Bertemu pak Rinald

"Selamat siang Rinald" sapa pak Henri, begitu memasuki ruangan CEO.

Rinald hanya bisa menggelengkan kepala nya, siapa yang bisa melarang seorang Henri, jika ingin hidupnya aman.

"Elu datang di saat yang tidak tepat bro.."ucap Rinald.

"Kenapa, menurut gue semua tindakan gue itu pasti yang paling tepat dan pas."balas Hendri tersenyum miring.

"Terserah elu deh, ayo duduk lah!"seru Rinald

"Apa gerangan, elu datang kemari? Biasa nya, elu paling ogah kalau di suruh untuk datang ke kantor."kata Rinald.

"Ini gue ngantar anak angkat gue kerja ke sini. Bukan nya semalam udah gue bahas?"ujar pak Henri.

"Oooo... Mana dia, kok nggak elo ajak masuk?"tanya Rinald yang tidak melihat siapa pun bersama Henri

Henri pun menoleh ke belakang, dia kaget saat tidak menemukan Dimas. Dengan buru - buru dia berdiri dan berjalan keluar untuk mencari Dimas.

"Ngapain kamu disini?"tanya Henri saat melihat Dimas sedang duduk di bangku panjang di depan ruangan Rinald.

"Saya sedang menunggu bapak."jawab Dimas.

"Ya maksud saya, kenapa kamu nggak mengikuti saya masuk kedalam?"tanya Henri

"Saya kira, bapak bakal nyuruh saya nunggu di luar. Kan di drama - drama korea seperti itu pak."kata Dimas polos.

"Astaga Dimas, kamu ya benar - benar."ucap Henri tak habis pikir.

"Yaudah, ayo kita masuk dan tolong kamu kurangi itu nonton drama - drama korea. Cowok kok suka nge drakor, aneh"kata Henri berjalan kembali masuk kedalam ruangan Rinald.

Rinald memperhatikan Henri berjalan menghampirinya sambil membawa seorang pemuda di belakang nya.

"Ini, orang nya?"tanya Rinald

"Iya, ini dia Dimas. Dia merantau jauh - jauh kesini, bertujuan untuk membantu perekonomian keluarganya."ujar Henri.

"Benar kah itu, Dimas?"tanya Rinald. Dengan semangat Dimas pun mengangguk dan tersenyum kearah Rinald

"Wah... Niat yang sangat mulia" ucap Rinald tersenyum mendengarnya.

"Baiklah, mulai besok kamu sudah boleh kerja di sini ya."kata Rinald

"Benarkah pak? Apa bapak tidak mau ngetest saya dulu?"tanya Dimas.

Henri menatap Dimas. "apa kamu mau di tes? Kalau nanti kamu di tes dan kalau hasil tesnya nggak memuaskan . Maka, dengan terpaksa dia tidak akan menerimamu bekerja di sini! Gimana, masih mau di tes?"tanya Henri yang tak habis pikir dengan kepolosan Dimas.

"Dimas, kamu sudah di terima kerja di sini. Jadi, saya tidak perlu mengetesmu lagi. Yang perlu kamu lakukan adalah, bekerjalah dengan sungguh - sungguh dan perlihatkan kepada saya kegigihan kamu untuk mewujudkan semua niat dan tekad kamu sebelum kesini itu, oke."kata Rinald menjelaskan kepada Dimas.

Rinald sangat paham , maksud dari perkataan Dimas.

"Baik pak, dan terima kaaih pak"ucap Dimas mencium tangan Rinald dan juga Henri. Dia sangat beruntung bisa bertemu orang - orang yang sangat baik di sini.

"Mia, datang keruangan saya sekarang!"seru Rinald kepada sekretarisnya melalui telpon yang ada di atas meja nya.

Seorang wanita cantik memasuki ruangan Rinald, dia terlihat sangat elegant dan sexy.

"Bapak memanggil saya?"tanya Mia berdiri di samping Dimas.

"Iya, tolong kamu antarkan dia ke mandor Beni. Dan suruh Beni untuk menjelaskan kepada Dimas semua peraturan dan cara kerja di sini!" perintah Rinald kepada Mia.

"Baik pak, ayo mari ikut saya!"kata Mia dan berjalan keluar.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya pak."ucap Dimas.

"Iya, nanti kamu ikuti aja bagaimana nya Beni ya."kata Rinald

"Iya pak"

"Hmm... Nanti kalau kamu udah selesai dengan Beni, kamu kesini lagi, ya. Biar nanti saya bantu kamu untuk nyari kontrakan."kata Henri

"Baik pak, kalau begitu saya pergi dulu pak, permisi."ucap Dimas sopan. Henri dan Rinald hanya tersenyum.

Dimas pun berlalu pergi menyusul Mia yang sudah jalan lebih dulu.

"Dia itu lucu tau nggak, gue jadi ingat elu saat baru ketemu sama papa."kata Henri

"Iya, gue tadi juga sempat mikir gitu. Wah, ni anak karakternya mirip banget kaya gue dulu, pikir gue,hehehe."kata Rinald tertawa.

"Itulah salah satu alasannya, gue mau membantu dia."kata Henri.

"Elu benar.."

"Hmmmm.... Gue bosan ni, gimana kalau kita main catur!"seru Henri

"Nggak bisa, gue lagi banyak kerjaan. Udah sana elu keluar, jangan ganggu."kata Rinal mengusir Henri.

"Jadi, elu ngusir gue ni cerita nya?"tanya Henri

"Kurang lebih kaya gitu lah..."

"Pokoknya gue nggak bakalan pergi, sebelum kita main satu ronde."kekeh Henri

"Tc, udah tua gini. Ternyata sifat keras kepala elu belum juga hilang."ujar Rinald.

Dengan terpaksa, Rinald pun menutup laptop dan mematikan komputernya. Ia berjalan mendekati sofa dan mengambil catur yang ada di bawah meja depan sofa. Melihat hal itu, Henri pun sangat senang, dan dengan cepat ia menyusul sahabat nya itu,dan duduk di depan Rinald.

___

Sementara itu, Dimas sedang di bawa berkeliling oleh Beni. Beni menunjukkan semua ruang dan bidang yang ada di perusahaan itu. Dan Beni juga memberitahu kan , posisi yang tepat untuk Dimas.

"Kamu ngertikan dengan penjelasan aku?"tanya Beni

"Ngerti kok pak."jawab Dimas.

"Buset, kamu jangan panggil aku pak dong, aku tu belum tua dan kita itu seumuran tau.."kata Beni.

"Ah masa sih kita seumuran, tapi kok muka..."

"Apa, mau bilang tua?"tanya Beni.

"Bukan aku lo yang bilang."kata Dimas.

"Kurang asem kamu... Udah kamu panggil aku bang Ben aja."kata Beni.

"Ok, ok bang."kata Dimas.

"Yaudah ya, aku mau ngontrol lagi. Kamu belum mulai kerja hari ini kan?"tanya Beni.

"Belum bang, kata pak Rinald, aku mulai kerjanya besok."jawab Dimas.

"Ooooo... Ok, tapi bisa nggak kita ngomong nya nggak formal - formal amat, risih gue."kata Beni.

"Bisa - bisa, tadi gue kira, harus formal bang, maka nya pake aku - kamu." kata Dimas

"Yaudah, gue cabut kalau gitu."pamit Beni dan berlalu meninggalkan Dimas.

"Gue harus bisa, jadiin bang Ben sebagai teman."gumam Dimas.

___

Henri dan Dimas sedang berkeliling kota, hanya untuk mencari kontrakan untuk dimas.

"Pak, kalau bisa sih. Kontrakan nya nggak terlalu jauh dari PT."kata Dimas.

"Iya, ini lagi nyari yang dekat."ujar Henri

"Tapi, saya pikir ini udah terlalu jauh deh pak dari PT."

"Hahaha.... Iya ya, yaudah kamu tinggal nya di kontrakan dekat rumah saya aja, biar aman."kata Henri.

"Kenapa harus dekat rumah bapak?"tanya Dimas

"Karena disana, ada kontrakan yang murah."jawab Henri tertawa.

"Bapak bisa aja, tapi benar juga tu pak. Emang kontrakan yang murah lah yang saya butuh kan."balas Dimas, ikut tertawa.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!