"Tunggu sebentar ya, Sayang. Aku ambil uangnya dulu."
Arman mengangguk pelan dan menunggu wanita itu menyerahkan sejumlah uang yang akan ia gunakan untuk menebus istrinya dari tangan Juragan Bahri.
Nyonya Ira berjalan menuju kamarnya lalu mengambil sejumlah uang dan tak lupa mengganti pakaiannya dengan yang lebih bagus. Setelah itu, ia pun kembali ke ruangan, di mana Arman tengah menunggunya bersama Amara dengan harap-harap cemas.
"Maaf, lama." Nyonya Ira tersenyum manis lalu kembali duduk di samping Arman.
"Tidak apa-apa, Nyonya. Ehm, maksudku Sayang." Arman tampak bingung melihat penampilan wanita itu.
"Ayo, sebaiknya kita berangkat dan jemput istrimu," ucapnya lagi dan berhasil membuat Arman tersentak kaget.
"Anda ikut bersamaku?" tanya Arman.
"Ya iyalah, Sayang. Apa kamu keberatan?" tanya Nyonya Ira balik.
Arman menggelengkan kepalanya. "Baiklah, tidak apa-apa."
Nyonya Ira tersenyum lebar dan mereka pun bergegas pergi menuju kediaman Juragan Bahri untuk menebus Nadira dari tangan lintah darat itu.
Sementara itu di kediaman Juragan Bahri.
Nadira masih duduk di lantai kamar dengan tatapan kosong. Tak ada lagi air mata yang merembes di kedua sudut matanya. Ia tampak putus asa. Terlebih-lebih ketika ia teringat jumlah hutang Arman kepada lelaki itu.
Bahkan makanan yang disajikan oleh pelayan Juragan Bahri pun sama sekali tak tersentuh olehnya. Makanan enak dan penuh gizi itu sama sekali tidak berhasil mencuri perhatiannya barang sedikit pun.
Dari luar terdengar suara seseorang yang tengah mencoba membuka kunci pintu. Lamunan Nadira buyar setelah mendengar suara tersebut dan segera bangkit dari posisinya. Ia bergegas menjauh dari pintu sambil berdoa agar siapa pun yang masuk, tidak akan menyakitinya.
Pintu kamar pun akhirnya terbuka dan tampak lelaki bertubuh gempal itu berdiri di sana sambil menyeringai menatap Nadira. Hanya dengan melihat senyuman lelaki tua itu, Nadira sudah tahu bahwa ia memiliki niat buruk terhadap dirinya.
"Hello, Nadira Cantik. Bagaimana makanannya, enak?" sapa Juragan Bahri sambil berjalan masuk dan kini menghampiri Nadira yang masih mematung dengan wajah pucat.
Nadira tak menjawab. Ia mundur beberapa langkah ke belakang, mencoba menghindari Juragan Bahri yang terus menghampirinya.
Lelaki tua itu melirik nampan berisi makanan dan minuman yang diberikan oleh pelayannya untuk Nadira. Ia tampak kecewa setelah melihat makanan dan minuman itu sama sekali tak tersentuh oleh Nadira.
"Kenapa makanan dan minuman yang diberikan oleh pelayanku tidak kamu sentuh, Nadira? Apa kamu tidak menyukai makanan itu? Jika ya, aku bisa meminta pelayanku untuk memasak lagi. Masakan kesukaanmu, bagaimana?" bujuk Juragan Bahri.
"Tidak perlu, Juragan Bahri. Saya tidak lapar," tegas Nadira.
"Oh ayolah, Nadira. Jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah ini adalah rumahmu sendiri. Lagi pula apa kamu tidak berminat menjadi pemilik rumah mewah ini, Nadira?"
Juragan Bahri tidak menyerah. Lelaki gempal itu terus mencoba mendekat hingga Nadira terjebak di antara dinding kamar dan tubuh gempal lelaki tua itu.
"Ja-jangan mendekat, Juragan!" ucap Nadira dengan terbata-bata.
"Memangnya kenapa, Nadira sayang?" Kini Juragan Bahri berdiri tepat di hadapan Nadira. Kedua tangannya diletakkan ke dinding kamar hingga membuat Nadira semakin sulit untuk bergerak dan menjauh dari lelaki ganjen itu.
"Lepaskan saya, Juragan Bahri. Saya sudah menikah dan punya anak. Sebaiknya Juragan cari gadis lain saja, yang masih sendiri," sahut Nadira sembari menundukkan kepalanya sebab wajah Juragan Bahri sudah berada di hadapannya dengan jarak yang begitu dekat.
Nadira mencoba dengan sekuat tenaga mendorong tubuh lelaki itu. Namun, sayang kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Juragan Bahri. Tubuh lelaki tua bangka itu bahkan tak beranjak sedikit pun dari posisinya.
"Apakah kamu tahu, Nadira. Banyak wanita di luaran sana yang berharap agar aku menikahi mereka. Kamu tahu kenapa? Karena mereka tahu, jika menikah denganku maka hidup mereka akan terjamin dan apa pun yang mereka inginkan akan segera terwujud dengan sangat mudah. Dan sekarang aku menawarkan itu kepadamu. Mau kah kamu menikah denganku dan menjadi istri mudaku?"
Nadira menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dengan posisi yang masih menunduk menghadap lantai.
"Aku berjanji jika kamu bersedia menikah denganku maka aku akan menjadikan dirimu ratu. Rumah mewah beserta isinya akan menjadi milikmu. Mobil dan motor yang berjejer di dalam garasi akan menjadi milikmu. Bagaimana?" sambung Juragan Bahri sambil mencoba menciumi wajah cantik Nadira.
"Saya tidak mau, Juragan!" Karena sudah tidak tahan dengan sikap Juragan Bahri, Nadira pun nekat menendang area pribadi lelaki itu hingga ia terjengkang ke lantai dan meringis kesakitan.
"Nadira!!!" geram Juragan Bahri sambil berteriak histeris.
Nadira berlari ke arah pintu yang sedikit terbuka. Ia senang karena ia pikir itu adalah kesempatannya untuk kabur. Namun, ternyata ia salah. Kedua anak buah Juragan Bahri sudah berjaga-jaga di depan pintu tersebut.
Setelah melihat Nadira berlari ke arah pintu, kedua lelaki itu bergegas menutup kembali pintu tersebut lalu menguncinya.
"Buka pintunya! Kumohon buka pintunya!" Nadira menjerit sambil menggedor-gedor pintu tersebut.
"Kurang ajar sekali! Berani-beraninya kamu melakukan itu kepadaku, Nadira!" geram Juragan Bahri sembari bangkit dari posisinya. Ia melangkah dengan cepat dan berhasil mengungkung wanita itu lagi.
"Kamu memang keras kepala, Nadira! Apa kamu tahu, suamimu itu tidak akan pernah bisa menebusmu! Mau tidak mau kamu pasti akan menjadi milikku! Jadi, mulai sekarang layanilah aku dengan baik."
Juragan Bahri menarik daster lusuh yang dikenakan oleh Nadira dengan begitu kuat hingga daster itu pun sobek. Pundak Nadira yang putih mulus kini terpampang jelas di depan mata Juragan Bahri. Lelaki itu sampai menelan salivanya dan hal itu membuat hasratnya sebagai lelaki pun bangkit.
"Ck ck ck! Kamu benar-benar menggairahkan, Nadira!" gumam Juragan Bahri dengan mata melotot menatap pundak indah Nadira.
"Ja-jangan lakukan itu, Juragan! Saya bersedia menjadi pelayan di rumah ini tanpa digaji asalkan Juragan tidak melakukan hal itu pada saya," lirih Nadira sambil menangkupkan kedua tangannya ke hadapan Juragan Bahri.
Namun, bukannya kasihan melihat Nadira saat itu, Juragan Bahri malah bertambah semangat ingin menguasai tubuh mulus wanita mungil di hadapannya tersebut.
Ia menarik paksa tangan Nadira lalu melemparkannya ke atas tempat tidur yang mewah itu. Tidak cukup sampai di situ, Juragan Bahri pun mulai melepaskan pakaian yang ia kenakan hingga yang tersisa hanya pakaian dallam saja.
Tubuh Nadira bergetar hebat. Ia benar-benar putus asa dan hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar mengirimkannya seseorang yang bisa membantu dan menyelamatkan dirinya dari cengkeraman lelaki lintah darat tersebut.
Setelah selesai melepaskan pakaiannya, Juragan Bahri pun bergegas menaiki tubuh mungil Nadira lalu menindihnya. "Ayo, Sayang! Layani aku dan setelah itu aku berjanji akan segera melepaskanmu," ucapnya dengan begitu antusias.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Puja Kesuma
bahri sama si tuek ira mmg cocok sama sama nafsuan...cocok klo bahri ira jd suami istri
2022-12-20
2
Mami Afata
Si nyonya Ira ngapain ikut jg sih ya???
2022-12-20
2
Siti Orange
Cepat Arman Datang Selamatkan Istrimu
Lanjut Thor
Up Yg Banyakkkkkkkkk
2022-12-20
1