Pagi sekali Reyhan ke rumah Sifa, ia bernapas lega masih melihat mobil adiknya terparkir di garasi.
“Pagi aunty,” sapa Reyhan masuk ke dalam rumah, ia melihat Sifa sedang sibuk menyiapkan sarapan.
“Pagi. Tumben kemari? Biasanya perkerjaan lebih penting bagimu,” celetuk Sifa.
“Maaf, Aunty. Karena pekerjaan memang sedang banyak, aku sampai pusing. Belum lagi begitu banyak selisih uang perusahaan di bulan kemarin.”
“Mau teh?” tanya Sifa.
Reyhan menggelengkan kepalanya.
“Dimana Meysi, aunty?”
“Ada di kamarnya. Dia masih tidur, jangan mengganggunya!” karena melihat Reyhan yang hendak beranjak.
“Ada masalah apa dengan kalian? Sehingga Meysi begitu sedih!”
“Ku rasa, Aunty pasti tahu penyebabnya.”
“Menolak boleh. Tapi, tidak perlu membentak! Apa begitu cara seorang Kakak bicara pada adiknya?”
“Iya, aku minta maaf Aunty. Entah kenapa aku bisa membentaknya, karena saat itu begitu pusing dengan pekerjaan.”
“Sebenarnya tindakan Meysi itu ada benarnya, usia mu sudah cukup untuk menikah!”
“Entahlah, masa aku langsung menikah dengan wanita yang tidak aku kenal sama sekali!”
“Dasar bodoh! Siapa yang memintamu untuk langsung menikah?! Kalian pasti harus bertemu dulu lah, astaga Reyhan!” Sifa menggelengkan kepalanya.
“Meysi hanya membicarakan tentang janjimu yang akan menikah dengan gadis yang ia pilih untukmu, bukan langsung menikah sekarang! Semua pasti ada tahapnya, Reyhan! Kalian harus bertemu terlebih dahulu, mengobrol berdua!”
“Reyhan, pikirkan baik-baik! Kamu bertemu dengan gadis itu, setelah itu terserah padamu!”
Reyhan menghela napas kasar.
“Aku tidak tahu Aunty. Untuk saat ini aku belum punya keinginan untuk menikah!”
“Reyhan, apa kamu itu masih menyukai perempuan?” tanya Sifa penuh selidik.
“Tentu saja!” seru Reyhan.
“Lalu kenapa tidak ingin menikah?” tanya Sifa menatapnya.
“Huftt ... aku tidak tahu Aunty, aku belum berpikir untuk menikah,” sahutnya.
“Sudahlah, sebaiknya kamu tenangin diri dan coba kamu pikir baik-baik lagi. Menikah itu suatu ibadah,” tutur Sifa lembut.
“Sepertinya Reyhan harus ke kantor sekarang, ada meeting pagi ini. Titip Meysi ya Aunty,” Ujarnya berlalu pergi.
Sifa menggelengkan kepalanya, ia tahu jika Reyhan saat ini sengaja menghindar darinya.
Tanpa mereka sadari, jika Meysi mendengar semua percakapan mereka.
Meysi menghela nafas kasar, apa lagi mendengar ucapan Kakaknya yang memang tidak ingin menikah.
Niatnya yang ingin mencarikan jodoh untuk Kakaknya, telah gagal total.
***
Siang ini, Meysi masih betah dalam selimutnya. Bahkan sekedar makan saja dirinya tidak berselera sama sekali, apa lagi mendengar kakaknya memang tidak ingin menikah.
Ting!
Pesan masuk dari ponselnya.
“Nona, terima kasih banyak. Ibu saya sudah di perbolehkan untuk pulang, karena kesehatannya sudah mulai membaik. Ibu meminta pulang dan rawat jalan saja.”
Meysi membaca pesan dari Zahra dengan sesama, timbul keinginannya untuk ke rumah Zahra.
Meysi mengetikkan keyboard di layar ponselnya, ia meminta alamat lengkap Zahra lalu tanpa ragu mengirimnya.
Cukup lama ia menunggu pesan itu baru di balas oleh Zahra, hingga Meysi sempat berpikir jika Zahra tidak ingin dirinya berkunjung ke rumahnya.
Ting! Suara pesan tersebut masuk.
Ia tersenyum melihat Zahra memberikan alamat rumahnya.
Ia bergegas mandi, lalu bersiap menuju ke rumah Zahra.
Meysi keluar dari kamar, melihat sekeliling terlihat sepi. Ia bergegas keluar rumah dengan berlari kecil, bahkan dirinya tidak membawa mobil miliknya.
Setelah cukup jauh, dari rumah Sifa, ia menunggu mobil yang ia pesan online untuk mengantarnya ke tempat tujuan.
Tak lama, mobil tersebut datang dan segera membawanya ke alamat tujuan.
Setibanya di tempat tujuan, Meysi celingukan mencari alamat tersebut. Ada beberapa orang yang berbisik, melihat wanita yang begitu cantik dan mulus.
“Cari siapa?” tanya salah satu warga tersebut, karena seperti kebingungan mencari alamat.
“Ini Bu, rumahnya Zahra. Apa benar alamatnya di sini?” tanyanya memperlihatkan alamat yang sempat ia tulis di kertas. Karena ponselnya sudah di nonaktifkan olehnya.
“Iya benar, lurus saja nanti belok kanan.”
Meysi mengangguk, ia melangkah menuju ke arah yang di tunjukan oleh ibu yang berbicara dengannya tadi.
Terlihat Zahra sedang menyapu di teras rumah, Meysi tersenyum karena sudah menemukan alamat rumah Zahra tersebut.
“Zahra,” panggilnya.
Zahra langsung menoleh ke sumber suara.
“Nona,” gumamnya.
Zahra memaksakan senyumnya, ia berpikir kedatangan Meysi ke rumahnya adalah ingin membawa dirinya.
“Apa kesulitan mencari alamat rumah saya?” tanyanya.
“Tidak,” sahutnya langsung duduk di kursi yang ada di teras.
Zahra melihat Meysi yang berkeringat dan segera membawanya masuk ke dalam rumah, karena di dalam rumahnya terdapat kipas angin.
***
Sore hari, di kediaman rumah Sifa. Ia terlihat kebingungan melihat Meysi tidak berada di kamarnya, bahkan ia sudah menghubungi nomor telepon rumah Reyhan.
Namun, Meysi tidak berada di rumah mereka.
“Ke mana anak itu?”
Ia berusaha menghubungi nomor Meysi, akan tetapi di luar jangkauan.
sudah berulang kali ia mencoba menghubunginya, namun selalu operator yang terus berbicara.
Sifa berdecap kesal, lalu menghubungi nomor Reyhan dan menceritakan jika saat ini Meysi tidak berada di rumahnya. Reyhan langsung membulatkan matanya mendengar Meysi tidak ada di rumah.
Reyhan langsung bergegas pulang ke rumah Sifa, setelah mendengar Meysi tidak ada di rumah mereka.
“Aunty, ke mana perginya Meysi?” melihat Sifa yang sibuk menghubungi seseorang.
“Aunty tidak tahu. Ia tidak berpamitan, jika dia berpamitan pergi aku tidak mungkin menghubungimu!” ketus Sifa.
Reyhan menatap Sifa curiga, ia berpikir jika kepergian Meysi hanyalah sandiwara.
“Kenapa menatapku seperti itu? Kamu pikir ini sandiwara!” menatap tajam Reyhan.
Reyhan segera memalingkan pandangannya, karena melihat Sifa melotot kan matanya.
“Semua ini karena dirimu!” kesal Sifa pada Reyhan.
Reyhan hanya bisa menelan salivanya melihat kemarahan Sifa padanya, ia merogoh ponselnya yang ada di dalam saku celananya.
Reyhan langsung menghubungi Toni untuk meminta bantuannya, agar membantunya mencari keberadaan adik perempuannya tersebut.
“Paman, Meysi tidak ada di rumah. Apa Paman bisa membantuku untuk melacak keberadaannya?” tanya Reyhan menghubungi Toni.
“Apa? Nona Meysi hilang?!” pekik Toni, terkejut mendengar kabar tersebut.
Toni langsung mengakhiri panggilannya dan segera menghubungi anak buahnya.
“Apa saja yang kalian kerjakan?! Sehingga tidak mengetahui jika Nona Meysi hilang?!” bentaknya.
“Cari dia sampai ketemu! Jika sampai malam ini kalian tidak menemukan keberadaannya, kalian yang akan menerima akibatnya! Karena sudah tidak becus menjaga majikan kalian!” bentak Toni lagi.
“Baik bos!” sahut mereka terdengar gugup.
Sementara itu di kediaman Sifa, Reyhan di marahi oleh aunty Sifa.
“Lihat Reyhan, apa yang telah kamu lakukan pada adikmu?! Katanya kamu sangat menyayangi adikmu, kenapa kamu tega membentaknya?!”
“Maafkan aku aunty, aku saat itu tidak sadar. Karena ada begitu banyak masalah di perusahaan, hingga aku tidak bisa mengontrol emosiku.”
Sifa yang merasa sangat kesal, beranjak dari ruang tamu tersebut dan melangkah menuju ke kamar yang sebelumnya Meysi tidur.
Sang paman, yaitu suami dari Sifa mengusap punggung Reyhan agar dirinya banyak bersabar menghadapi perempuan.
“Mungkin saat ini Meysi butuh sendiri. Apalagi ini pertama kalinya kamu membentaknya, paman yakin jika Meysi baik-baik saja. Tidak ada yang berani berbuat jahat padanya, apa lagi Meysi itu sangat jago bela diri.”
Reyhan hanya mengangguk.
“Maaf jika Paman ikut campur. Sebenarnya, kenapa dirimu tidak ingin menikah dengan wanita itu? Apa karena wanita itu jelek?” tanyanya pelan.
“Aku belum pernah bertemu dengan wanita itu,” sahutnya.
“Cobalah membuka hatimu untuk wanita, adikmu itu benar. Jika dia sangat menyayangi dirimu, dia ingin melihatmu bahagia. Apalagi di usiamu sekarang, kamu harusnya sudah menggendong seorang anak.”
“Percayalah, menikah itu nikmat. Mungkin sekarang kamu menolak, setelah sudah merasakannya kamu tidak akan bisa jauh dari istrimu,” bisiknya pada Reyhan.
Reyhan hanya terkekeh mendengarnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Hanum Anindya
kesalahan meysi nggak ngajak kakaknya ketemuan duluan sama Zahra. Tapi kejutan sih biar mereka saling menasaran
2023-01-06
0