1 tahun yang lalu.
"Becca, lu denger gua ngomong gak sih? Lu napa sih say? Kok diem aja? Tumben banget." Tanya pria yang sejak tadi mengajakku bicara.
"Eh, ia Will sorry. Maksud gua... Say, kalo misalnya ortu lu bangkrut dan mereka ngajak lu pergi. Lu bakal ikut gak?" Tanyaku pa willy.
Ya, dia adalah Willy Andreas Widjaya. Kekasih ku semasa sekolah. Dia adalah orang pertama yang bisa menerimaku apa adanya. Aku merasa bisa tenang saat aku bersamanya.
"Ya.. Gua pasti bakal nolak lah. Bentar lagi kan UN. Kalo gua bisa pasti gua bakal tamatin dulu sekolah gua. Supaya nanti paling gak gua punya ijazah buat kerja. Ya walaupun cuma SMP. Lumayan lah daripada SD?! Ya Kan?" Jawab Willy tegas.
"Iya, bener juga ya say. Makasih ya Say." Jawabku yang segera memeluknya.
"Iya, Lu kenapa sih say? Aneh banget hari ini. Ngelamun sendiri. Nanti ketawa sendiri. Aneh beud lu." Tukasnya lagi.
"Gak kok gua gak apa-apa say.." Jawabku
"Tapi say, kalo misal gua tiba-tiba susah terus gua sampe dikucilkan lu bakal tetep sama gua?" Tanyaku lagi.
"Lu ni ngomong apa sih? Ya pasti gua sama lu lah. Lagi emang kenapa lu dikucilkan? Orang lu baik-baik aja kan?" Tanya nya balik padaku.
"I.. Iya gua baik-baik aja kok. makasih ya say." Jawabku.
Tapi 2 bulan setelah semua nya terjadi.. Hari itu, benar-benar datang. Setelah semua yang kita lewati. Hari itu tiba juga. Di mana dia tidak bisa menepati janjinya sendiri.
"Eh, Ka lu tau gak dimana orang tua Lu? Kasi tau ke mereka ya. Balikin uang nyokap gue. Itu tuh buat cece gua kuliah. Bisa-bisanya mereka bawa tuh duit. Emang gila ya!!" Tukas Christian.
Dia adalah teman masa kecil ku. Orang tua kami memang berteman. Sehingga aku dan dia pun berteman sejak kecil. Tapi, aku tak tahu apa yang sebenernya terjadi sampai dia ikut merudungku.
"Iya yan, Sorry gua sama sekali gak tahu apapun urusan kerjaan nyokap gue. Dan gue juga beneran gak tau di mana mereka sekarang." Jawabku yang memang tidak tahu apapun.
"Halah, jangan bohong deh. Jujur aja di mana mereka sekarang? Gak usah pura-pura gak tau." Tanya nya yang mulai mendorong ku ke dinding dengan kasar.
"Gua gak tau yan. Serius gua gak tau!" Jawabku lagi yang mulai tak tahan.
Saat aku sedang kebingungan menghadapi semuanya. Tiba-tiba saja aku melihat Willy yang akan latihan basket. Aku memang akan menemuinya. Setelah 2 bulan aku pergi dengan orang tua ku.
Ya, saat kejadian orang tuaku memang memaksa untuk ikut pergi dengan mereka. Namun, aku memohon setiap harinya untuk kembali karena ingin menyelesaikan ujian. Akhirnya mereka pun setuju. Dengan catatan mereka hanya mengantarkan ku sampai bandara setelah itu kami akan berpisah.
Aku berhasil kembali dengan adik laki-lakiku. Tapi setelah itu, hubunganku dan orang tuaku terputus. Aku benar-benar tidak dapat lagi menghungi mereka. Sebenarnya ada sedikit penyesalan karena aku lebih memilih untuk kembali. Tapi, karena teringat Willy aku pun bersemangat kembali untuk sekolah.
Sebab itu aku buru-buru mencarinya setelah selesai kelas. Tapi, tiba-tiba saja aku dihadang oleh Christian dan teman-temannya. Sampai aku lupa tujuan ku datang ke lapangan basket.
"Willy!" Teriak Yoseph
Yoss adalah teman 1 geng Christian. Mereka menjadi sangat dekat karena sama-sama menggemari badminton.
"Eh Wil, sorry ya. Gua ada urusan sama Becca. Gua rasa ini gak ada hubungan nya sama Lu! So please, back off dude! " Tukas Christian.
Aku berharap Willy akan setidaknya melindungi ku lagi. Seperti dulu saat dia menolong ku dari Nathan. Tapi...
"Nah gitu dong! Good choice." Tukas Christian.
Dia pergi! Ya, dengan santai nya dia pergi melewati ku yang sedang dirudung oleh Christian dan gengnya. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana wajah dingin nya melewatiku dengan santai. Seolah tidak pernah ada apapun yang terjadi diantara kami.
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Benarkah dia Willy yang ku kenal? Karena Willy yang ku kenal tidak akan berbuat demikian. Bahkan saat ada sekawanan anak SD yang mengganggu teman nya, dia akan segera berlari untuk menghentikan mereka. Tapi.. Tapi apa ini?
Dan saat aku sedang lengah karena menatap punggung Willy yang mulai naik ke lapangan, Christian dan teman-temannya mulai menyeret ku menjauh dari tangga lapangan.
"Nih lu rasain ya buat orang yang suka bohong dan penipu kayak lu dan keluarga lu." Ucapnya yang mendorong ku hingga masuk ke dalam salah satu gudang basket.
"Yan lu ngapain? Serius lah Yan. Buka pintunya. Buka Yan.." Pintaku yang mulai menangis.
"Apa lu bilang? Sorry gua lupa naro kunci dimana! Mungkin kalo lu udah inget dimana nyokap lu baru gua inget. Jadi sampe nanti, lu tunggu aja disini ya. Bye!" Ucap Christian yang disambut tawa teman-temannya.
Tak lama setelah itu pun aku mendengar mereka mulai menjauh dari pintu gudang.
Oh Tuhan, kenapa rasanya sangat sakit. Aku benar-benar tidak tahu dimana orang tua ku berada sekarang. Tapi kenapa dia yang kuanggap sahabat sejak kecil justru malah yang paling pertama maju untuk merudungku. Apakah persahabatan kami hanya sebatas ini?
Dan yang paling menyakitkan adalah dia. Bagaimana bisa orang yang berjanji untuk tetap bersamaku, justru pergi disaat aku sedang terpuruk. Bukan saja pergi, tapi dia juga tidak sudi untuk menolongku saat aku sedang dirudung. Tidak! Dia bahkan tidak melihatku sama sekali. Ya, dia memalingkan wajahnya!
Dan siang itu pun aku menangis sejadi-jadinya. Aku merasa benar-benar bodoh karena memilih untuk kembali. Seharusnya aku mendengar perkataan orang tua ku untuk tetap bersama mereka. Lalu sekarang apa yang harus kulakukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments