"Udalah Dim, lo kasih la dia waktu. Kasihan tu mau nangis dia"ledek Yoga.
"******... Dari tadi kalian bukannya bantuin gur, malah ikutan."dengus Bima kesal
"Haha..." Yoga dan Rizal pun tertawa.
"Baiklah, gue tunggu ntar saat kita pulang. Tapi di depan gerbang, mau?"tanya Dimas. Sebenarnya dari tadi Dimas sudah tidak tega dengan Bima, tapi mau bagaimana lagi dia sudah terlanjur memainkan dramanya.
"Hais... Sama aja boong dong kalau gitu"ucap Bima.
"Ya lo kan tinggal milih, ayo kita makan biarlah dia berpikir sendiri"ucap Dimas memberi kode pada kedua sahabatnya itu.
Sebenarnya Dimas juga sudah tau kalau kuponnya telah di ambil oleh Bima. Saat Dimas pergi tadi, di pertengahan jalan Yoga mengiriminya pesan yang mengatakan kalau kupon nya berada sama Bima. Ide gila pun terpikirkan oleh Dimas, dia ingin melampiaskan kekesalannya yang di sebabkan oleh pak Henri dan juga Beni pada Bima.
"Maafkan aku Bima, tapi kau harus merasakan apa yang aku rasakan juga ,kan kita teman"gumam Dimas memutar langkahnya kembali kekantin.
Setelah selesai makan, di kantin tinggallah Dimas dan juga ketiga sahabatnya.
"Ayo kita pergi juga, begitu banyak pekerjaan yang menunggu kita"ucap Dimas, yang lain pun mengangguk.
Saat mereka telah melangkah beberapa langkah, tiba - tiba Bima menghentikan mereka
"Tunggu!"ucap Bima, mereka bertiga pun menoleh pada Bima
"Gue akan nyanyi sekarang."ucapnya. Yoga tersenyum senang
"Ok, mari kita mulai Show time nya!"seru Rizal tertawa, Mereka kembali duduk di tempat semula. Semebtara Bima maju ke depan, ia juga menyingkirkan beberapa meja dan kursi agar tidak menghalanginya nanti.
"Lihat lah betapa, pucatnya mukanya itu bisik Yoga.
"Jangan lupa untuk merekam"tambah Dimas menepuk bahu Yoga.
"Kamara stand by.."ucap Rizal.
"Awas kalau kalian sampai ke tawa"ancam Bima
"Iya, lo tenang aja, apa lu butuh bando juga."ledek Rizal.
"Apa lu bosan hidup?!"ucap Bima kesal.
Bima pun mulai menghidupkan musik video dari ponselnya.
Sebenarnya ini sangat memalukan bagi Bima, tapi ini adalah konsekuensinya jika berurusan dengan Dimas Budi Tama si pria nekat dan tegas.
Good bye, baby good bye
Dwidoraseo geudaero apeuro gamyeon dwae
Amureon maldo haji malgo
Idaero sarajyeo juneun geoya
Baby good bye, good bye
Nae ireumeun sujiga aninde
Jakkuman silsuro sujira bureul ttae
Geuttae ara charyeoya haesseo wae aesseo
Neoreul mideo juryeo haenneunji molla
(Niga eotteon aenji arasseo)
Gwaenhi ulji ma
(Neoui mulgeondeul da naenwasseo)
Yeongineun ije geuman
Good bye, baby good bye
Dwidoraseo geudaero apeuro gamyeon dwae
Amureon maldo haji malgo
Idaero sarajyeo juneun geoya
Good bye, baby good bye
Jeulgeowosseo jaemiisseotdago saenggakhalge
Geureoni yeogikkaji hagi
Neoui syoneun ije kkeutnan geoya
Baby good bye, good bye
Chingudeuri modu da mallil ttae
Geuttae geu yaegil deureosseoya haenneunde
Wae naneun neoui geu nunbichi jinsilchi
Motadaneun geol jeonhyeo mollanneunji
(Ttwieonan neoui geu yeongiga)
Jeongmal nollawo
(Neomu ttwieonaseo gyeolgugen)
Nal ulligo marasseo
Good bye, baby good bye
Dwidoraseo geudaero apeuro gamyeon dwae
Amureon maldo haji malgo
Idaero sarajyeo juneun geoya
Good bye, baby good bye
Jeulgeowosseo jaemiisseotdago saenggakhalge
Geureoni yeogikkaji hagi
Neoui syoneun ije kkeutnan geoya
Baby good bye, good bye
Eojjeom ppigeodeok ppigeodeok
Georineun sori hanado eobsi
Geureoke gureongi dam neomeogadeut
Budeureopge nal sogyeotji
Cham daedanhan syoreul bwasseo naega
Ni deoge pyodo an sago da
Gongjjaro joheun jarie ttak
Hajiman no ijeneun bye bye
(Ttwieonan neoui geu yeongiga)
Jeongmal nollawo
(Neomu ttwieonaseo gyeolgugen)
Nal ulligo marasseo
Good bye, baby good bye
Dwidoraseo geudaero apeuro gamyeon dwae
Amureon maldo haji malgo
Idaero sarajyeo juneun geoya
Good bye, baby good bye
Jeulgeowosseo jaemiisseotdago saenggakhalge
Geureoni yeogikkaji hagi
Neoui syoneun ije kkeutnan geoya
Baby good bye, good bye
"Waw, gerakan lu sangat lunglai sekali, gue suka"teriak Yoga bertepuk tangan. Sepanjang Bima tampil ketiga sahabatnya itu tak berhenti berteriak dan bersorak. Karena suara dari ketiganya, para Karyawan lainnya pun jadi berdatangan dan ikut melihat hiburan yang di suguhkan oleh Bima.
Bima menutup matanya, dia baru sadar kalau sekarang dia menjadi pusat perhatian.
"****** lu pada" ujar nya, kemudian berlari keluar kantin.
Dimas saling menatap dengan kedua temannya. "kayaknya kita udah keterlaluan banget deh."ucap Dimas, berdiri, hendak menyusul Bima.
Melihat Dimas pergi keduanya pun ikut menyusul Dimas.
____
Sore harinya, Dimas sengaja pulang dengan menggunakan bis, dia berharap bisa bertemu dengan Anita. Entah kenapa senyum yang di tunjukkan Anita tadi masih berlalu lalang di pelupuk matanya.
"Aku harus bisa mendapatkan dia secepatnya, tinggal 2 hari lagi..."gumam Dimas duduk di halte.
Tak lama Dima melihat Anita yang berjalan dengan Nabila menuju ke halte.
"Kenapa harus ada Nabila segala sih.."dengus Dimas tak suka.
"Hai, Dim.."sapa Nabila
Dimas tersenyum kearah mereka. "Tumben naik bis?"tanya Nabila sambil duduk di samping Dimas.
Mata Dimas tertuju pada Anita, begitu juga dengan Anita, gadis itu selalu curi - curi pandang pada nya.
Tak lama bis pun datang, mereka menaiki bis yang sama karena memang searah.
___
Dimas menghela napas lelah, saat masuk ke dalam rumah rasa lelahnya bukannya berkurang malah bertambah. Melihat rumah yang sangat bernatakan, Dimas hanya bisa menatapnya nanar.
" Beginilah kalau bujangan, apa - apa harus sendiri"ucap Dimas pelan.
"Yaudah, kalau bosan sendirian, kan tinggal nikah, gampang kan?"kata seseorang di belakang Dimas.
Dimas menoleh,malihat pak Henri sedang berdiri di belakangnya. "bapak?"tanya Dimas.
"Kenapa, kaget gue disini?"tanya Pak Henri menghampiri.
"Sejak kapan bapak datang?"tanya Dimas.
"Sebenarnya dari tadi, tapi karena kunci gue tu tinggal di kantor"kata Henri duduk di sofa.
"Tumben bapak ke kantor, biasanya nggak pernah mau ke kantor, itu sih info yang aku dapat dari tante"ucapDimas, sambil memungut kulit kacang yang berserakan di lantai dan meja.
"Ya mau gimana lagi, itu tante mu bikin ulah di sana. Ya dengan terpaksa gue kesana"jawan Pak Henri.
Dimas menggeleng, bener - bener aneh. Ada ya orang kaya tapi nggak minat kaya.
"Yaudah duduklah, aku bersih - bersih dulu ya"ucap Dimas, sambil menenteng kresek yang berisi penuh sampah.
"Oh iya... Apa bapak makan disini?"tanya Dimas menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Henri.
"Nggak, gue bosan makan masakan lo. Nanti kita makan tempat Mayang aja"kata Henri
"Benerkah, baiklah aku akan mengerjakan ini dengan cepat biar kita bisa cepat ke sana, aku sudah sangat merindukan ibu Mayang"ucap Dimas semangat, Henri pin ikut tersenyum
...****************...
Jangan lupa Like dan komennya ya guys, kalau bisa sih di vote ya kan tapi aku gak maksa kok. Gak vote juga gak apa - apa, yang penting kalian udah mau dukung karya yeoja.
Terimah kasih💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments