POV.Dito
"Kita akan tangkap Arman saat melakukan transaksi. Saat dia menunggu Ayu pastikan dia membawa barangnya. Sementara kita biarkan Vanesa, Karena sesuai dugaan Vanesa bukan hanya kurir dan pengedar narkoba. Setelah kita tangkap Arman ,kita pastikan dulu Arman bisa kerja sama untuk menyeret semua yang terlibat." Jelas Bima panjang,kami diam sambil menunggu instruksi darinya.
"Dito bertahan di kosan dulu,jika ada kamar kosong biar Ayu atau Indri tinggal disana untuk mendekati Vanesa,"kata Bima. Vanesa diduga menjadi mucikari anak anak SMA dan kuliahan, yang sedang ada masalah keuangan dan Rio, sebagai eksekusi di lapangan untuk mencari daun muda. Itu hasil penyadapan kamera mini yang aku pasang tempo hari.
"Bang kamar Vanessa dibawah,sedang yang kosong kamar atas,"kataku. Menurut Rio kamar atas kamar VIP karena selain kamar mandi di dalam,ada fasilitas kamar lengkap AC,kulkas mini,laundry selain fasilitas yang lain. Sedang kamar dibawah hanya memiliki fasilitas standar tempat tidur,lemari baju ,kipas angin,kamar mandi diluar,dapur bersama untuk sepuluh kamar dibawah.
"Emang kalau harga VIP berapa,"tanya Denis. Yang emang lagi mencari kosan karena kosan yang lama mau direnovasi.
"Setahuku 3 juta sebulan lalu yang bawah satu juta setengah sebulan,"kataku.
"Denis kala mau pindah kesana kamu bisa ,gak perlu sembunyikan indentitas mu. Tapi sebelum pindah pastikan dulu setiap sudut lorong udah dipasang cctv, tanpa mereka ketahui,"kata bang Bima.
"Ok lo siapin delapan kamera mini dua diatas,enam di bawah. Nanti aku pasang,"kataku.
"Kenapa diatas cuma dua," tanya Bima.
"karena diatas posisinya berjajar enam ruangan lima kamar,satu dapur. Beda dibawah selain kanan kiri kamar dan tempat parkir, masih ada dapur bersama lorong dan dua kamar mandi bersama ada tempat santai juga,"kataku.
"Kalau mau pindah nunggu Arman di tangkap," kata Bima.
…Rumah Kos…
"Lo ngapain disini kamar Lo kan dibawah,"kataku ketika melihat Dito berada di dapur kamar atas.
"Mau cari kamar Rinda,mau balikin piringnya. Kemarin dia ngasih gue kue,"kata Dito.
"Gak bisa lihat jam Lo,"kataku yang benar aja jam segini nyari Rinda kataku dalam hati.
"Jam satu siang".
"Rinda itu pekerja kantoran jam satu siang ya di tempat kerja lah,bego Lo".
"Eh cantik cantik mulutnya,"katanya. Membuatku memutar bola mata malas yang membuat Dito tersenyum aneh.
"Kata anak anak di bawah Lo kerja di rumah sakit,rumah sakit mana?"
"Rumah sakit jiwa,"kataku yang membuat Dito ketawa ngakak,kayanya ga percaya bagus deh.
"Lo mau kemana,?" tanya nya saat melihat ku hendak turun.
"Mini market,tar sore aja pas Rinda pulang,Lo kasih kuenya,"kataku berjalan kebawah meninggalkan Dito.
Dito
semua kamera terpasang
"Masih ada pasian lagi ga sus"saat ini seperti biasa aku praktek di RSJ.
"Udah semua dok,tapi dokter disuruh ke ruang dokter kepala,sebelum pulang,"kata suster Ria. Aku mengaguk dan merapikan meja kerja serta melepas jas dokterku sebelum keluar ruangan.
"Misi dok,doker memanggil saya,?" ucapkan setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk.
"Iya sini dokter masuk,"kata dokter kepala menyuruh aku masuk di dalam juga ada orang selain beliau.
"Geral kenalkan ini dokter Anindya dokter spesialis termuda disini,dan dokter Dya kenalkan ini putra saya. Dia akan membantu saya sementara sebelum mengantikan saya ,"kata dokter Budi.
"Salam kenal,"kataku sopan.
"Salam kenal juga dok".
"Anak saya selama ini bekerja di Singapura." aku hanya mengaguk saat beliau mulai menceritakan putranya.
"Dokter udah mau pulang?"
"Iya dok."
"Ya udah silahkan pulang duluan sudah jam sembilan malam,"kata dokter Budi.
"Kalau begitu saya permisi dok,"kataku sambil meninggalkan dokter Budi keluar ruangan.
"Dok bisa mintak tolong,?"suara suster Ria mengagetkanku saat aku diparkiran hendak pulang.
"Iya ada apa sus?"
"Sabtu tanggal 25 kan tanggal merah dokter ada praktek gak?"
"Kayaknya gak,kenapa?"
" Gimana kalau bahas didalam aja!" Ahkirnya aku masuk kembali mengikuti suster Rita,di kantin pasien sudah ada lima orang dua Suter satu dokter,dua psikolog,setelah aku duduk kulihat dr.Riki menarik nafas.
"Gini dok kan tiga hari lalu di daerah Bandung pinggiran ada bencana longsor,rumah sakit kita dan beberapa rumah sakit dan dinas sosial menggalang dana. Sekalian memberi pelayanan berobat gratis,rumah sakit kita menurunkan dua Suter,dua dokter,dua psikolog. Suter Ria dan Nuri dah bersedia ,psikolog Fani dan Risa udah ok juga. Dokter nya saya dan dokter Luky,tapi dokter luky tadi pagi menyatakan tidak bisa ikut karena istrinya sakit. Jadi kita butuh satu dokter lagi." Kata dokter Riki, dokter umum yang suka menangani pasien RSJ yang terluka ringan,usianya baru 26tahun.
"Oke saya bersedia,kalau buat kemanusiaan."
"Allhamdullilah," seru mereka kompak.
"Aku bilang apa? Kalian sih belum kenal dokter Dya,"seru Suter Ria.
"Karena jalannya susah dan pelosok kita berangkat habis sholat subuh bareng mobil dinas sosial."
"Selanjutnya kita akan buat group ya biar mudah komunikasi."
"Ok kalau gitu saya mau pulang udah malam."
"Silahkan dok."
"Gimana malam ini siap semua,"kata bang Bima setalah kemarin Kami menangkap Arman dan hari ini kami sepakat menangkap antek anteknya.
"Dito kamu pimpin orang buat nangkap vanesa di hotel melati ada Galang di sana!" Kata bang Bima,Galang menyewa jasa vanesa untuk mencari daun muda.
"Arga kamu pimpin buat mengikuti Rio ingat harus lebih cepat Indri taruhannya!" Kata bang Bima,Indri memang menyamar menjadi mahasiswa yang butuh uang dan Rio berencana membawa Indri ke bos besar.
"Ayu bantu Denis memantau keadaan dan aku dan beberapa orang akan stand bay di apartemen Steven." Steven adalah pemilik klub malam dia bos dari Arman,Rio dan Vanesa.
"Siap,"jawab kami kompak
"ELANG!!!"
"Kuat, cepat, dan hebat"Jawab kami kompak dan bubar setelah itu.
"Eh belanja banyak banget,?"sapa Rinda
"Tumben ga kerja cuti,?" tanyaku balik.
"Iya ,cuti biasa periode hari pertama perut ga bisa diajak kompromi,"katanya.
"Belanja bulan,?"sambungnya. Aku letakkan belanja ku dan duduk disampingnya.
Ceklek bunyi pintu di buka seorang laki laki berkaca mata Pake topi keluar dari kamar paling pinggir
"Permisi,"sapa nya.
"Silahkan mas Denis, "seru Rinda yang dijawab senyum.
"Mas Denis kenal belum sama temanku? Anindya kamarnya disampingku dan samping dapur." Kata Rinda membuatku malas dan berdiri membuka pintu kamar tapi belum sempat masuk udah ditarik Rinda.
"Ini mas Denis penghuni baru."
"Anindya."
"Denis,misi mau makan siang,"pamitnya.
"Tau ga dia seorang polisi Lo,"kata Rinda heboh.
"Lo tau ga itu kamar Vanesa sama mas Rio kemarin di geledah polisi,terus polisi juga mengakut semua barang dikamar mereka." Katanya membuatku menghentikan langkah.
"ko Lo tau kemarin lo kan kerja,gw aja yang dirumah ga tau,?"kataku.
"Karena gw gaul ga kaya Lo kurang update,kata pak Jono Meraka ditangkap polisi. Sekarang ada polisi sedang mencari bukti dikamar mereka,"kata Rinda.
"Berati dua kamar di bawah kosong?"
"Belum karena Vanesa dan Rio masih ada uang sewa jadi itu masih kamar mereka begitu kata pak Jono." Terang Rinda aku masuk kamar diikuti Rinda.
"Tapi sejak dua hari mereka ditangkap aku ga pernah lihat lagi Dito penghuni baru samping Rio?"
tanpa mereka sadari pembicaraan mereka terdengar orang yang mereka bicarakan yang sedang makan makan bersama temannya di bawah
"Jadi gimana mau langsung pindah Lo,?" tanya Arga.
"Nugu sebulan apa dua bulan biar ga ketara, sambil Lo lepas semua kamera yang Lo Pasang," usul Galang padaku.
"Boleh kalian yang bayar sewa nya tapi,"kataku.
"Sialan, " ucap mereka semua.
"Eh Lo kenal ga sama yang namanya Anindya,?"tanya Denis.
"Kenapa,?"tanyaku.
"Wajah dan namanya kaya nya pernah kenal tapi gw lupa dimana."
"Kalau gw pindah masih ada Denis."
"Jumatan dulu yuk udah adzan,"ucap ku saat terdengar suara Adzan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments