PERMULAAN

*15 Tahun Lalu*

-Juni 2009-

"Becca selamat atas kelulusanmu ya. Ini medali dan map mu. Selesai acara nanti, ibu tunggu kamu di kantor ya." Tegas Ibu Fenik selaku kepala sekolah ku.

"Baik Bu. Terimakasih." Jawabku sambil mengambil map yang diserahkan Bu Fenik padaku.

Saat ini aku berusia 14 tahun. Tahun 2009 saat aku lulus Sekolah Menengah Pertama. Kehidupan ku tidak semudah teman - teman sebaya ku. Bagaimana tidak, saat semua orang senang akan kelulusan nya. Aku justru sangat takut. Karena aku tidak tahu harus berbuat apa untuk masa depan ku selanjutnya.

Ya, orang tua ku mengalami kebangkrutan. Mereka pergi dengan meninggalkan aku dan adikku. Juga hutang yang sangat banyak bagi ku. Aku berusaha untuk menamatkan sekolahku karena hanya itu yang bisa kulakukan. Sebelum akhirnya memulai perjuanganku.

"Becca, sayang sekali dengan berat hati, ibu harus menahan ijazahmu. Map yang ada di tangan kamu itu, hanya berisi buku almamater, dan beberapa foto kenangan. Untuk ijazah, baru bisa kamu ambil jika kamu sudah melunasi sisa uang sekolah mu." Tegas Bu Fenik.

"Iya Bu, Becca mengerti. Mohon maaf Bu sebelumnya. Tapi, memang untuk saat ini uang segitu, Becca tidak ada Bu. Adapun, Becca tidak bisa pakai karena harus membiayai adik. " jawabku.

"Orang tua mu bagaimana Becca? Apa sudah ada kabar?" Tanya beliau

"Belum Bu, mungkin mereka masih perlu waktu." Jawabku menundukkan kepala.

"Kamu hebat Becca. Kamu harus tetap semangat. Karena perjalanan mu masih panjang. Oh ya, Ibu kemarin sudah berdiskusi dengan yayasan. Mereka setuju untuk memberikan kamu beasiswa, karena kamu berhasil mendapatkan nilai yang cukup baik di masa ujian. Bahkan mereka bersedia membantu kamu untuk menamatkan SMA. Bagaimana menurutmu?" Tanya Beliau padaku.

"Wah terimakasih banyak Bu. Becca mau Bu. Apa ibu serius Becca boleh sekolah SMA disini?" Jawabku girang.

"Betul Becca. Coba kamu diskusikan dulu dengan keluargamu ya. Karena biar bagaimana pun. Oma kamu harus mempertimbangkan seragam dan buku pelajaran. Biar bagaimanapun sekolah hanya mendanai biaya spp dan biaya pendaftaran nya saja. Untuk ijazah SMP, nanti bisa kamu ambil sekalian ijazah SMA. Siapa tahu kalau kamu berprestasi dan membawa kebanggaan bagi sekolah, kamu bisa mendapat ijazah SMP dan SMA dengan percuma." Lanjutnya menjelaskan.

"Iya Bu. Ibu benar. Tapi, jika memang Becca punya kesempatan untuk dapat tetap bersekolah Becca pasti akan sangat berusaha Bu." Jawabku.

"Oke Becca. Ibu tunggu keputusan kamu ya." Tegas beliau mengakhiri pembicaraan kami.

"Baik Bu. Terimakasih banyak Bu." Jawabku sigap.

Aku pun langsung bergegas pulang dengan hati yang penuh pengharapan. Aku berharap keluarga besar ku bersedia membantuku untuk membiayai sekolah ku.

Sementara itu di rumah..

"Pokoknya saya gak mau tahu, tante harus bayar hutang anak tante! Coba tante lihat, 1 tagihan isinya sampai 25juta! Mana ada yang gak ngejar tan? Saya juga masi karyawan! Mana mungkin saya relakan uang yang saya tabung susah payah?" Teriak Om David.

"Iya nak, sekarang tante mana ada uang. Tante aja gak kerja. Lagi pun waktu kamu dan anak tante ada bisnis pinjam meminjam apa kalian melibatkan tante? Tidak kan. Sekarang bagaimana bisa kamu melibatkan tante ketika semuanya hancur. Kalau tante ada pasti tante bayar. Tapi sekarang, tante tidak punya uang sebanyak itu. " sahut oma.

" Iya, saya gak mau tahu itu urusan tante. Yang jelas saya akan tetap kejar uang saya." tegas om David yang kemudian berlalu meninggalkan oma.

Aku yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka dari garasi tetangga. Hanya bisa terdiam dan menunduk. Sepertinya putus sudah harapan ku untuk bersekolah kembali. Bagaimana bisa aku bersekolah sementara oma masi harus menanggung biaya hidup ku dan adikku.

" oma siang. " sahutku pada oma yang sedari tadi termenung menatap altar sembahyang nya.

"Eh Becca kamu sudah pulang? Ayo cuci tangan, makan dulu sana. Itu di meja ada sayur pakcoy sama tahu. Tadi oma baru aja selesai masak." Jawabnya lembut.

"Iya oma Becca taro tas dulu ya. Ken dimana oma?" Tanyaku lagi

"Ken ada di kamar. Dia baru aja tidur. Tadi abis main sama si Dika. Kaya nya kecapean deh tuh anak." Jawab oma lagi

"Oh oke oma. Becca ke kamar dulu ya." Jawabku senyum sambil berlalu ke kamar.

Aku menatap wajah adikku yang tertidur pulas. Satu - satunya harta yang kupunya peninggalan orang tua ku. Aku segera memeluknya. Akhirnya air mata yang sedari tadi kupendam pun jatuh juga. Aku merasa takut untuk menatap masa depan. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!