Jumat, 16 desember 2022
Pagi hari, anak-anak telah pergi bersekolah. Fanti nangun bersama Rici, memasak air lalu membuat teh untuknya sendiri.
Fanti sengaja membuat teh sendiri, karena dia tahu bahwa Kenli sering bangun pagi sekali dan membuat teh sendiri.
Kenli pun tak pernah mempermasalahkannya.
Setelah mengantar anak-anak ke sekolah Kenli kembali, Rici segera keluar menjemput Kenli ke teras rumah.
"Papa!" Pekik Rici saat Kenli datang.
Kenli segera merenggangkan tangannya menyambut uluran tangan Rici lalu menggendongnya sampai ke dalam rumah.
"Kamu nggak usah kerja. Rici lagi sakit, Ranti juga mau keluar." Ujar Kenli.
"Iya." Fanti menuruti keinginan Kenli tak membantah sedikit pun.
Fanti memang biasa ikut dengan Kenli, membantu mereka bekerja dan dia akan di gaji sesuai hasil yang di dapatnya. Tapi hari ini Kenli tak membiarkan dia ikut, karena Rici yang sedang kurang sehat.
"Kak!" Sapa Canda yang baru saja sampai di rumah Fanti.
"Iya!" Jawab Fanti.
"Aku beli peralatan baru kemarin di minimarket. Yang ini bagus, ngak lembek kayak yang kemarin tipis sekali." Jelas Canda.
"Oh, iya, ya. Yang ini bagus. Jadi gampang kalo kita kerjanya." Jawab Fanti.
"Kakak, ikut kerjakan hari ini?" Tanya Canda memastikan.
"Nggak tau juga! Rici masih kurang sehat." Jelas Fanti.
Canda hanya diam menunggu kepastian.
"Canda!" Panggil Ranti dengan berteriak dari rumahnya. Di komplex mereka sudah menjadi hal yang biasa memanggil anak-anak dengan berteriak, dan hal semacam itu tidak menjadi masalah bagi mereka.
"Iya!" Jawab Canda dengan berteriak pula dari rumah Fanti.
"Cepatlah, ini sudah siang!" Ujar Fanti lagi dengan berteriak.
"Iya. Yang lain mau kerja mana?" Tanya Canda.
"Nanti dibangunkan!" Jawab Ranti.
"Ya, udah. Bangunin dulu Ma! Kita udah siap!" Jawab Canda pada Ranti yang berada di teras rumahnya. "Kak, aku ke rumah dulu. Itu anak-anak kalau nggak dibangunin, nggak akan bangun sampe siang." Jelas Canda.
"Emangnya siapa yang pergi?" Canda hendak pergi saat Fanti bertanya.
"Kalo nggak Afdi, ya Pandi. Hanya mereka yang ada!" Jawab Canda.
"Terus Farha.?" Tanya Fanti lagi.
"Itu sakit dari semalam." Canda meneruskan langkahnya kembali ke rumah.
"Oh! Ya." Fanti hanya mengganggukan kepala.
Canda telah kembali ke rumah Ranti, dan Kenli sudah siap untuk pergi bekerja.
Fanti tidak jadi pergi bekerja, karena memikirkan Rici juga. Akhirnya dia hanya di rumah menjaga Rici dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Pukul 10.30 Dafa kembali dari sekolah.
"Assalamuailkum!" Dafa mengucapkan salam saat memasuki rumah.
"Waalaikumsalam!" Jawab Fanti pelan, karena Rici mulai memejamkan matanya pada saat Fanti ingin menidurkannya.
Dafa menyalami Fanti, lalu membuka tas dan pakaian sekolahnya.
"Pulang sama siapa?" Fanti berharap Kesya juga sudah kembali bersama Dafa.
"Sama, Misya!" Jawabnya.
"Oh!!" Jawab Fanti singkat.
Fanti meneruskan menidurkan Rici, agar dia dapat bekerja. Setelahnya Fanti pergi memetik sayur di kebun.
Rici sudah bangun kembali sewaktu Fanti masih membersihkan rumah, karena itu dia meminta Dafa untuk menjaga Rici.
"Daf, liat adikmu. Mama mau ambil sayur di kebun." Pinta Fanti.
"Iya!" Jawab Dafa sambil menonton video di handphone.
Fanti pergi dan memetik daun singkong di kebun belakang rumah. Setelah selesai Fanti membawah pulang dan mengiris daun singkong itu menjadi kecil-kecil.
Kesyi pulang saat Fanti sedang menyiapkan Sayur dengan bumbunya.
"Assalamualaikum!" Kesyi memberikan salam.
"Waalaikumsalam!" Jawab Fanti dari dapur namun Kesyi tak mendengarnya.
"Daf, Mama mana? Kerja?" Tanya Kesyi.
Dafa tak menjawab karena sibuk menonton video. "Daf, mana Mama?" Tanya Kesyi ketus.
"Lagi petik sayur!" Jawab Dafa tak kalah ketus.
Fanti yang sudah berada di dapur dan mendengar perdebatan mereka sejak tadi akhirnya bersuara. "Ada apa?" Teriak Fanti dari dapur.
"Ooh!" Jawab Kesyi yang sadar bahwa Fanti berada di dapur. "Kes, setelah selesai bantu supu halaman dan cuci piring." Pinta Fanti.
Kesyi segera mengganti bajunya dan menyelesaikan pekerjaan yang dipinta oleh Fanti.
*******
Pukul 12.05 menit, Kenli telah kembali dari bekerja. Sedangkan Fanti belum selesai memasak, tapi Kenli tidak mempermasalahkan itu, dia tetap menunggu hingga Fanti selesai memasak dan makan bersama.
Setelah selesai makan Kenli tidur di kasur depan tv sedangkan Fanti meneruskan pekerjaannya, mencuci pakaian. Pakaian sangat cepat menumpuk di keranjang baju kotor Fanti, semua pakaian anggota keluarga Fanti yang mencucinya.
Sebenarnya dia pernah, meminta Kesyi untuk mencuci pakaiannya sendiri, tapi setelah melihat hasilnya Fanti tidak membiarkan lagi Kesyi mencuci bajunya sendiri.
Kenli sudah bangun dari tidurnya, dan Fanti masih dengan kegiatannya mencuci.
Saat ini Kenli sangat ingin minum kopi bersama camilan, tapi untuk membeli kopi pun uang mereka sudah habis. Mereka harus menunggu Ranti untuk mendapatkan uang hasil kerja Kenli sejak kamarin dan hari ini.
Sampai pukul 05.00 Ranti belum kunjung pulang juga dari toko, padahal di toko tidak sampai 1/2 jam untuk mengantar pesanan. Entah ke mana Juga Ranti saat ini, akhirnya Fanti memutuskan untuk berhutang kopi saja di warung, nanti akan dibayar setelah Ranti pulang.
Fanti meminta Kesyi untuk ke warung untuk berhutang kopi dan rokok.
"Kes, pergi warung. Hutang kopi sama Rokok 10 ribu." Pinta Fanti.
Keluarga mereka kadang memang kehabisan uang, dan sering berhutang kalau sudah habis. Tapi Fanti hanya berani berhutang saat Kenli sedang kerja. Jika tidak, dia tidak akan mau untuk berhutang walaupun sudah habis sama sekali.
Sementara itu, Kenli mengambil sisa pisang mentah yang dia bawah tempo hari, untuk digoreng.
Kesyi telah kembali dari warung sedang Kenli sudah menggoreng pisang untuk camilan, Fanti memasak air untuk kopi.
"Ranti kok belum pulang juga ya!!" Ungkap Fanti.
"Ya, begitulah. Kalau Bahar tidak ada! Dia akan singgah jalan-jalan dulu setelah itu pulang." Jawab Kenli.
"Iya, dia memang seperti itu." Lanjut Fanti.
Lama menunggu Ranti, Fanti berbaring di depan tv dan menonton. Kenli yang sedang duduk di teras memutuskan untuk bermain bola bersama Dafa di halaman rumah Ranti.
Halaman depan rumah Ranti memang luas, itulah sebabnya banyak anak-anak yang suka bermain di sana.
Rici yang melihat papanya sedang bermain, merengek ingin ikut.
"Papa! Papa!" Rengek Rici.
"Ayo, kita pergi papa!" Ajak Kesyi.
Dengan riang pun Rici masuk ke pelukan Kesyi untuk menyusul Kenli.
Tak lama setelah Rici dan Kesyi menyusulnya, Kenli telah kembali ke rumah.
"Sudah ada?" Fanti menanyahkan keberadaan Ranti.
"Sudah pulang! Tapi mampir di rumah Pri katanya." Jelas Kenli.
Orang itu selalu saja begitu jika Bahar tidak ada, umpat Fanti dalam hati.
"Ri i màu sama papa katanya!!" Ujar Kesyi yang baru saja sampai di depan rumah.
Rici berlari ke pangkuan Kenli dan segera bermanja-manja dengannya.
Deru bunyi motor terdengar berhenti tak jauh dari rumah mereka.
"Apa itu Ranti?" Tanya Kenli.
"Bukan! Itu bukan bunyi motor mereka!" Jelas Fanti.
Kenli sudah tak sabar menunggu Ranti pulang, masalahnya di rumah saat ini sudah kehabisan beras, sudah tak ada lagi yang bisa dimasak. Untunglah tadi ada camilan walaupun hanya pisang goreng untuk mengganjal perut mereka sementara.
pukul 20.00, Ranti baru pulang dari rumah Pri, itu pun karena di telvon oleh Canda.
Setelah Ranti sampai di rumah beberapa menit, Kenli lmemerintah Dafa untuk meminta uang hasil kerjanya.
Tak lama kemudian Dafa kembali, dengan uang yang diberikan Ranti. Fanti segera membayar hutangnya di warung dan Kenli segera pergi membeli bahan untuk mereka makan.
.
.
.
.
By... By...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments