Varon masuk ke dalam ruang rawat Ermi usai berbincang dengan dokter. Saat masuk, Ermi sudah sadarkan diri meski selang oksigen masih terpasang.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Varon duduk di kursi samping brankar di mana Ermi terbaring lemah di atasnya.
"Saya baik, Tuan. Dokter bilang apa?" tanya balik Ermi.
"Kamu alergi pil KB," jawab Varon dengan raut wajah datarnya. Meski kasihan, tapi ia enggan memperlihatkan sisi tersebut kepada Ermi.
"Oh. Ngomong-ngomong saya ada di rumah sakit apa, Tuan?" tanya Ermi lagi.
"Rumah sakit Alfert," Ermi tersenyum kecil, rumah sakit yang ia tempati saat ini adalah rumah sakit yang sama dengan rumah sakit yang ibunya tempati.
"Kapan saya akan pulang, Tuan?"
"Kau akan dirawat selama 4 hari di sini," Varon tak marah sama sekali meski Ermi banyak bertanya padanya. Ermi diam, dia tak lagi bertanya.
Deerrtt....
Ponsel Varon bergetar, ia langsung bangkit dan mengangkatnya cepat. Setelah menerima telpon, Varon langsung pergi meninggalkan Ermi seorang diri.
Bukannya merasa kecewa, Ermi justru merasa lega karena berada di dekat Varon membuatnya tak tenang dan terus gelisah.
"Setidaknya Tuhan menolongku kali ini, terima kasih Tuhan," ucap Ermi langsung beristirahat karena memang sudah sangat larut malam.
***
Keesokan harinya, kondisi Ermi sudah mulai membaik, napasnya tak lagi sesak dan ia juga tak lagi mengenakan selang oksigen.
Seorang suster membantunya naik ke atas kursi roda, kemudian membantu mendorong kursi roda karena Ermi ingin pergi melihat kondisi ibunya yang masih berada di ruang ICU pasca operasi.
Ermi sedih karena tak bisa melihat ibunya secara langsung, ia hanya bisa melihat dari kejauhan lewat jendela. Ibunya masih terbaring di atas brankar dengan alat medis bersarang di tubuhnya.
Ermi tak sanggup melihat penderitaan sang ibu terlalu lama, ia langsung kembali ke ruang rawatnya.
Sampai di dalam ruang rawat, Ermi melahap makanan yang disiapkan. Meski hambar, tapi tetap ia habiskan. Setelah makan, Ermi mencoba bangkit dari kursi roda, perlahan ia mulai berjalan.
Tak lama berselang, seorang suster masuk untuk mengganti infusnya. Namun, suster dibuat kaget karena Ermi sudah melepas sendiri selang infusnya.
"Nona, kenapa sudah dilepas?" tanya sang suster yang biasa merawat ibu Ermi.
"Saya akan keluar hari ini, Sus," jawab Ermi yang telah selesai mengganti pakaian.
"Astaga, kondisi nona masih harus dipantau."
"Tidak apa-apa, Suster. Saya baik-baik saja. Saya tidak bisa hanya berdiam diri di sini tanpa melakukan apa pun. Saya harus kembali mengumpulkan uang, jadwal operasi ibu bulan depan, serta biaya rawat inap yang tidak sedikit masih harus dicicil. Saya tidak punya banyak waktu," terang Ermi membuat sang suster tak dapat berkata-kata. Ia hanya memandang Ermi dengan tatapan iba.
"Kalau begitu saya pamit, Sus. Tolong jaga ibu saya, ya," pesan Ermi segera melangkah pergi.
Ketika akan membuka pintu, ia menghentikan langkah dan kembali berbalik badan, "Oh iya, karena saya pulang lebih awal, jadi tolong pindahkan biaya rawat inap saya di kamar ini ke ruang ICU ibu," pinta Ermi sebelum pergi.
"Baik, Nona." jawab sang suster yang kini merapikan brankar. Ermi langsung pergi setelahnya.
Varon menempatkannya di ruang rawat super VIP. Biaya yang sudah Varon bayar, Ermi pindahkan ke ruang ICU ibunya. Lumayan karena bisa mengurangi cicilannya. Ya, untuk biaya rawat ibunya, Ermi diberikan sedikit keringanan, yaitu ia bisa mencicilnya. Tapi, tidak dengan biaya operasi yang harus dibayar penuh sebelum operasi dilakukan.
Keluar dari rumah sakit, Ermi kembali ke rumah untuk melakukan aktivitas seperti sebelumnya, yaitu bekerja di toko bunga. Paman Dika maupun Tante Devi tak ada di rumah, tapi Ermi punya kunci toko. Jadi, ia bisa buka toko kapan pun dia mau. Sebelum pergi ke toko bunga di samping rumahnya, Ermi lebih dulu pergi ke rumahnya untuk berganti pakaian.
"Akhirnya kakak pulang juga. Mana uang? Berikan aku uang!" paksa Fico dengan panampilan berantakan, hampir sekujur tubuhnya di penuhi oleh tato.
"Setelah menjualku, sekarang kamu masih memerasku! Kamu bukan adikku! Jangan pernah panggil aku kakakmu!" bentak Ermi tak kuasa menahan tangis. Dijual oleh adik kandung sendiri, hidupnya benar-benar tragis.
"Halah! Mau kakak teriak sampai ke langit biru sekali pun, aku tetap adikmu, haha ... Jadi, cepat berikan aku uang, aku tahu kakak punya banyak uang!" Fico mendekat dengan mata merahnya.
"Tidak ada, Fico. Aku tidak punya uang!"
"Bohong, tente bar bilang kakak dibeli oleh pria kaya raya. Jadi, cepat berikan aku uang! Atau, aku akan pergi menemui pria itu dan memerasnya!" Ancam Fico.
"Kalau begitu pergilah, peras dia kalau kamu bisa!"
"Katakan padaku siapa dia?"
"Cari tahu saja sendiri," balas Ermi langsung masuk ke dalam kamar dan menangis histeris di balik pintu kamarnya. Hari ini ia menyesal pulang ke rumah.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
~ziaaa~
varon... tolong bantu Ermi untk menghajar adikny yg gk tau diri dan diuntung ini dunk..😤
2022-12-19
1
Anggi Susanti
kok ya tega tu fico sama kakaknya sdh pontang panting cari uang buat oprasi dan biaya ibunya masih diperas untuk mabuk²an
2022-12-19
0
Holifah Alan
Ermi adikmu selalu bikin gedeg yg baca 😠
2022-12-18
0