“Sudah. Lepaskan dulu, aku tidak bisa bernapas,” ujar Mesya datar.
Perlahan Indra melepaskan pelukannya, menatap wajah istri dengan sesama.
“Kamu sudah tidak mencintaiku lagi?” tanyanya lembut.
Mesya tidak menjawab, malah melangkah menuju sofa untuk duduk. Indra mengekori istrinya dan ikut duduk di sofa yang berhadapan dengan istrinya.
“Kemari, masuk.” Mesya mengajak seseorang untuk masuk ke dalam rumah.
Indra mengernyit heran, apa yang di maksud oleh istrinya.
Saat menoleh ke belakang, betapa terkejutnya dia melihat Mila yang tengah tersenyum padanya.
“Sayang, kenapa kamu mengajaknya kemari? Wanita ini sangat berbahaya!” protes Indra pada istrinya.
Terlihat wajah Indra yang sangat murka, ia berusaha menahan amarahnya.
“Lihat anak ini, dia begitu mirip denganmu,” ujar Mesya berbohong, karena jika di perhatikan wajah anak itu sangat mirip dengan ibunya.
“Sudah puas kamu sekarang?! Sudah bisa masuk ke rumah ini. Berani menyentuh istriku, aku akan membuatmu menyesal seumur hidup!” ancam Indra menunjuk wajah Mila.
Ia melangkah meninggalkan mereka di ruang tamu, menaiki tangga dengan setengah berlari.
“Mas,” panggil Mesya setengah berteriak.
Akan tetapi, teriakan istrinya tidak di hiraukan oleh Indra.
Mesya menghela napas kasar.
“Kalian istirahat saja di kamar, aku akan menyusul suamiku.” Mesya menunjuk kamar yang ada di bawah, kamar di khususkan untuk tamu.
Mila mengangguk dan mengajak putranya ke kamar tersebut.
Setelah memastikan Mila masuk ke kamar, Mesya melangkah menaiki tangga untuk menemui suaminya yang terlihat begitu marah.
Tiba di kamar, terlihat Indra sudah berpakaian rapi.
“Mau ke mana?” tanya Mesya sambil mengunci pintu kamarnya.
Indra tidak peduli dengan pertanyaan sang istri, dirinya sibuk membenarkan pakaiannya dan memakaikan jam di pergelangan tangannya.
Lalu Indra melangkah kakinya ke arah pintu, akan tetapi Mesya merentangkan kedua tangannya karena tidak membiarkan Indra keluar dari kamar tersebut.
“Apa mau mu? Mesya, sudahlah! Aku sudah lelah dengan semua ini.”
Mesya menatap nanar wajah suaminya, tanpa di duga ia malah mengecup bibir suaminya. Bahkan bibir Mesya mulai bermain, akan tetapi tidak dengan Indra ia hanya diam mematung.
Karena tidak tahan dengan sikap istrinya yang tiba-tiba agresif, pertahanan Indra akhirnya luntur.
Suara decapan sudah memenuhi seisi kamar, apalagi Indra sudah beberapa hari menahan hasratnya ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, apalagi istrinya yang memulainya lebih dulu.
Indra melepas paksa pakaian istrinya dan membuangnya ke sembarang arah, setelah berhasil menanggal pakaian mereka Indra menggendong istrinya ke tempat tidur, tanpa melepaskan bibir mereka.
Di kamar tersebut di penuhi suara-suara indah dari Mesya, hingga membuat Indra semakin bersemangat. Apalagi hasrat yang tidak bisa di salurkan selama beberapa hari ini, akibat perselisihan mereka yang belum menemukan titik terang.
Entah berapa kali mereka melakukannya, hingga mereka kelelahan dan tertidur pulas sambil berpelukan.
Sementara di kamar lain, Mila berdecap kesal. Karena tidak mendapati Indra dan Mesya keluar dari kamarnya sejak sore tadi.
“Sialan! Apa yang mereka lakukan di kamar?!” kesalnya.
***
Keesokan paginya, Reyhan menepati janjinya pada adiknya Meysi untuk membawanya jalan-jalan.
Ia sudah menunggu di depan rumah Zahra, karena sebelumnya Meysi memintanya untuk menunggu di mobil.
Terlihat Meysi baru keluar dari rumah Zahra, dengan style berpakain yang tidak berubah. Yaitu, baju kebesaran, tas kecil yang tidak pernah ketinggalan dan selalu memakai topi.
“Hah! Anak ini. Entah kapan jadi wanita yang anggun, pakaian hampir sama seperti pria!” gerutu Reyhan di dalam mobil.
“Bagaimana styles ku? Keren, bukan?”
“Keren dari mana? Entah sampai kapan kamu berpakaian seperti pakaian pria, astaga!” protes Reyhan.
Meysi hanya terkekeh, sambil bermain dengan kedua alisnya dan melangkah sedikit untuk membuka pintu mobil ya h ada di belakang.
“kamu pikir aku sopir mu? Cepat duduk di depan,” ujar Reyhan.
Karena sesuai permintaan adiknya, ingin dirinya yang membawa mobil sendiri.
“Zahra, ayo cepat masuk,” panggil Meysi yang setengah berteriak.
“Zahra? Wanita itu ikut bersama ki-- ,” ucapan Reyhan terpotong, tak kala melihat Zahra yang baru saja keluar dari rumah.
Pakaian yang ia kenakan sederhana, entah kenapa saat Zahra memakainya begitu sangat cantik.
“Ekhem ...” deham Meysi melihat kakaknya yang melongo.
Seketika Reyhan langsung tersadar.
“Zahra, kamu duduk di depan. Di belakang penuh,” tuturnya dengan sengaja meletakkan tas kecil miliknya di kursi kosong di sebelahnya.
Dengan sangat terpaksa Zahra menurutinya.
Tercipta keheningan di dalam mobil tersebut, Meysi sibuk bermain dengan ponselnya. Sedangkan Zahra hanya diam melihat ke arah luar jendela, hanya suara deru mesin mobil yang terdengar.
Reyhan yang fokus menyetir, sesekali ia melirik Zahra yang masih menatap ke arah luar jendela.
Mereka tiba di salah satu mall yang terbesar di kota tersebut, Meysi menggandeng tangan Zahra masuk ke dalam mall tersebut.
Sedangkan Reyhan menggelengkan kepalanya, karena harus mengikuti langkah kedua perempuan yang lebih dulu jalan.
Di dalam mall, Meysi memilih pakaian untuk Zahra. Sedangkan Zahra hanya mengikuti apa yang Zahra katakan, tanpa ingin ikut memilih pakaian.
“Pilihlah pakaian untukmu juga, kamu tidak perlu melihat harganya,” ujar Reyhan yang tiba-tiba ada di belakangnya.
Zahra sebenarnya tidak ingin membeli baju, ia hanya penasaran melihat harga pakaian yang ada di toko tersebut. Ia membulatkan matanya melihat yang begitu mahal, tanpa ia ketahui jika Reyhan memperhatikannya.
“Iya, Tuan. Saya tidak ingin membeli pakaian,” sahutnya.
“Zahra, sepertinya ini cocok untuk kamu.” Meysi memperlihatkan baju berwarna hitam tersebut.
“Jangan sama kan seleramu dengan orang lain. Ini cocok untuk di pakai oleh pria!” protes Reyhan.
Meysi hanya terkekeh mendengarnya, paling tidak ada sedikit perhatian Reyhan untuk Zahra.
“Sok tahu deh! Mbak, ini bisa di pakai untuk pria dan wanita, bukan?” tanya Meysi kepada penjaga toko tersebut.
Meysi tersenyum penuh kemenangan menatap sang kakak.
“Iya, tapi pakaian ini tidak cocok untuknya!” Reyhan masih memperlihatkan protesnya.
“Oke, baiklah. Kalau begitu, kakak yang pilih.”
Karena merasa di tantang, Reyhan mulai memilih pakaian yang cocok untuk Zahra.
Soal mencari style yang bagus, Reyhan memang paling jago. Sejak kecil ia merawat kedua adik kembarnya, dirinya lah yang memilih pakaian yang cocok untuk kedua adiknya.
Zahra hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, melihat perdebatan kecil antara kakak beradik tersebut.
“Ini cocok untuknya,” ujarnya menunjuk gaun yang terpajang di patung, dengan warna coklat muda.
Meysi langsung meminta penjaga toko tersebut untuk melepaskan pakaian di patung tersebut dan menyerahkan pakaian tersebut pada Zahra.
“Kamu hanya mencobanya saja, setelah itu perlihatkan padaku, lalu kamu bisa melepaskannya kembali.”
“Cepat! Tunggu apa lagi?!”
Zahra bergegas melangkah menuju ruang ganti, setelah memakai gaun tersebut, Zahra melihatnya di kaca.
“Pasti harganya sangat mahal,” gumamnya.
Ia segera melangkah keluar, menemui Meysi yang tengah sibuk memilih pakaian.
Zahra melangkah pelan mendekati Meysi yang tengah sibuk memilih pakaian, sedangkan Reyhan duduk di kursi sambil bermain dengan ponselnya. Namun, netranya teralihkan dengan kedatangan Zahra yang tengah berdiri di samping Meysi, dengan pakaian yang ia pilih untuk Zahra.
Reyhan dan Meysi menatap Zahra dari atas sampai bawah, mereka terpana melihat kecantikan Zahra setelah memakai pakaian tersebut. Apalagi Reyhan yang tidak berkedip melihatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Hanum Anindya
Reyhan dalam hatinya sebenarnya udah terpincut deh sama Zahra hanya pura pura saja.
2023-01-07
0