"Rame banget ada berapa orang Tenaga medis yang dikirim,?"tanyaku. Saat ini kami dalam perjalanan menuju lokasi bencana.
"kan ini gabungan dari dinas sosial dan beberapa rumah sakit, terus sekalian pergantian relawan," jelas Fani.
"Juga gabungan dari para relawan,baik yang mau nyumbang bantuan materi atau bantuan tenaga. Jadi yang ikut bukan hanya dinas sosial aja sih." Terang dokter Riki selaku ketua tim dari rumah sakit.
…Tempat Berbeda ……
"Menguap Mulu tidur jam berapa,?" tanya Arga.
"Ga tau lupa,semalam pulang kerumah papi dan mama. Ngobrol sampe malem, terus lanjut nonton bola sampe pagi. Jadi ga buka group kalau pagi Lo ga telpon gw juga ga bakal tau,"kataku. Karena kasus Arman dah dilimpah kan ke penuntut umum jadi kami tinggal menugu sidang. Aku ,Arga dan Galang menjadi tenaga bantu buat korban bencana longsor di pinggir Bandung.
… Rombongan Anin…
"Ok tim kita dah kumpul,mari kita bergabung dengan tenaga medis dari rumah sakit lain,!"kata dr.Riki.
Ahkirnya kita memulai memeriksa korban korban yang ada di tenda pengungsian. Meskipun udah ga ada korban luka berat ,hanya luka-luka ringan tapi kami tetap semangat. Selama memberi pengobatan dan berbincang dengan korban, bisa disimpulkan kebanyakan mereka mengalami trauma. Kami tidak hanya mengobati luka, kami juga mengobrol dan mengajak anak anak bermain bersama. Untuk mengurangi keresahan dan kecemasan serta ketakutan yang mereka rasakan.
"Lo disini juga,"suara laki laki mengagetkan ku dan secara spontan ku lihat dia.
"Lo dari dinas sosial,?"tanyaku dan laki-laki itu mengaguk.
"Kalau Lo,?"tanyanya balik.
"Sama kaya Lo,"jawabku.
"Ko sepi ya? Sial gw kayanya terpisah sama rombongan,"gerutuku.
"Ko bisa terpisah sih,?"tanya Dito ya laki laki yang menyapaku adalah si Dito bartender.
"Tadi gw emang jalan paling belakang, terus gw berhenti karena ikat tali sepatu gw lepas eh pas berdiri Lo panggil. Lo juga tersesat,?" tanyaku dan dia mengaguk.
"Sialan ponsel gw lobet," ucapnya setelah melihat ponselnya seketika aku lihat ponselku.
"Punyaku masih lebih baik ada baterai tapi sinyal nya ga ada,"kata ku lesu.
"Terus gimana dong kita meski kemana ini lurus,ke kanan atau ke kiri?" Tanya ku sambil menujuk semua arah.
"Gimana kalau ke kanan bukan kah kanan serba bagus, makan Pake tangan kanan,berjabat tangan Pake tangan kanan,....." ucap Dito.
"Ok,kita berjalan ke kanan ga usah banyak omong keburu malam udah mulai gelap ni." Kata ku motong ucapan Dito,ahkirnya kami berjalan hingga satu jam tapi tidak ada perubahan malah tambah gelap.
"Kita kayanya semakin tersesat deh ini. Semakin gelap tapi tak ada tanda tanda penduduk mana sinyal ga ada lagi,"keluh ku.
"Ya udah kalau capek istirahat!"
"Istirahat dimana kamu ga lihat pohon semua, ga ada pemukiman atau gubuk. Kalau duduk dibawah pohon bisa bisa ada ulet merayap, "kataku sewot.
Ahkirnya kita berjalan hanya mengandalkan cahaya bulan sebagai petunjuk.
"Ah sial gerimis,"umpat kami bersamaan.
"Itu ada gubuk,"tunjuk Dito. Ahkirnya kita berlari ,tapi belum sempat sampai gubuk Kaki ku terpleset tanah yang licin, membuatku jatuh dan bajuku kotor penuh lumpur semua.
"Sini aku bantu, "ahkirnya dengan dibantu Dito aku bisa berdiri. Aku berjalan menuju gubuk dan kami berdua duduk meneduh serta istirahat.
"Bajumu kotor dan basah pula, "kata Dito.
" Sebaiknya kamu lepas baju mu terus kamu Pake aja kemeja ku,kemeja ku tidak terlalu basah juga tidak kotor,"katanya.
"Terus kamu."
"Kamu lihat aku masih Pake kaos tipis." Katanya,ya emang di balik kemejanya masi ada kaos Warno coklat.
" Boleh ,maaf merepotkan ,"kata ku. Kulihat dia tersenyum dan melepaskan kemejanya dan mengasih ke aku,setelah aku terima Dito berjalan maju memunggungi ku.
"Aku janji tidak akan mengintip mu, gantilah bajumu !" Aku hanya mengaguk dan lekas melepas kaos ku serta segera memakai kemeja Dito, tapi baru mengancingkan dua kancing.
"Wah ketangkep juga kalian, "seru bapak-bapak berjumlah lima orang. Segera ku selesaikan mengancing baju dan menghadap ke mereka, kulihat Dito di pegang dua bapak bapak di kanan kirinya,ya tuhan apalagi ini tanyaku dalam hati.
"Kami tidak mesum bapak-bapak ,teman saya bajunya kotor ,makanya ganti kemeja saya,"terang Dito.
"Halah namanya maling mana ngaku!Lebih baik kita bawa ke rumah ketua adat biar diadili, "kata mereka . Kami berdua di arak menuju kearah perkampungan warga, dan berhenti dirumah yang paling besar. Tidak ada lampu listrik hanya ada lampu minyak,
"Aya naon rame pisan,?" kata kakek memakai tongkat mungkin umurnya sekitar 75 tahun.
"maranehna ngalakukeun jahat,"kata salah seorang yang membawa kami(mereka berbuat maksiat).
"Sepertinya mereka bukan orang sini mereka tidak mengerti bahasa Sunda aki,?" kata salah satu bapak yang membawa kami.
"Kami relawan korban longsor yang tersesat,"kata Dito.
"Ah bohong waktu kami datang si cewek lagi betulin kancing kemeja nya." Ucap salah satu yang tak percaya.
"Kamu tau kenapa kampung sebelah kena longsor anak muda,?" tanya kekek itu pada kami.
"Ya karena musibah, "jawabku.
"Salah, "kata si kakek.
"Karena warganya berbuat maksiat. Jadinya kena azab,"kata kakek itu membuat aku dan Dito melotot tak percaya dan saling pandang.
" Di kampung Purut, Desa Sukaresmi, tidak boleh ada yang berbuat maksiat jika tida ingin kena azab." Suara bunyi ponsel mengagetkan kami.
"Allhamdullilah ponsel gw bunyi"kata bersorak dan segera kuangkat.
"Halo lagi dimana sih dihubungi g bisa,"suara dokter Riki.
"Aku tersesat aku Sherlock ya tolong aku," ucapku.
"Ok kirim tar kami jemput." Begitu aku hendak mengirim lokasi sinyalku hilang lagi membuatku benar-benar frustasi.
"Ahh sial sinyalnya hilang lagi!" Umpat ku bodoh amat mereka mendengar dan melihatku.
" Kalian tidak kami ijin kan keluar dari desa kami kalau belum kami nikah kan. Kami tidak mau kena azab kalian,"kata kakek ketua adat.
"Iya Mereka berbuat mesum lebih baik kita nikah kan saja mereka,"kata seseorang warga.
"kita tidak mesum,kita ini relawan yang tersesat," ucap Dito membela diri.
"Mana ada maling ngaku maling, "kata warga satu lagi.
"Dah nikah kan saja dari pada berzina dan membuat desa kita menanggung azab mereka." Ucap salah satu menjadi provokator buat yang lainnya.
" Sekarang kalian pilih disini selamanya atau kami nikahkan,dan besok pagi silahkan pergi kalau mau pergi. Sekarang juga ga apa apa ,tapi akan kami nikahkan dulu." Kata ketua adat memberikan kami pilihan yang sangat tidak menguntungkan buat kami.
" Boleh kami berbicara berdua aja,"kata Dito.
"Silahkan saja,"aku ditarik menjauh oleh Dito
"Kita turuti maunya mereka biar kita bisa keluar dari sini," ucap Dito .
''Gila Lo,umur gw emang pantes nikah, tapi tidak nikah dengan cara digrebek warga gini."kataku sambil mengatur nafas untuk meredakan emosiku.
"Gw tau ,gw juga begitu. Gw pingin menikah dengan perencanaan bukan mendadak apa lagi karena digerebek warga dikira mesum," ucapnya.
"Gw juga pingin nikah sekali seumur hidup,tapi pikirkan kalau kita tidak menikah kita akan tetap terjebak disini. Yang penting kita keluar dulu tar kelanjutannya mau bubaran atau lanjut, mau mengadakan pesta kita pikirkan sampai di Jakarta." Katanya setelah saling diam selama lima menit.
"Ok kita nikah supaya bisa keluar dari kampung ini,"kataku. Dito menggegam tanganku melangkah kedepan ketua adat.
"Baik kami bersedia,habis ini kami mintak ijin menginap semalam disini boleh,karena kami tidak tau jalan mau ke desa sebelah." Kata Dito tegas tidak seperti biasanya.
"Bagus tapi sebaiknya kalian membersihkan badan dan ganti baju yang lebih sopan." Ucap sang ketua adat.
"ngan kaluar dieu pikeun kadua !" Nampak keluar seorang ibu-ibu berusia sekitar enam puluh tahun.
"Cari baju yang cocok buat mereka!"
"Baik aki mari neng ikut nyai !"
"Akang ikut aku,!"kata bapak-bapak yang ikut menggebrak kami tadi.
"Neng bersihkan badan dulu terserah neng mau mandi apa mau cuci muka."Setelah cuci muka udah ada kebaya warna putih sepasang dengan bawahannya. Nyai tadi membantuku memakai baju dan menyisir rambut ku supaya terlihat lebih rapi.
"Neng cantik ga boleh sedih,pengantin ga boleh sedih. Percaya nyai ,nyai yakin kalian berjodoh dunia akhirat, aura kalian saling melengkapi." Kata nya aku cuma mendengar dan tersenyum masam,rambut panjangku juga disanggul sederhana tapi rapi,tanpa make up.
"Ayo neng kita keluar lagi." Aku dibawa keluar kulihat Dito menggunakan baju bedahan berwarna putih dipadukan dengan kain kebat batik, sabuk, ikat kepala,sekilas baju itu terlihat seperti jas takwa dengan kerah di leher.
"Wah mereka serasi neng geulis ,si akang kasep."
"Ayoo kita mulai ,tulis nama neng serta nama bapak nya neng di sini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments