Bab 8

Zahra berjalan gontai, ia tampak tidak semangat memasuki aula tempat resepsi pernikahan.

“30 juta! Aku harus mencicil dengan harga segitu, aku mendapatkan uangnya dari mana?” gumam Zahra dalam hati.

Zahra bergegas menggantikan pakaiannya dengan pakaian kerja yang sudah di sediakan, lalu kembali fokus dengan pekerjaan yang ia jalani sekarang.

Ia bekerja hingga malam hari, Zahra duduk di tepi trotoar untuk menunggu ojek online yang sudah ia pesan.

“Dengan Nona Zahra?” tanya salah satu yang pria memakai jaket hijau tersebut.

“Eh iya,” sahut Zahra setengah terkejut melihat kedatangan taksi online yang ia pesan.

Setelah memastikan penumpangnya sudah duduk di dengan benar, driver ojek tersebut langsung mengendarai motornya ke tempat tujuan.

Setibanya di depan rumahnya, Zanira terlihat begitu panik langsung menarik lengan kakaknya untuk masuk.

“Kak, Ibu pingsan,” teriak adiknya yang melihatnya sudah datang.

Zahra yang mendengarnya langsung berlari masuk ke dalam rumah, ia melihat ibunya sudah tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.

“Pesan taksi, kita harus membawa ibu ke rumah sakit.”

Zahra terlihat panik, ia memangku kepala ibunya di atas kakinya.

Adiknya mengangguk, lalu segera memesan taksi untuk mereka.

Sambil menunggu, Zahra mengusap wajah ibunya dengan air agar segera sadar dari pingsannya.

“Kak, taksinya sudah datang.”

Tanpa menunggu lagi, Zahra dan kedua adiknya membantu ibunya untuk berjalan ke luar rumah.

“Kamu di rumah saja dek. Kunci semua jendela dan pintunya,” ucap Zahra kepada adik bungsunya.

Zahra dan adik keduanya perlahan membawa sang ibu masuk ke dalam mobil, walaupun ibunya sudah tersadar akan tetapi, ia masih terlihat lemas dan tidak mampu untuk melangkah.

Di rumah sakit.

Sang ibu langsung di tangani, bahkan sudah masuk ke ruang rawat inap.

“Ibu makan apa sih? Gula darah ibu sangat rendah, Zahra takut terjadi sesuatu pada Ibu.”

Zahra mencium tangan ibunya berulang kali.

“Cepat sembuh ya Bu.”

“Iya sayang,” sahut ibunya dengan suara masih lemah.

Ibunya mulai memejamkan mata, apalagi ia sudah di berikan obat dari perawat.

“Dek, bagaimana pendaftaran kuliah mu?” tanya Zahra pada adiknya yang tengah duduk di sofa.

Tampak Zanira menghela nafas berat.

“Aku tidak ingin berkuliah Kak, pendaftarannya cukup mahal. Aku tidak ingin membebankan Kaka,” tutur Ziana.

“Kamu yakin?” tanya Zahra memastikan.

Zanira mengangguk pelan.

Sebenarnya, dirinya sangat ingin berkuliah, apalagi semua temannya sudah mendaftar untuk kuliah. Akan tetapi, ia tidak mungkin membebani sang kakak, apalagi saat kesulitan ekonomi saat ini.

“Kakak akan berusaha mencari uang untuk pendaftaran kuliahmu.”

“Tidak perlu Kak. Aku ingin bekerja saja, mencari uang untuk membatu kakak membayar hutang kita di rumah sakit ini.”

Zahra mengenal nafas berat, ia tidak tega melihat adiknya yang rela kuliah.

“Maafkan Kaka ya dek, Kakak belum bisa memenuhi impianmu.”

Zanira tersenyum lalu mengangguk.

Zanira merebahkan tubuhnya di sofa empuk, sementara Zahra masih duduk di kursi dekat bangsal rumah sakit dimana ibunya terbaring.

“Bagaimana aku mendapatkan uang sebanyak 30 juta itu?" gumamnya dalam hati sembari memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing.

Zahra teringat akan ucapan Meysi tadi pagi saat di pantai dan mempertimbangkan tawaran Meysi padanya.

***

Maaf ya guys, author slow update, karena fokus dengan cerita satunya dulu. Awal bulan, cerita ini akan normal upnya.

Terpopuler

Comments

Gadis Gaul

Gadis Gaul

Semangat thor

2023-01-17

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

semangat kak, jangan patah semangat! kakak bisa kok menyelesaikannya.

2022-12-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!