Terluka

Sudah 4 jam sejak aku dikurung di gudang basket. Saat aku sudah mulai lelah menangis, tiba-tiba saja ada seseorang yang membukakan pintu. Dengan mata sedikit terpejam karena silau, samar-samar aku melihat sosok yang tak asing bagiku.

"Willy!" Teriakku yang segera bangkit berdiri saat dia hendak pergi.

"Tolong, mulai sekarang jangan lagi temuin gua. Anggap aja kita gak pernah kenal." Tegasnya yang langsung meninggalkanku.

Setelah mendengar semua itu, aku pun terjatuh bersamaan dengan air mata yang kembali berderai kencang. Aku tak menyangka kata-kata itu yang pertama kudengar dari mulutnya. Setelah dua bulan lamanya aku menangis karena merindukannya.

"Wil, apa lu tau? Seberapa besar perjuangan gua buat kembali? Apa lu tahu seberapa harga yang harus gua bayar karena kembali? Gua kehilangan orangtua gua Will. Gua kehilangan semuanya. Gua harus gimana sekarang? Apa yang harus gua lakuin?Will, Gua takut banget sekarang. Please tolong gue..." Tangisku dalam hati.

Setelah selesai meratap dan menangis. Akupun mulai berusaha untuk kembali berdiri. Dengan susah payah aku berjalan kembali ke kelas untuk mengambil tas dan jaketku. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ya, sudah hampir 4 jam aku terjebak dan menangis di gudang. Aku pun bergegas ke ruang kelas. Karena angkot terakhir ke rumah oma adalah jam 6 sore. Sedangkan perjalanan dari sekolah menuju ke angkot terakhir 1 jam lebih.

Tapi, saat aku tiba di kelas ternyata kelas sudah terkunci. Dan dari jendela ruang kelas kulihat barang-barang ku sudah tidak ada. Aku pun segera keluar untuk mencari barang-barangku. Karena dompet, hp dan uangku ada di tas semua. Aku sama sekali tidak membawa uang. Jadi bagaimana caraku untuk pulang jika tasku tidak ketemu.

Aku pun menelusuri sekolah. Mulai dari tempat sampah, kamar mandi, koridor, taman, lapangan upacara, bahkan lapangan basket yang berada di lantai 4 gedung ini pun semua ketelusuri. Tapi aku sama sekali tidak menemukannya. Karena putus asa, aku pun berniat untuk jalan kaki pulang ke rumah. Namun sialnya, saat aku keluar dari basement ternyata diluar sedang hujan lebat.

"Hmm.. Baguslah, hujan yang lebat ya. Jangan sampai orang lain lihat kalo aku.. Kalo aku..."Aku tidak dapat melanjutkan kata-kataku.

Aku hanya menangis dan sambil berjongkok di depan gerbang. Tubuhku pun sudah mulai basah kuyub karena derasnya hujan.

Sebenernya ada apa denganku? Kenapa semuanya jadi begini? Apa salahku?

Tiba-tiba saja saat aku sedang menangis, sinar lampu dari kendaraan sepeda roda dua ini menyilaukanku.

"Becca?" Seru seseorang yang segera turun dari motor.

"Astaga ternyata beneran Lu! Lu ngapain disini? Gua udah feeling tadi, kalo lu pasti bakalan masi di sekolah. Lu ngapain sih sampe semalem ini?" Tanya Rendy yang begitu panik.

Ya, saat aku sedang terluka dan benar-benar terpuruk, hanya Rendy yang ada untukku.

"Eh elu ko. Iya gua tadi lagi nyari barang-barang Gue. Tapi gak ketemu. Kayanya ada yang jahil kali ya." Jawabku yang memaksa diri untuk tersenyum.

"Iya, tas lu ada sama gue." Rendy pun segera menyodorkan keresek hitam besar padaku.

"I.. ini apa ko?" Tanyaku lagi

"Ini tas lu. Tadi, gua liat Christian sama Yoss lagi mau buang tas lu ke TPU. Dasar tuh anak kalo jahil suka gak ngotak!" Tukasnya yang sedikit geram.

"Oh, Iya oke makasih ya ko." Jawabku asal.

"Emang Lu ada masalah apa sih sama dia? Sampe dia nekat banget buang tas lu. Mana jauh banget lagi." Sambungnya lagi.

"Oh, gak kok itu.. Euh.. Mungkin,.. Mungkin dia cuma pengen ngerjain aja kali." Jawabku yang kebingungan mencari alasan.

Rendy hanya terdiam dan menatapku tajam.

"Udah lu pake ini deh." Ucap Rendy yang menyodorkan jaket tebal padaku.

"Iya, makasih Ko." Sahutku yang langsung memakai jaket yang diberikan Rendy.

Karena memang aku sudah mulai kedinginan. Lalu setelah aku memakai jaket, Rendy pun kembali dari motornya dengan membawa jas hujan plastik. Tiba-tiba saja dia membuka dan mulai memakaikannya padaku. Aku hanya terdiam dan menatapnya bingung.

"Yuk, kita pulang. Gua antar sampe rumah ya. Angkot rumah lu cuma sampe jam 6 kan? Ini udah jam 7 lewat, jadi pasti udah gak ada angkot." Ucap Rendy sambil mulai berjalan ke arah motor dan langsung menstarternya.

"Ayok! Kok malah bengong sih? Kasian Oma lu! Dia pasti nunggu lu dari tadi siang." Katanya lagi.

"Oh, I.. Iya ko. Makasih ya." Ucapku yang langsung naik ke motornya.

"Oh iya, ini gua pake headset and volumenya gua naikin ya. Jadi kalo nanti lu mau ngomong, tepuk aja pundak gua. Soalnya pasti gak kedengeran. Gua gak biasa sepi kalo bawa motor." sambungnya lagi.

Entah kenapa aku merasa seolah Rendy mengerti apa yang sedang ku alami. Sehingga dia sengaja memberikanku waktu untuk menangis dan menenangkan diri. Sepanjang perjalanan kami sama sekali tidak berbincang. Dia hanya fokus untuk menelusuri jalan dan aku, kembali menangis dibalik helm ini.

Hujan yang terus turun dan dinginnya angin malam yang menusuk tubuhku. Seolah ingin membuatku sangat kesakitan. Bahkan rasa sakitnya sampai masuk ke tulang dan hatiku. Sehingga rasanya seluruh tubuhku nyeri dan sangat ngilu. Namun, demikian aku berusaha untuk tetap tegak dan menahan semuanya. Karena ketika motor ini berhenti maka aku pun harus baik-baik saja. Aku tidak ingin baik Rendy atau apalagi Oma sampai melihatku hancur.

Tak terasa setelah satu jam perjalanan. Akhirnya kami tiba juga di rumah oma.

"Ko, Makasih banyak ya udah anter gua pulang. Sorry ya, gua jadi ngerepotin. Apalagi, rumah lu juga jauh banget dari sini." Ucapku sembari mengembalikan helm nya.

"Iya, sama-sama udah buruan masuk gih. Jangan lupa, langsung mandi and keramas. Soalnya kata orang kalo abis kehujanan pasti harus keramas biar gak pusing. Nah abis itu cepet-cepet makan and minum teh anget. Biar ga masuk angin." Sahutnya padaku.

"Iya Ko. Makasih ya." Jawabku lemas.

"Ya udah gua balik dulu ya. Salam buat Oma." Sambungnya lagi sambil mulai menstarter motornya.

"Iya, hati-hati ya Ko. Jangan ngebut-ngebut." Jawabku lagi

"Iya, ya udah buruan masuk gih. Sampe besok ya. Dah.. " Katanya yang langsung membalikan motor dan pergi.

Aku pun langsung masuk ke rumah.

"Ya ampun Becca kamu kemana aja? udah jam 8 lewat kamu baru pulang. Oma tuh watir banget tau gak. Kamu dari mana sih?" Tanya Oma yang khawatir padaku.

Ya, setidaknya ada oma. Aku harus kuat, karena aku masi punya Oma dan Ken yang selalu menungguku pulang.

"Iya, maaf oma. Tadi Becca ada tugas kelompok. Ini kan udah mau UN. Jai harus cepet-cepet diselesaikan tugasnya." Ucapku lemas.

"Ya udah gih sana mandi dulu. Baju kamu sampe basah kuyub gini. Kamu udah makan belum? Makan dulu ya." Pinta Oma yang mulai sangat khawatir melihat ku.

"Gak oma, Gak apa-apa kok. Becca baik-baik aja Oma. Becca mau mandi sama mau langsung bobo aja Oma. Tadi Becca udah makan dulu sebelum pulang." Jawabku sedikit berbohong. Karena aku memang sudah sangat lelah.

"Ya udah kamu mandi abis itu istirahat ya. Oma juga mau tiduran. Punggung rasanya pegel banget nih." Ucap oma yang segera masuk ke kamarnya.

Aku pun segera bergegas membersihkan tubuhku. Setelah merasa sedikit segar aku pun masuk ke kamar. Sebelum tidur aku menyelesaikan tugas rumahku. Dan aku menyempatkan diri menulis diary yang baru saja kubeli tadi siang di koperasi sekolah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!