Hari pertama kerja

Henri dan Dimas sedang berkeliling kota, hanya untuk mencari kontrakan untuk dimas.

"Pak, kalau bisa sih. Kontrakan nya nggak terlalu jauh dari PT."kata Dimas.

"Iya, ini lagi nyari yang dekat."ujar Henri

"Tapi, saya pikir ini udah terlalu jauh deh pak dari PT."

"Hahaha.... Iya ya, yaudah kamu tinggal nya di kontrakan dekat rumah saya aja, biar aman."kata Henri.

"Kenapa harus dekat rumah bapak?"tanya Dimas

"Karena disana, ada kontrakan yang murah."jawab Henri tertawa.

"Bapak bisa aja, tapi benar juga tu pak. Emang kontrakan yang murah lah yang saya butuh kan."balas Dimas, ikut tertawa.

Henri menghentikan mobilnya di saah satu rumah yang bisa di bilang cukup besar.

"Kita ngapain di sini pak?"tanya Dimas menoleh kearah jendela

"Kita sudah sampai di rumah kontrakan untukmu."jawab Henri.

"Yuk, keluar" tanpa menunggu jawaban Dimas Henri keluar dari mobil, Dimas mengikuti Henri yang sudah berjalan kearah rumah tersebut.

"Ini pasti mahal pak, uang gaji saya nggak akan cukup nantinya"ucap Dimas sambil melihat - melihat rumah yang ada di hadapannya.

"Nggak, pasti cukup kok, ini murah"jawab Henri mengeluarkan ponselnya.

"Itu murahnya bapak atau murahnya saya, pak?"tanya Dimas yang sedikit takut

Henri menatap Dimas, kemudian dia bicara dengan orang yang di telponnya. Sedangkan Dimas melihat - lihat rumah itu.

"Ini pasti mahal banget, Secara gede gini."gumam Dimas.

Tak lama pak Henri datang menghampiri Dimas, "Nah kuncinya, sekarang kamu tinggal di sini aja"kata Pak Henri.

"Apa pak? Ini berapa sebulan pak?"tanya Dimas.

"murah kok, emang kamu nyari yang harga berapa?"tanya pak Henri.

"Ya... Yang 300 san sebulan la pak."ucap Dimas.

"Yaudah, kamu bisa bayar 300 aja per bulannya"kata pak Henri, hal itu membuat Dimas mengernyit aneh.

"Pak ini serius?"tanya Dimas.

"Iya, emang dari muka saya ada yang menjelaskan kebohongan?"tanya Henri.

"Nggak sih pak. Tapi.."

"Udah nggak usah tapi - tapian, sekarang ayonkita masuk dan lihat rumahnya. Nanti kalau kamu nggak nyaman kita bisa nyari rumah lain"kata Pak Henri.

Dimas mulai membuka pintu, mereka berdua masuk dan melihat sekeliling rumah. "Semuanya terlihat bagus, aku harap kamu betah."ucap pak Henri.

"Terima kasih pak"ucap Dimas.

___

Keesokan hari nya, Dimas pergi bekerja dengan semangat. Hari ini dia sudah mendapatkan baju seragam dan juga name tag. Dimas melihat name tagnya dengan sangat terharu, dia tidak menyangka kalau bisa bekerja di tempat seerti ini.

Dimas pergi menemui Beni sang mandor, " Selamat pagi bang"sapa Dimas.

Beni tersenyum, "baru datang lu?"tanya Beni.

"Iya bang"

"Udah absen belum?"tanya Beni.

"Belum bang, gue nggak ngerti caranya gimana"kata Dimas jujur.

"Yauda ayo, gue ajarin" Beni membawa Dimas ke pintu masuk, dan mengajarkan Dimas bagaimana cara Absen di PT itu, kebetulan di sana mereka absennya digital, tinggal letakkan name tag aja.

"Udah ngerti?"tanya Beni

"Udah bang, gampang ternyata."jawab Dimas.

"Iya, kalau gitu ayo ikutin gue, kita langsung ke tempat kerja"Beni mengajak Dimas ke bagian proses pembuatan.

Beni memberikan arahan pada Dimas, dia mengajarkan Dimas bagaimana cara menggunakan alat - alat. Setelah mengerti, Benj mengajak Dimas ke proses penambalan, disini akan di lakukan penambalan untuk produk - produk yang di hasilkan, apa bila mengalami kecacatan atau kegagalan.

"Ngerti semua kan?"tanya Beni, Dimas pin mengangguk mengiyakan.

"Jadi, gue di bagian mana bang?"tanya Dimas.

"Untuk awal kamu di bagian pemotongan, tapi ingat kamu harus hati - hati, karena di bagian ini sudah sering karyawan mengalami insiden yang sedikit berbahaya"ucap Beni memperingatin.

"Bahayanya, misalnya seeprti apa bang?"tanya Dimas yang sedikit cemas.

"Ya, contohnya kejadian 2 minggu yang lalu, ada karyawan siff malam, mungkin karena mengantuk, dia kehilangan fokus dan tanpa sengaja di memasukkan tangannya kedalam alat..."

"Trus gimana tangannya sekarang bang?" potong Dimas

"Makanya dengerin dulu, jangan main potong aja. "kata Benni.

"Lahasil tangannya pun putus."sambung Benni.

Seketika Dimas bergidik ngeri, dia jadi ngeri sendiri dengan pekerjaannya.

"Tapi lu jangan takut, itu kan karena ke lalaian dia, kalau kita fokus insya allah semua bakalan aman"ucap Benni melihat Dimas yang sudah pucat.

"Sudah sana kerja, ingat hati - hati." Kata Beni menepuk bahu Dimas.

Dimas menangguk."Benipun pergi meningglkan Dimas pun mulai bekerja.

Dimas mulai mendekati alat pemotongan tersebut, dia bekerja dengan 3 orang. Mereka semua menyambut kedatangan Dimas dan membantu Dimas saat dia kesusahan.

"Makasih ya, kalian sudah bantu aku."ucap Dimas saat jam istirat.

"Iya sama - sama, yuk ke kantin"

___

Sepulang kerja Dimas langsung memasak makan, dia harus berhemat, agar bisa mengirim lebih untuk kelaurganya di desa.

Setiap pulang kerja di akan masak sambal untuk makan malam dan sarapan paginya. Kalau malan siang dia tidak akan pusing karena PT. Sudah menanggung makan siang pegawainya.

Setelah selesai masak, Dimas membersihkan rumah dan mencuci pakaiannya. Dia melakukan semua pekerjaan sendiri, dulu pak Henri pernah menawarkannya untuk membelikannya mesin cuci, tapi Dimas menolaknya, bukan tidak mau menerima tapi Dimas kepikiran kalau dia menggunakan mesin cuci otomatis biaya listriknya akan bertambah.

Sedangkan dia harus berhemat, biarlah mengeluarkan sedikit tenaga demi menghemat pengeluarannya. Setelah pekerjaannya selesai semua, Dimas pun mandi kemudian barulah dia makan malam

Diamas sudah selesai mandi dan sudah duduk di depan makanan, saat hendak menyuapkan makanan kedalam mulutnya, tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu.

Dimas meletakkan kembali sendoknya dan membuka kan pintu. Ternyata pak Henri lah yang mengetuk pintunya.

"Apa kamu sudah makan?"tanya pak Henri, masuk kedalam rumah.

"Belum pak, ini saya baru mau makan. Bapak sendiri, apa sudah makan?"tanya Dimas.

"Belum, aku makan bersamamu saja." ucap Henri yang sedang mencicipi masakan Dimas.

"Tapi ini tidak enak pak, dan saya hanya ada ini saja."kata Dimas.

"Ini enak kok, aku jadi lapar. Mana piringnya"Pak Henri duduk di depan Dimas.

Dimas tersenyum, dia senang karena pak Henri menyukai makanannya.

"Apa bapak tidak merasa jijik makan dengan saya?"Tanya Dimas mengulurkan piring pada Henri.

"Jijik? Kenapa harus jijik? Kamu ini ada - ada saja, ayo makan atau kamu nggak usah makan biar makanannya aku yang makan semua"ucap Pak Henri, mengambil nasi dan lauk.

"Ya jangan dong pak, kalau bapak habis kan terus saya makan apa?"tanya Dimas mulai memakan nasinya yang sempat tertunda itu.

"Enak, mulai sekarang aku akan makan malam di sini"ucap Henri di sela makannya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!