"Paman ingin menjualku? Apa bedanya dengan aku meminjam uang ke bank atau ke rentenir!" Kesal Ermi diselimuti emosi. Saking kesalnya Ermi segera membuka pintu mobil untuk keluar. Namun, aksinya gagal—kala Paman Dika mengunci pintu otomatis.
"Apa yang Paman lakukan!"
"Dengarkan dulu, Ermi. Paman belum selesai bicara," imbuhnya.
"Apa lagi yang ingin Paman jelaskan? Paman sama saja liciknya dengan Dokter Adit. Tidak ada yang benar-benar tulus ingin membantu kesusahan yang aku alami. Kalian semua mengambil kesempatan untuk menyudutkanku, kenapa kalian semua melakukan ini padaku? Apa salahku?" tangis Ermi pecah.
"Ermi, tenangkan dirimu lebih dulu dan dengarkan Paman berbicara hingga selesai," bujuk Paman Dika lembut.
"Apa yang ingin Paman jelaskan? Jelas-jelas Paman sendiri yang mengatakan kalau Paman ingin menjadikan aku selingkuhan untuk Bos Paman, itu sama saja dengan Paman menjualku!" terang Ermi dengan tangisan pilunya.
"Paman tidak mungkin tega menjualmu. Kamu sudah Paman anggap seperti Putri Paman sendiri."
"Kalau tidak, lalu apa artinya Paman ingin menjadikan aku selingkuhan bos paman?"
"Ini berbeda, Ermi. Dengarkan dulu Paman berbicara sampai akhir. Selingkuhan ini berbeda, di sini kamu akan menjadi Fake Affair yang maksudnya, kamu tidak diwajibkan untuk menemaninya dalam kutip soal urusan ranjang," jelas Paman Dika menggantung.
"Maksud Paman apa? Fake Affair" tanya Ermi cepat.
"Makanya, dengarkan dulu Paman baik-baik setelahnya baru ambil kesimpulan. Jadi begini, Bos Paman ini ingin mencari selingkuhan yang bisa diajak bekerja sama."
"Kerja sama? Kerja sama apa, Paman?" tanya Ermi penasaran.
"Dengarkan dulu Paman berbicara, jangan dipotong terus," kesal Paman Dika.
"Dia dipaksa menikah dengan wanita yang tidak dia cinta. Dia ingin menceraikan Istri pertamanya," Paman Dika menjelaskan tapi tidak detail.
"Kenapa tidak langsung ceraikan saja sendiri? Kenapa harus melibatkan orang lain? Bukankah Bos Paman adalah orang berkuasa?" saut Ermi.
"Dia sudah berjanji kepada Almarhum Ayahnya untuk tidak akan menceriakan wanita itu, dia adalah lelaki yang sangat menjunjung tinggi janji dan sumpah. Walau bagaimana pun tersiksanya, dia tetap tidak ingin menceraikan Istrinya itu. Dia tidak ingin mengingkari janji kepada Almarhum Ayahnya juga kepada almarhum Mertuanya."
"Lalu, apa hubungannya dengan aku menjadi gadis selingkuhannya?"
"Untuk bekerja sama membuat Istri pertama yang akan meminta cerai darinya," jawab Paman Dika.
"Paman, walau mereka tidak saling cinta. Tapi, ikatan pernikahan adalah ikatan yang sakral, tidak seharusnya dipermainkan seperti itu. Aku tidak bisa, Paman. Bagaimana pun sulitnya hidupku, aku tidak ingin menjadi orang ketiga yang akan merusak rumah tangga orang lain," Ermi menolak tegas.
"Apa kamu tidak ingin melihat Ibumu kembali sembuh?" goda Paman Dika membuat Ermi berpikir ulang.
"Pikirkan baik-baik, Ermi. Paman tidak masalah bila kamu menolak, tidak ada untungnya juga ruginya bagi Paman. Paman hanya memberikan kamu solusi agar tidak terjebak dengan banyak hutang dan berakhir menjadi wanita simpanan. Paman tau siapa kamu, kamu adalah satu-satunya gadis paling tangguh yang pernah Paman kenal, kamu bukanlah gadis lemah. Kamu adalah Ermi Azrina, gadis kuat yang akan melakukan apa pun demi menyelamatkan nyawa Ibunya. Kamu tidak mungkin hanya berdiam diri melihat Ibumu kesakitan hingga berakhir kematian," Paman Dika menyadarkan Ermi, bila nyawa lebih penting dari segalanya termasuk kehormatan.
"Ta-tapi, Paman ... A-aku—"
"Terserah padamu, Ermi. Walau kamu menolak, Paman akan tetap membantu Ibumu meski hanya membantu semampu yang Paman bisa," tutur Paman Dika tak lagi memaksa Ermi.
Ermi begitu bimbang akan kejadian yang kini menimpa dirinya. Haruskah dia menerima tawaran Paman Dika? Haruskah dia menerima takdirnya untuk menjadi selingkuhan dan menghancurkan rumah tangga orang lain? Entah takdir seperti apa yang kini dia jalani.
Semua kemalangan ini, entah kapan akan berakhir. Kenapa dia terus diberikan ujian hidup bertubi-tubi. Kapan kebahagiaan buah dari hasil ujiannya akan dia nikmati. Apakah dia hanya akan terus menderita hingga akhir hayatnya.
Menjadi selingkuhan, walau hanya sebatas menemani kesepian. Tidak dituntut untuk menemani urusan ranjang. Tetap saja namanya selingkuhan, seorang gadis yang akan membuat dosa lalu diberikan imbalan berupa kemewahan duniawi.
Selingkuhan tanggung, bisa dibilang begitulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan pekerjaannya nanti. Ya, pada akhirnya Ermi menerima tawaran Paman Dika.
Demi menyelamatkan nyawa Sang Ibu, apa pun akan Ermi lakukan, jangankan menjadi selingkuhan, diambil nyawanya sekali pun, sanggup Ermi lakukan.
"Tenangkan dirimu, Ermi, Bos Paman tidak menyukai wanita yang lemah. Jadi, setidaknya jangan tunjukkan kelemahanmu di hadapannya. Dia akan sangat baik bila orang juga bersikap baik kepadanya, begitu pula sebaliknya. Kamu harus pandai-pandai memposisikan dirimu saat bersamanya," jelas Paman Dika masih tetap fokus mengemudi.
Ermi tak menanggapi ucapan Paman Dika yang terus mengoceh. Dia masih betah bersandar di sandaran kursi, dengan pikiran menerawang jauh entah ke mana. Ermi menatap satu persatu gedung menjulang tinggi yang dilewati, terpaan angin menembus pori-pori kulitnya, mendinginkan tubuh hingga mengkristalkan hati.
Ibu jari dan telunjuknya, dia capitkan di pangkal hidung. Kedua jari itu memijat pelan, memberikan sensasi menenangkan, yang mampu membuatnya memejamkan mata.
Beberapa menit kemudian.
"Ermi, bangunlah. Kita sudah sampai," ujar Paman Dika membangunkan Ermi yang tak sadar telah terlelap.
Ermi mengusap matanya perlahan, lalu mengedarkan pandangan keluar, menatap dan mengeja nama gedung paling tinggi di kota itu.
"Lomero group? Bukannya Paman hanya bekerja di cabangnya saja? Ini, kan kantor pusatnya," imbuh Ermi heran.
"Kamu benar, Paman memang cuma bekerja di kantor cabang saja. Tapi, Paman tetaplah orang kepercayaan beliau. Untuk itulah, Paman yang dipercaya untuk mencarikannya gadis baik sepertimu," jawab Paman Dika.
"Beliau itu namanya siapa, Paman?"
"Beliau bernama Tuan Varon," jawab Paman Dika.
"Berapa usia Tuan Varon?" Tanya Ermi sambil menatap sendu gedung itu.
"Apa kamu mengira dia lelaki yang seperti Paman, yang sudah berumur, haha ...." saut Paman Dika tertawa.
"Kenapa? Bukankah Tuan Varon menginginkan selingkuhan? Itu artinya dia adalah seorang pria berumur, lagian Bos-bos muda dan tampan sempurna hanya ada di dunia novel saja," saut Ermi dengan pikiran polosnya membuat Paman Dika terus tertawa hingga sakit perut.
"Sudahlah, daripada menerka-nerka lebih baik kita masuk sekarang dan kamu akan langsung melihat sendiri. Ingat pesan Paman, jaga sikapmu saat bersama Tuan Varon."
"Baik, Paman." Jawab Ermi nanar.
Ermi turun dari mobil, kemudian mengekor di belakang Paman Dika yang masuk lebih dulu. Tiba di lobby, Ermi menundukkan wajahnya dalam ketika para karyawan yang berada di sana menatapnya dengan pandangan tak suka. Pandangan tak suka yang mampu menusuk hati gadis malang itu, hingga meninggalkan luka tak berdarah.
"Silahkan masuk, Ermi." Ujar Paman Dika mempersilahkan Ermi masuk ke dalam lift.
"Terima kasih, Paman." Jawab Ermi sopan.
Kini, Paman Dika dan Ermi telah berada dalam lift khusus, yang akan otomatis membawa mereka menuju lantai 25, di mana di sanalah Tuan Varon berada.
"Ermi, ingat juga satu lagi pesan Paman. Setelah ini, kamu akan menjadi majikan Paman. Jadi, kamu harus panggil Paman dengan panggilan Asisten Dika saja, jangan Paman lagi."
"Ta-tapi, Paman—"
"Sudah ikuti saja apa yang Paman katakan."
Ting!
Lift terbuka, kembali Paman Dika mempersilahkan Ermi untuk keluar lebih dulu.
Ermi melongo kagum ketika memasuki lantai dua lima yang super mewah. Begitu luas dengan tiang-tiang besar di sepanjang jalan. Dinding berwarna abu-abu juga putih, dengan lantai keramik khas Jepang berpola kotak-kotak yang besar berwarna putih bersih.
Ermi semakin kagum, ketika Paman Dika menempelkan sebuah kartu berbentuk kartu ATM di pintu baja sebuah ruangan yang bertuliskan PRESDIR VARON MERO dengan warna gold yang memberikan kesan mewah.
Setelah Paman Dika menempelkan kartunya, pintu baja itu mulai terbuka dengan sendirinya. Dan lagi-lagi Ermi mengagumi ruangan luas di dalamnya.
Sama dengan ruangan Presdir pada umumnya, yang terdapat meja dan kursi lengkap dengan komputer, laptop, telepon kantor, dokumen penting, dan hal lainnya.
Jika sang Presdir penat bekerja, dia akan langsung memutar singgasananya, dan seketika dihadapkan dengan pemandangan indah gedung-gedung pencakar langit plus warna jingga yang mengiringi matahari untuk mencapai tempat peristirahatannya.
"Tuan, saya datang bersama dengan membawa wanita dengan ciri-ciri yang Tuan inginkan," lapor Paman Dika sopan.
"Kau boleh pergi," usirnya yang tetap membelakangi Ermi dan Paman Dika.
Ermi menelan salivanya kasar ketika mendengar suara baritone yang terdengar begitu seksi di telinganya. Punggung lebar dan kekar dengan otot-otot yang kencang menjadi pemandangan pertama yang Ermi lihat.
"Baik, Tuan," jawab Paman Dika segera keluar meninggalkan Ermi seorang diri.
Paman, aku takut!
Dengan keringat dingin yang mulai bercucuran, Ermi mencoba membuka suara walau berat untuk membuka mulutnya.
"Tu-tuan Varon," panggil Ermi terbata.
Pria itu tak juga berbalik, juga tak menyambut sapaan Ermi.
"Tuan, saya siap bekerja untuk Tuan. Bisakah Tuan memberikan sedikit penjelasan tentang pekerjaan seperti apa yang akan saya lakukan?" memang lancar Ermi bertanya, tapi keringat yang membasahi wajahnya, dapat menjelaskan betapa gugupnya dia saat ini.
"Kamu memang harus siap. Tandatangani sebuah kertas di atas meja di hadapanmu!" titahnya tanpa berbalik. Ermi langsung mengedarkan pandangannya ke atas meja dan melihat sebuah kertas kosong yang tergeletak di sana.
"Surat apa ini, Tuan?" tanya Ermi pelan karena takut salah bicara.
"Tidak perlu banyak bertanya, kamu hanya perlu tanda tangan terserah di bagian mana," jawabnya dengan nada yang mulai meninggi membuat Ermi semakin ketakutan.
Bagaimana ini? Tidak ada peraturan apa pun yang tertera di sini. Apa pria ini berniat menjebakku?
Ermi ragu untuk menorehkan tanda tangannya yang berharga.
"Tanda tangan sekarang, atau nyawa Ibumu akan melayang!" desaknya membuat Ermi reflek langsung menandatangani kertas kosong itu.
"Sudah, Tuan," jawab Ermi cepat karena takut. Ermi memang belum pernah mengenal seperti apa wajah pewaris Lomero group, tapi nama perusahan terbesar di negara itu sudah begitu terkenal dan berkuasa. Dan beberapa menit lagi, Ermi akan segera melihat seperti apa wajah pria misterius itu.
"Jadi, pekerjaan seperti apa yang akan saya lakukan untuk Tuan?"
"Temani kesepianku. Maka, uangku adalah uangmu."
.
.
.
Ermi Azrina
Varon Mero
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🌺awan's wife🌺
wowww,,,uangku uangmu,,, rasanya Numero Uno😂😂😂😂
2022-12-23
3
Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦
Ermi yok habiskan uangnya Baron🤭🤭🤭🤭
2022-12-12
0
Turyati
arminya cantik bgt
2022-12-07
0