Sementara itu di lantai SMA.
"Woy woy woy... Ada berita baru.. Ada berita baru..!" Seru Micky.
"Apaan sih Ky? Ribet bener lu ah." Seru Nita.
"Itu di SMP ada yang mati. Eh sekarat maksudnya!" Seru Micky lagi.
"Hah? Serius? Siapa, siapa, siapa?" Seru Marta penasaran.
" Itu, siapa namanya? Re re Rebecca! Ia itu si Becca yang dulu gendut banget terus jadi kurus kering." Seru Micky.
"Apa? Becca yang jago dance itu?" Tanya Karin.
"Iya yang itu." Sahut Micky.
Brak! Tiba-tiba saja Rendy Menggebrak mejanya.
"Jangan asal ngomong ya Lu!" Bentak Rendy pada Micky.
"Dih siapa yang asal ngomong? Woles bro woles. Orang gua serius ini. Coba aja lu liat tuh di UKS. Harusnya sekarang dia masi di UKS. Gak tau deh kalo ambulance udah datang." Sahut Micky.
Tak butuh waktu lama, usai mendengar kabar dari Micky, Rendy langsung lari ke ruang UKS.
"Ini siapa yang bisa ikut naik Ambulance?" Tanya petugas ambulance pada guruku.
Saat semua sedang ribut menentukan siapa yang ikut tiba-tiba saja.
"Saya Pak. Biar saya yang ikut!" Seru Rendy yang langsung naik ke ambulance.
"Okey karena sudah ada perwakilan kita langsung berangkat ya." Sahut Petugas ambulance yang langsung menutup pintu pasien dan berlari kedepan.
" Itu si Rendy ngapain ikut? Kan masi jam pelajaran. Make langsung diangkut lagi." Ujar Pak Samikun.
"Sudah-sudah jangan ribut lagi. Bu Lina tolong ikut susul Becca sma Rendy pake motor ya. Saya khawatir kalo mereka cuma berdua. Biar Rendy yang jaga Becca. Bu Lina tolong urus administrasi nya. Nanti selesai kegiatan sekolah hari ini saya nyusul ke RS ya." Tegas Bu Fenik.
"Baik Bu." Sahut Bu Lina yang langsung bergegas mengambil tasnya di UKS.
"Ayok yang lain Bubar. Kembali ke kelas sekarang." Perintah Bu Fenik.
Saat semua mulai kembali ke kelas. Tersisa satu orang murid yang sejak tadi tidak terima. Dia mengepalkan tangannya marah dan menyesal. Ya, Willy menyesal karena tidak bisa memperlakukan ku dengan baik.
Sementara itu Di Rumah Sakit..
"Dok ini pasien gawat darurat yang tadi di telepon. Sepertinya dia kekurangan cairan dok. Tensinya juga terus turun dok."
"Apa? Cepat bawa ke ruang tindakan. Pasang infus dan Oxygen tetap lanjut."
"Baik dok."
"Dek, dek, stop. Adek cukup sampe disini ya. Nanti kalo temannya sudah ditindak lanjuti baru kita kabari lagi ya."
Tegas suster yang menahan Rendy untuk masuk.
2 jam pun berlalu setelah aku masuk ke ruang tindakan.
Oma, Ken, Bu Fenik, Pak Wendra, dan Pak Samikun pun sudah datang. Mereka ikut menunggu di ruang tunggu bersama Rendy. Tak lama kemudian dokter yang menangani ku pun keluar dari ruangan.
"Gimana dok Cucu saya?" Seru Oma yang segera menghampiri dokter.
"Maaf Bu, Cucu Ibu menderita gangguan Hepatitis B. Ditambah lagi dia juga terkena usus buntu. Untung saja tadi langsung dibawa ke RS. Karena tadi saat operasi Becca sempat kritis karena kekurangan darah dan cairan. Sepertinya dia juga sangat stres akhir-akhir ini sehingga asam lambungnya pun ikut naik." Tegas dokter.
"Apa dok? Becca sempat kritis? Terus sekarang gimana? Dia baik-baik aja kan dok?" Seru Rendy yang tiba-tiba meraih tangan dokter.
"Iya, adik kamu baik-baik aja kok. Dia sudah kembali normal. Nanti kalo sudah siap semua dia bisa dipindahkan ke ruang rawat inap ya." Sambung dokter menenangkan Rendy yang panik.
"Iya, baik terimakasih dok." Sahut Bu Fenik sambil merangkul oma yang sejak tadi hanya bisa menangis.
Benar apa yang dikatakan dokter. Tak lama setelah tindakan suster mulai mendorong ranjangku untuk pindah ke ruang rawat. Saat keluar Oma semakin menangis histeris. Melihatku yang sudah dipasang selang dimana-mana. Selain infus cairan, darah dan oxygen dokter juga memasang kateter pada tubuhku. Karena diperkirakan aku tidak bisa turun dari ranjang selama paling cepat 2 hari.
"Oma, oma pulang aja ya. Biar nanti Becca kami yang jaga. Oma kan pasti butuh istirahat, lagipula kasian Ken. Dari tadi dia nangis aja sampe ketiduran." Ucap Bu Fenik yang prihatin melihat Oma sudah mulai kelelahan.
"Iya Bu. Makasih banyak ya Bu." Ucap oma sedih.
"Becca, oma pulang dulu ya. Nanti besok oma balik lagi. Becca yang kuat ya. Kamu harus kuat ya nak."Bisik oma di telinga ku.
"Oma, ini udah malam biar saya antar ya Oma. Sekalian saya mau beli kopi juga."Ucap Pak Wendra menawarkan diri.
"Iya bener Oma. Biar Pa Wendra yang antar oma ya. Ini sudah malam Oma bahaya kalo naik kendaraan umum." Ucap Bu Fenik.
"Makasih banyak ya. Kalian bener-bener guru yang baik." Jawab Oma sambil menangis.
"Iya sama-sama oma. Itu sudah tugas kami. Ken biar saya yang gendong aja oma." Sahut Pa Wendra yang langsung menggendong Ken.
"Pa Wen, nanti Pak Wen juga langsung pulang saja ya. Biar Becca saya sama Pak Samikun yang jaga." Tegas Bu Fenik.
"Oh iya Bu, baik. Nanti besok siang giliran saya sama istri ya." Sahut Pa Wendra.
"Iya baik. Terimakasih ya Pak Wen." Sahut Bu Fenik lagi.
"Sama-sama Bu. Saya pamit ya."
"Saya juga pamit ya Bu. Sekali lagi terimakasih banyak ya Bu." Ucap Oma.
"Iya sama-sama Oma. Hati-hati di jalan ya Oma." Sahut Bu Fenik yang langsung mengantar oma sampai kedepan kamar.
"Loh, Rendy kamu masi disini?" Tanya Bu fenik yang terkejut melihat Rendy berjalan santai di koridor.
"Iya Bu, saya tadi ke kantin sebentar makan dulu." Jawab Rendy
"Ibu kirain kamu udah pulang loh. Ayok cepat sana pulang nanti orang tua kamu nyariin." Seru Bu Fenik.
"Gak Bu, tadi saya sudah telepon Mama saya. Beliau udah setuju Bu saya jaga Becca malam ini. Kasian oma nya becca kalo harus jadi dia. Apalagi ada Ken." Serunya lagi.
"Loh, oma sama Ken udah pulang kok. Tadi barusan aja. Diantar sama Pak Wendra." Tukas Bu Fenik.
"Oh ya. Ya padahal saya udah beli makanan buat Ken sama oma. Ya sudah deh buat bekal nanti malam." Sahut Rendy santai.
"Apanya yang bekal? udah kamu pulang sana. Beca biar Ibu sama Pak Samikun yang jaga."
Baru saja Bu Fenik selesai bicara, tiba-tiba Pa Samikun keluar dari kamar dengan tergesa-gesa.
" Bu, gawat Bu ini anak saya nyariin. Katanya mama nya mules-mules. Saya ijin pulang dulu ya Bu. Saya takut istri saya mau ngelahirin." Seru Pa Sammy
"Waduh, ya baik Pak. Bapak pulang saja dulu. Semoga istri dan anak bapak baik-baik saja ya."
"Amin. Iya maaf ya Bu. Saya pamit pulang dulu ya. Permisi Bu." Sahut Pak Samikun yang langsung bergegas ke arah parkiran.
"Nah kan Bu. Udah pada pulang. Sudah Bu, malam ini biar saya saja yang jaga. Kalo Ibu kan pasti ada keluarga yang nunggu. Kalo saya masih bebas Bu. Apalagi mama saya udh ngizinin saya nginep di RS." Ucap Rendy.
"Haduh kamu ni. Pintar aja cari kesempatan. Ya sudah kalo gitu Ibu pulang dulu ya. Besok kamu tidak usah ke sekolah dulu. Kamu istirahat saja dulu. Nanti biar Ibu yang kasi izin ke wali kelasmu."Sahut Bu Fenny.
"Yes.. Asik.. Makasih Ibu. Ibu pengertian banget. Hehe" Sahut Rendy
"Ya sudah Ibu pamit ya. Kamu hati-hati.
Nanti kalo ada apa-apa telepon Ibu ya." Pamit Bu Fenik.
"Iya siap Bos. Hati-hati Bu." Sahut Rendy tersenyum.
Setelah Bu Fenik mulai jauh, Rendy pun segera masuk ke kamar.
"Becca, Lu kapan bangun? Bangun dong. Kita ngobrol-ngobrol yuk." Ucap Rendy
"Ngeliat lu tidur kaya gini, gua benar-benar benci sama diri gua. Kalo aja tadi pagi, gua cegah lu buat ikut kelas. Mungkin semua ini gak akan terjadi. Gua gak tau siapa yang tega sampe ngurung lu di gudang. Tapi yang pasti gua bakal cari orang nya. Jadi gua mohon, lu harus sembuh ya. Lu harus sehat lagi." Sambungnya.
Malam itu pun Rendy terus bercerita dan mengajakku bicara. Meskipun aku tidak bisa membalas setiap ucapan nya. Tapi samar-samar mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments