Fake Affair
"Ibu!" teriak Ermi histeris sambil berlari dengan sekuat tenaga.
"Ibu, Ibu bangunlah Ibu. Ermi, mohon bangun, Bu. Tolong!" tangis gadis malang itu semakin histeris.
Tak berselang lama, Tante Devi pemilik toko bunga tempat Ermi bekerja, berlari menuju tempat di mana Ermi berada.
"Astaga, Ermi. Ibumu kenapa bisa jatuh? Sebentar, Tante panggilkan Suami Tante agar segera membawa Ibumu ke rumah sakit."
"Terima kasih, Tante Devi." Jawab Ermi menangis pilu.
Tak lama kemudian, Tante Devi kembali dengan Suaminya yang tiba dengan membawa mobil pribadi mereka.
"Paman, tolong bantu Ibuku." pinta Ermi pada Paman Dika Suami dari Tante Devi.
"Baiklah, kamu tenanglah. Ibumu akan baik-baik saja," jawab Paman Dika lalu mengangkat tubuh kurus Ibu Santi.
Ermi turut masuk ke dalam mobil, di dalam sana, ia memangku kepala Ibunya dengan tangisan yang tak kunjung sudah.
"Paman, bagaimana ini? Kenapa Ibuku belum juga bangun?" Ermi terisak dalam diam, lalu mengelap perlahan bekas air mata yang berada di pelupuk mata keriput Sang Ibu tercinta.
Sekitar dua puluh menit membelah jalan raya, yang beruntung tidak macet. kini, Ermi dan Paman Dika telah berada di depan sebuah ruangan bertuliskan IGD, dimana Sang Ibu ditangani di dalam sana.
"Ermi, tenanglah. Berhenti menangis, Ibumu akan baik-baik saja," Paman Dika berusaha membujuk sambil menepuk pelan pundak Ermi.
Paman Dika dan Tante Devi sudah Ermi anggap seperti saudara sendiri, hubungannya begitu dekat. Bahkan, tak jarang Paman Dika dan Tante Devi membantu membayar cicilan hutang Ermi di Bank. Mereka melakukan semua kebaikan benar-benar tanpa meminta imbalan sama sekali.
Terbukanya pintu ruangan IGD membuat Ermi dan Paman Dika berdiri serentak. Melangkah lebar Ermi mendekat pada seorang Dokter muda tampan yang keluar dari ruangan.
"Dokter, bagaimana keadaan Ibu saya? Apa Ibu saya baik-baik saja, Dokter? Tolong cepat katakan," desak Ermi panik.
"Nana tenanglah, izinkan Dokter berbicara," kembali Paman Dika membujuk.
"Mari, ikut ke ruangan saya terlebih dulu. Saya akan menjelaskan semuanya di ruangan saya," jawab Dokter tetap tenang.
Ermi mengangguk cepat, kemudian mengekor di belakang Sang Dokter hingga tiba di sebuah ruangan serba putih, dengan meja dan kursi kerja ditengah-tengahnya. Ada pula sebuah ranjang khas rumah sakit, tak lupa tabir berwarna biru mengelilingi ranjang itu.
"Silahkan duduk, Ermi. Maaf, Pak. Kursinya hanya satu," ujar Sang Dokter yang memang telah mengenal Ermi.
"Tidak masalah, Dokter. Ermi duduklah," Titah Paman Dika dan Ermi duduk tepat di hadapan Dokter. Ermi memegangi dadanya—kala merasakan jantungnya yang berdetak tak beraturan, saking gugupnya akan menghadapi berita tentang kesehatan Sang Ibu.
Lenggang menyelimuti ruangan ketika tak ada satu pun yang akan memulai pembicaraan. Sedangkan Dokter tampak tengah serius membaca sebuah dokumen.
"Dokter, Ibu saya sakit apa?" tanya Ermi pelan karena belum sepenuhnya sanggup menghadapi sebuah kenyataan yang akan membuatnya kembali bersedih. "Apakah ginjal Ibu saya bermasalah lagi?" tanya Ermi dengan setetes air mata.
Sebelumnya, sekitar satu tahun yang lalu, Ermi memang telah mendonorkan salah satu ginjalnya untuk Sang Ibu. Dan Ermi khawatir hal seperti itu akan terulang lagi.
Ermi menggenggam erat ujung roknya, ketika melihat semburat iba dari raut wajah Sang Dokter. Semburat iba persis seperti satu tahun yang lalu, yang membuatnya harus meminjam banyak uang kepada rentenir, karena saat itu Ermi belum mengenal Paman Dika dan Tante Devi yang notabenya adalah pendatang baru. Sebelumnya Paman Dika dan Tante Devi tinggal di Inggris, negara asal Paman Dika.
Dokter menghela napas sambil menggelengkan kepala, membuat Ermi menaikkan pandangannya, menatap Dokter muda tampan itu dengan perasaan tak menentu.
"Lebih buruk dari tahun lalu, Ermi. Tubuh Ibumu menolak ginjal darimu dan kini ginjalnya tidak berfungsi, Ibumu hanya bisa bertahan hidup dengan satu ginjal yang juga telah rusak. Namun, masih bisa berfungsi walau tidak efektif," jelas Dokter membuat Ermi tak dapat membendung air matanya.
"Lalu, apa yang akan dilakukan agar Ibu saya kembali sembuh?" tanya Ermi dengan suara serak.
"Akan saya usahakan semaksimal mungkin. Namun, saya tidak ingin memberi kamu banyak harapan, karena kondisimu Ibumu sangat buruk. Bukan hanya karena ginjalnya, tapi juga karena usianya. Kamu hanya perlu banyak-banyak berdoa, karena hanya dengan kuasa Tuhanlah Ibumu akan kembali sembuh."
Buliran bening terus membasahi pipi gadis malang itu, sesekali dia juga membersihkan cairan dari hidung menggunakan lengan bajunya yang panjang.
"Kenapa bisa begitu, Dok. Bukankah sebelumnya ginjal yang saya berikan cocok untuk Ibu saya. Kenapa setelah setahun baru ada penolakan?"
"Ini adalah kondisi yang tidak dapat diprediksi, Ermi. Hal semacam ini memang biasa terjadi. Untuk kondisi Ibumu, faktor usia sangat mendukung," jelas Dokter.
"Tidak bisakah melakukan operasi sekali lagi, Dokter?" pinta Ermi.
"Iya, Dokter. Kami tahu Ibu Santi memang telah lanjut usia, tapi sebagai Dokter, sudah seharusnya Anda menyelamatkan nyawanya mau dia masih muda atau pun telah lanjut usia,"
saut Paman Dika yang terdengar emosi.
Dokter tampan yang bernama Adit itu menelan salivanya kasar ketika mendengar ucapan Paman Dika, karena sebenarnya Dokter Adit tidak menyukai Ibu Santi karena beliau pernah menolaknya mentah-mentah ketika dia mengatakan kalau dia mencintai Ermi.
Ibu Santi membenci Dokter Adit, karena pernah menangkap basah Dokter tampan itu yang ingin mencium Ermi secara diam-diam disaat Ermi tengah terlelap di sebuah ranjang kosong di rumah sakit. Dan sejak saat itulah, Ibu Santi tidak suka berada lama-lama di rumah sakit. Jarang kontrol, itu juga menjadi salah satu penyebab ginjalnya kembali bermasalah.
"Ayo Ermi, kita pulang. Biar Paman yang mencarikan Dokter terbaik di kota ini untuk mengobati Ibumu. Dan kau Dokter Adit! Kemasi semua barang-barangmu karena kau akan diusir dan dicabut surat izin praktekmu!" kesal Paman Dika menyeret lengan Ermi untuk dibawa keluar dari ruangan Dokter Adit.
"Ta-tapi, Paman ...." Ujar Ermi ketika diseret paksa oleh Paman Dika.
Sedangkan Dokter Adit tampak linglung, dia begitu terkejut atas apa yang baru saja terjadi. Dia tampak berpikir siapa sebenarnya lelaki paruh baya yang datang bersama Ermi.
Apa maksudnya berbicara begitu? Tanpa dia sadari, dirinya telah melakukan kesalahan besar karena telah berani berhadapan dengan seseorang Paman Dika, seorang Asisten dari Presdir Varon, pemilik Lomero grup, yang memiliki begitu banyak cabang usaha, termasuk rumah sakit tempat Dokter Adit bekerja saat ini. Dan benar saja, belum sampai satu menit, Dokter Adit telah mendapatkan surat pemecatan secara tak hormat.
***
"Paman, bagaimana dengan Ibuku?"
"Tenanglah, Ermi. Ibumu baik-baik saja, Dokter gila itu hanya tidak menyukai Ibumu, makannya dia mengatakan hal semacam itu untuk menakutimu," jawab Paman Dika, membuat Ermi tak percaya.
"Maksud Paman apa?"
"Panjang ceritanya, yang pasti Dokter Adit menyukaimu dan dia membenci Ibumu karena pernah menolaknya. Dan sepertinya dia ingin melenyapkan nyawa Ibumu, agar dia dapat dengan mudah mendapatkanmu." Jelas paman Dika membuat Ermi menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.
"Apa Paman tidak membohongiku? Apa Paman serius?"
"Apa kamu melupakan siapa Paman?" tanya balik Paman Dika.
"Dengar, Ermi, sekarang semua itu tidak penting. Yang penting saat ini adalah bagaimana agar Ibumu bisa kembali sembuh seperti biasa."
"Bagaimana caranya agar Ibuku bisa kembali sembuh, Paman?" tanya Ermi frustasi.
"Kamu tau operasi yang akan dilakukan kepada Ibumu bukan hanya ginjal saja. Tapi, juga penyakit lainnya yang mengalami komplikasi. Dan dipastikan butuh biaya ratusan juta, dan Paman tidak punya uang sebanyak itu untuk membantumu."
"Aku akan meminjam uang kepada rentenir lagi, Paman. Apa mereka mau meminjamkanku? Sedangkan hutang sebelumnya belum sepenuhnya terbayar."
"Tidak bisa, Ermi. Apa kamu mau akhirnya akan menjadi wanita simpanan rentenir karena tak sanggup membayar cicilannya?" Ermi menggeleng cepat.
"Paman punya cara yang lebih aman untukmu. Dia adalah Bos Paman, Paman tau siapa dia. Dan dia dapat memberikanmu uang sebanyak apa pun yang kamu mau."
"Bos Paman? Apa Paman akan mencarikanku pekerjaan? Pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang yang banyak dalam waktu yang cepat?"
"Selingkuhan bos paman," jawab Paman Dika membuat Ermi begitu terkejut.
.
.
.
Hallo semua reader kesayangan😍. Ketemu lagi di novel terbaru Author 🙌. Jangan lupa berikan dukungannya, ya. Calangeo😘.
Ermi Azrina
Varon Mero
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🌺awan's wife🌺
mampir kesini
2022-12-23
1
Eka Elisa
astaga...nongol"....ko...bap wes bjibun maak....😭😭😭
2022-12-16
1
Yunia Afida
aku hadir kak
2022-12-08
0