Hukuman

Aku memandangi diriku di toilet. Mataku sembab karena kurang tidur. Ditambah lagi aku menangis sejak kemarin. Pastilah mataku sembab. Tak aneh bila Pak Samikun mengiraku sakit. Pasti karena wajahku yang tidak karuan. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Tapi yang pasti, aku sangat lelah sekarang. Tubuhku pun terasa sangat sakit dan ngilu. Tapi, aku tidak boleh menyerah. Karena jika aku menyerah sehari, aku akan terbiasa untuk terus menyerah.

Akhirnya aku pun memaksa diriku untuk kembali ke kelas. Tapi, saat akan masuk ke kelas tiba-tiba saja Bu Christine memanggilku.

"Becca! Kenapa kamu berkeliaran jam segini?" Tanya nya padaku.

"Iya, maaf Bu. Tadi saya dari toilet." Jawabku.

"Sudah jangan alasan kamu ya. Ibu perhatikan kamu juga gak ikut renungan pagi ini. Kamu kemana? Jangan bilang kamu telat ya?" Tanya nya lagi.

"Gak kok Bu. Becca kan tadi piket, jadi pasti Becca datang lebih awal. Cuma tadi Becca emang gak ikut renungan karena..."

"Sudah, jangan banyak alasan." Sekarang kamu lari keliling lapangan 7 kali. Kalo udah baru kamu boleh masuk kelas!" Seru Bu Christine.

"Tapi Bu..."

" Sudah, gak ada tapi-tapi. Sekarang juga lari atau Ibu tambah hukuman nya." Tegas Bu Christine.

"Baik Bu. Becca lari sekarang. Permisi Bu." Jawabku yang langsung berjalan ke arah lapangan untuk lari.

Dan pagi itu pun aku menghabiskan jam pertama pelajaran dengan berlari. Setelah selesai berlari aku kembali ke ruang guru untuk melapor ke Bu Christine. Setelah beliau menerima pernyataan ku. Akhirnya aku pun diizinkan untuk mengikuti pelajaran.

tok tok tok... Aku mengetuk pintu kelas.

"Permisi Pak. Maaf saya telat. Tadi saya abis dihukum Pak." Ujarku yang meminta maaf pada Pak Samikun.

"Loh, emang kamu salah apa?" Tanya Pak Samikun heran

"Karena saya telat masuk dan tidak ikut renungan Pak." Jawabku lagi.

"Loh kamu kan gak salah. Saya yang suruh kamu istirahat karena muka kamu pucat. Dan lagi memang kamu juga sudah kerjakan tugas piket sendirian kan?" Tanya Pak Samikun.

"Siapa saja yang piket hari ini?" Tanya nya lagi di depan kelas.

"Saya Pak. Hari ini 5 orang. Saya, Indri, Sella, Sherlyn, sama Becca Pak." Ucap Willy.

"Okey, terus kalian kemana aja? Hari ini udah ngerjain apa?" Tanya Pak Samikun.

"Belum Pak. Maaf tadi saya sama Sherlyn kesiangan." Ucap Willy.

"Huh.. Makanya pacaran mulu tuh Pak duaan." Sahut Candra yang dibalas tawa satu kelas.

Entah kenapa candaan mereka justru malah membuat hatiku semakin sakit.

"Hey sudah-sudah. Ini malah ribut lagi! Ya sudah, kalo gitu setelah ini sampai pulang giliran kalian berempat ya yang beres-beres. Becca kamu nanti langsung pulang saja ya." Tegas Pak Samikun.

"Dih kok gak adil sih Pak? Kenapa Becca boleh lepas tugas?" Gerutu Indri.

"Eh kamu nih. Gak adil apanya? Kalian kerja berempat. Bisa dibagi jadi berdua-berdua. Sedangkan Becca, tadi pagi dia kerjain semuanya sendiri. Dia bahkan gak protes sama sekali." Seru Pa Samikun.

"Tapi Pak.."

"Sudah cukup. Kalo kamu protes lagi saya tambahin nih tugas kamu. Becca, kamu boleh duduk sekarang." Ucap Pak Samikun.

"Baik Pak. Terimakasih." Sahutku pada Pak Samikun.

Aku pun melangkah ke mejaku. Aku segera mengeluarkan buku pelajaranku dan mulai membuka halaman yang sedang dibahas.

"Awas ya Lu Becca! Banyak laporan Ya lu sekarang." Bisik Sella padaku.

Aku hanya melirik dan mengabaikan nya saja. Sebab tak ada guna nya melawan teman sebangku ku ini. Karena semenjak Viola mengabaikan ku. Pagi kemarin, dia memutuskan untuk pindah tempat duduk. Sehingga aku jadi duduk dengan Sella.

Setelah pelajaran dimulai, aku pun mendengarkan dengan serius. Aku melupakan semua urusan yang lain. Karena sebentar lagi ujian aku tidak boleh sampai ketinggalan pelajaran lagi. Apalagi aku tidak punya kesempatan untuk ikut les privat. Jadi aku harus menggunakan kesempatan belajar di sekolah sebaik mungkin.

Bel istirahat berbunyi, semua murid bersorak. Karena memang matematika adalah pelajaran yang paling dihindari.

"Ya sudah anak-anak, jangan lupa nanti besok kumpulkan tugasnya ya."Seru Pak Samiku.

"Baik Pak.." Sahut satu kelas.

Segera setelah Pak Samiku keluar kelas, anak-anak lain pun ikut keluar kelas. Aku pun bergegas untuk keluar kelas. Aku mau menemui Rendy yang ada di lantai atas. Ya, karena Rendy adalah anak SMA kelas 11 tentu saja lantai nya berbeda dengan lantai SMP.

Tapi saat aku akan melangkah tiba-tiba saja Sherlyn menjagalku dengan kakinya. Sehingga aku terjatuh di depan Willy. Karena memang bangku Willy berada 2 baris di depan bangku ku.

"Aww Sakit!" Seruku yang memang kesakitan karena siku ku terbentur kaki meja Willy.

"Oopss Sorry, Kaki gua pegel jadi gak sengaja deh. Lu sakit ya? Kasian.." Ledek Sherlyn.

"Ya sakitlah. Mana ada jatoh gak sakit." Seruku.

"Ya maaf. Gua gak sengaja."Seru nya balik.

"Lu kenapa sih? Gua salah apa sama lu? Sampe lu terus-terusan ganggu gua?" Tanyaku yang mulai kesal.

"Gue.."

"Udah-udah. Dia bilang dia gak sengaja. Berisik banget sih lu." Tegas Willy menghentikan pertikaian kami.

Aku pun berdiri sambil memegangi perutku yang memang terasa ngilu setelah terjatuh.

"Iya, gua yang salah. Karena mau gimana pun di mata lu, cuma gua yang salah. Puas!" Seru ku pada Willy yang disambut tawa oleh Sherlyn dan Sella.

Aku pun segera berlari keluar kelas. Sakit.. Rasanya sangat Sakit..

"Huh, rasain Tuh." Seru Sella.

"Iya, tau tuh drama banget. Tibang kesandung." Sambung Sherlyn yang dilanjut dengan tawa mereka.

"Berisik! Lu berdua udah salah bukannya mikir, malah seneng! Bego bener!" Bentak Willy sambil menggebrak meja dan keluar kelas.

Sementara itu..

"Gua bener-bener lelah sekarang. Willy, please berhenti nyakitin gua. Apa salah gua." Gumamku dalam hati Sambil menikmati sepoi-sepoi angin di pinggir lapangan.

Ketika aku sedang asik menumpahkan kesedihanku dalam hati, tiba-tiba saja seseorang memanggilku.

"Becca!" Aku pun menoleh kebelakang.

"Lo disini ternyata!" Seru Stefany.

"Ada apa ce?" Jawabku

"Ada apa, ada apa. Heh, gua denger lu ngegodain gebetan gue ya?!" Serunya lagi.

"Maksud cece siapa? Aku gak ngegodain siapapun kok Ce." Jawabku lagi.

"Halah jangan bohong. Kemarin temen gua liat sendiri lu tuh ngegodain si Rendy. Iya kan? Ngaku lu!" Bentaknya lagi.

"Ya ampun Ce. Aku sama Rendy itu cuma temen. Kita pelayanan bareng di gereja. Gak lebih dari temen kok. " Ucapku yang mulai pusing.

"Alah udah jangan bohong. Sini lu! Ikut gue!" Bentak Stefany yang langsung menarik tanganku.

Tiba-tiba saja dia mendorongku ke gudang basket. Astaga lagi-lagi gudang ini.

"Ce, buka pintunya Ce. Ce aku beneran gak ngapa-ngapain sama Rendy. Kita cuma temen Ce." Teriakku sambil menggedor - gedor pintu.

"Berisik. Makan tuh gudang. Bau - bau dah." Serunya sambil meninggalkan ku.

Lagi, aku terkunci di gudang yang pengap dan sesak ini. Aku sudah kehabisan tenaga sehingga aku hanya terkulai lemas di balik pintu.

Bel istirahat selesai berbunyi. Tapi, tidak ada seorang pun yang membuka kan pintu untukku. Bahkan sampai jam pelajaran 3 berbunyi pun masih tidak ada yang mebukakan pintu gudang. Aku terus menangis sambil meratapi nasib ku di dalam gudang. Kenapa harus seperti ini ceritanya.

Setelah pelajaran ke 4 selesai, Bel pun berbunyi kembali tanda istirahat kedua dimulai. Aku sudah tidak berharap lagi. Meskipun jujur, hati ini rasanya semakin sakit. Karena sekarang, bukan hanya murid bahkan guru ku pun membenciku. Bagaimana tidak? Jika memang mereka tidak membenciku aku pasti sudah ditemukan.

Saat aku sudah putus asa tiba-tiba saja pintu terbuka. Seseorang segera masuk dan memeluk ku.

"Will.. Willy?!"Ucapku lemah dan sedikit bingung. Orang ini sangat dingin tadi apa yang mengubahnya?

"Lu bego ya? Kenapa Lu diem aja disiksa orang? Lu kira lu itu batu? Bisa nahan semua sakit sendiri? Udah bosen idup ya Lu?!" Bentak nya yang panik.

"Gu.. Gue gak apa-apa kok. Gue cuma.."

Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bukan tidak mau, tapi rasanya tubuh ini sudah tidak kuat lagi. Sehingga aku pun pingsan dalam pelukan Willy.

"Becca.. Becca bangun.. Becca.." Teriak Willy.

Willy pun segera menggendong tubuhku keluar dari gudang. Secepat mungkin dia berlari menuju UKS. Semua murid dan guru pun ikut melihat aksi Willy.

"Bu bu bu.. Tolong Bu. Ini Becca pingsan." Seru Willy pada guru jaga.

"Sini cepet. Taro dia diatas ranjang pasien." Pinta Bu Lina.

"Baik Bu." Willy pun segera membaringkan ku di atas ranjang pasien.

Dengan sigap Bu Lina mengolesi hidungku dengan minyak angin. Dan menepuk-nepuk pipiku. Namun aku tidak juga bisa membuka mata. Rasanya terlalu lemah. Dengan cepat beliau mengukur tensi ku.

"Astaga, Becca kamu kenapa? Badan nya panas banget. Tensinya juga cuma 85/55. Rendah banget! Pantas kamu pingsan." Seru nya.

"Gak bisa. Ini gak bisa dibiarkan. Willy tolong bantu Ibu panggil ambulance ya. Becca harus dibawa ke Rumah Sakit." Tegas Bu Lina.

"Baik Bu." Sahut Willy dengan cepat. Sambil langsung berlari ke ruang guru.

Sementara Bu Lina segera mengambil Oxygen untuk pertolongan pertama. Karena nafasku sudah mulai tersengal-sengal. Dan tak lama kemudian Willy kembali dengan beberapa guru yang berlari menuju UKS.

"Bu Lina, ada apa ini?" Teriak Pak Wendra.

"Ini Pak. Becca pingsan. Suhu badannya tinggi banget Pak sampe 43° belum lagi tensi nya rendah banget cuma 85/55. Nafasnya juga udah tersengal-sengal. Sepertinya dia kesulitan bernafas. Dia harus segera dibawa ke UGD Pak." Seru Bu Lina.

"I.. Iya Oke Bu. Saya sudah telepon Ambulance. Sebentar lagi pasti datang." Sahut Pak Wendra panik.

"Becca haduh kamu susah dibilangi. Tadi pagi, saya lihat dia jam 6 sudah lagi beres-beres kelas sendirian. Mukanya sudah pucat sekali. Tapi dia bandel banget suru istirahat malah ikut kelas." Tukas Pak Samikun.

"Loh Becca sempat ikut kelas Bapak? Kok dia gak muncul di kelas saya sih? Saya kira dia pulang atau apa." Sahut Bu Christine.

" Masa sih Bu? Dia ikut kelas saya kok." Sahut Pak Samikun menegaskan.

"Becca, dikurung Bu." Tegas Willy.

"Apa? Becca dikurung? Di mana? Siapa yang berani ngurung dia?" Tanya Bu Christine.

"Gak tau Bu. Saya gak ketemu sama orang yang ngurung Becca. Tapi tadi istirahat kedua saya langsung lari ke gudang. Ternyata dugaan saya benar dia dikurung lagi disana." Jawab Willy lagi.

"Apa kamu bilang lagi? Maksudnya dia pernah terkurung juga sebelumnya?" Tanya Pak Wendra tak percaya.

" Iya Pak. Kemarin selesai saya latihan basket, saya denger suara tangisnya dari gudang. Ternyata dia benar-benar terkurung disana. Kalo saya gak salah tebak, harusnya dia dikunci selama hampir 4 jam." Jelas Willy.

"4 jam? 4 jam itu bukan sebentar Willy! Orang mana bisa tahan selama itu, diruangan yang penuh sesak. Untung dia masih bisa selamat." Seru Pak Samikun.

"Bu, ini gak bisa dibiarkan kita harus cari pelakunya. Ini sudah tindak kekerasan Bu. Kalo sampe diketahui masa sekolah ini bisa di demo Bu. Apalagi, kalo sampe pihak berwajib tahu. Bisa-bisa sekolah kita ditutup." Seru Bu Christine pada Bu Fenik selaku kepala sekolah.

"Ia bu, saya setuju. Ini sudah masuk kriminal. Kita harus usut tuntas." Seru Pak Wendra.

"Bu, gawat! Becca mulai kejang!"Seru Bu Lina panik.

"Apa? Cepat ganjel mulutnya dengan Handuk hangat." Seru Bu Fenik yang langsung disigapi oleh Willy.

Akhirnya tak selang berapa lama ambulance pun datang. Pak Wendra, Willy dan Pak Samikun pun langsung mendorong ranjangku hingga naik ke ambulance.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!