kena Batunya
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Masuk Rumah Sakit
2
Siapa Pria itu?
3
Suamiku Berhianat
4
Atur Uagmu Mas!
5
Ibu Mertua Menyerangku
6
Aku Harus Melawan
7
Pertama Kalinya ke Mall
8
Keinginan Sederhana Anakku
9
Sepatu Baru Untuk Anakku
10
Isi Amplop Lima Juta
11
Tuduhan Mas Surya
12
Pergi Meninggalkan Rumah Ibu Mertua
13
Via Kemana membawa Ketiga Putraku
14
Aku Patah Hati
15
Kebaikan Pria Lusuh
16
Menginjakkan Kaki di Kampung Halaman
17
Pertemuanku dengan Bibi
18
Aku Kehilangan Bibi
19
Kemarahan Surya
20
Fatir Hilang Kendali
21
Menuju Kampung Via
22
Kedatangan Keluarga Suamiku
23
Yudis Si Pria Lusuh
24
Yudis Membawa Anakku
25
Menginjakkan Kaki Di Rumah Ibu Mertua
26
Bermalam Di Rumah Bunda Mery
27
Mempermalukan Mas Surya
28
Bermalam di Rumah Herman
29
Pedihnya Di Dalam Penjara
30
Sekolah Baru Anakku
31
Surat Relas Talak Mas Surya
32
Sidang Pertama
33
Tetap Pada Pendirian
34
Lisa?
35
Resmi Berpisah
36
Berpisah Dengan Yoris Dan Bertemu Dengan Yudis
37
Hari pernikahan Surya
38
Yudis Gagal Pulang
39
Bisnis Membuka Warung Nasi
40
Iparku Yang Menyebalkan
41
Aku Terpaksa mencuri
42
Aku Terharu Dan Bangga
43
Zafran Masuk Pondok
44
Kedatangan Mas Surya Dan Yudis
45
Perhiasan Nindana Hilang
46
Ibu Masuk Rumah Sakit
47
Lisa Datang Ke Rumah
48
Pertemuan Ibu dan Anak
49
Kematian Lisa
50
Bertemu Nindiana
51
Nindiana Kabur Lagi
52
Rumahku di Jual Nindiana
53
Nindiana Kena Batunya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!