Setelah membayar angsuran mingguan kepada Juragan Bahri, Arman pun kembali melanjutkan perjalanannya. Ia mencoba menelusuri jalan untuk mencari lowongan pekerjaan.
Banyak pabrik dan pergudangan yang ia lewati, tetapi sayang tak ada satu pun yang menyediakan lowongan pekerjaan untuknya. Namun, Arman tidak menyerah. Ia terus melangkahkan kakinya sambil bertanya-tanya pada warga sekitar soal lowongan pekerjaan.
Tak terasa, siang pun menjelang. Teriknya panas matahari membuat Arman kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung pinggir jalan. Ia memesan secangkir minuman dingin dan menikmati minuman tersebut sambil memperhatikan sekeliling tempat itu.
"Dari mana, Nak?" tanya pemilik warung. Seorang lelaki tua yang masih semangat mencari rupiah untuk keluarganya.
"Sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan, Pak. Sudah lama saya menganggur setelah dipecat dari tempat kerja saya sebelumnya," sahut Arman.
Lelaki tua itu mengangguk pelan. "Sekarang ini mencari pekerjaan memang sulit. Ehm, kalau Bapak boleh tau, pekerjaan seperti apa yang kamu inginkan?"
"Apa saja, Pak. Selagi itu halal dan menghasilkan," jawab Arman dengan mantap.
"Bisa menyetir mobil?" tanya lelaki tua itu lagi.
Arman terdiam sejenak sambil menatap lelaki tua itu dengan seksama. "Bisa, Pak. Memangnya kenapa? Apa ada lowongan pekerjaan sebagai sopir?"
"Tuh, coba lihat!"
Pak tua itu menunjuk ke sebuah selebaran yang menempel di tembok dekat warungnya. Selebaran lowongan pekerjaan yang tertulis membutuhkan seorang sopir pribadi.
"Sopir pribadi?" Arman tersenyum lebar kemudian bangkit dari posisinya. Ia menghampiri selebaran tersebut lalu membacanya dengan seksama.
"Bagaimana? Kamu tertarik?" tanya lelaki tua itu lagi.
Arman masih tersenyum lebar. "Sepertinya saya tertarik, Pak. Dan gaji yang ditawarkan cukup menggiurkan," jawab Arman dengan mantap.
"Kalau begitu, hubungi saja nomor ponsel yang tercantum di brosur itu. Siapa tahu rejekimu," ucapnya.
Arman terdiam sejenak sambil tersenyum kecut. Bagaimana cara menghubungi nomor ponsel orang itu, sementara ia saja tidak memiliki ponsel, walaupun hanya ponsel butut.
"Saya tidak punya hape, Pak. Tapi tidak apa, saya masih bisa berjalan menuju kediaman orang itu dan sepertinya tidak jauh dari sini," sahut Arman sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya, coba aja. Jika memang rejekimu pasti tidak akan ke mana," jawab pak tua itu.
Arman meraih selebaran itu lalu menyimpannya ke dalam saku celana. "Terima kasih, Pak atas infonya."
"Sama-sama." Lelaki tua itu tersenyum.
Setelah tubuhnya tidak lagi kelelahan, Arman pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju kediaman seseorang yang membutuhkan sopir pribadi tersebut.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Arman tiba di kediaman orang tersebut. Arman menyeka keringatnya sembari memperhatikan bangunan megah yang menjulang di hadapannya.
"Wow, rumahnya besar sekali!" gumam Arman.
"Ada apa ya, Mas?" Seorang security menghampiri Arman.
"Saya menemukan brosur ini di jalan dan saya tertarik untuk melamar menjadi sopir pribadi seperti yang tertulis di sini," jawab Arman sambil tersenyum hangat.
"Oh iya. Kebetulan sekali Nyonya ada di dalam. Tunggu sebentar, biar saya kasih tau Nyonya dulu," ucap security itu.
"Baik, Pak. Terima kasih." Arman menunggu di tempat itu dengan sabar hingga akhirnya sang security kembali lagi dengan wajah semringah.
"Silakan masuk, Mas. Nyonya ingin Anda segera menghadap kepadanya," ucap security.
"Baik, baik!" jawab Arman dengan begitu antusias.
Setelah pintu gerbang mewah itu terbuka, Arman pun segera mengikuti langkah security yang kini menuntunnya memasuki bangunan megah tersebut. Arman terpelongo, ia benar-benar takjub melihat kemegahan serta kemewahan tempat itu. Sama seperti rumah-rumah orang kaya yang ia lihat di tv-tv.
"Silakan duduk. Sebentar lagi Nyonya Ira akan segera turun," ucap Security.
Arman pun mengangguk dan duduk di ruangan itu sambil menunggu sang pemilik rumah. Sementara penjaga keamanan itu sudah kembali ke depan untuk melaksanakan tugasnya.
Hanya berselang beberapa menit kemudian, tampak seorang wanita cantik tengah menuruni anak tangga yang ada di hadapan Arman. Arman terus memperhatikan wanita itu lalu bangkit dari posisinya. Kini wanita itu berdiri tepat di hadapan Arman lalu memintanya untuk duduk kembali.
"Duduklah," titahnya.
"Ehm, terima kasih, Nyonya."
Arman lalu duduk dan kembali memperhatikan wanita itu. Wanita yang hampir berusia 50 tahun, tetapi tetap cantik dan menawan. Tidak kalah dengan wanita yang berusia 25 tahun.
Bentuk tubuhnya bagus, rambutnya pun terlihat indah terawat, cara mengaplikasikan make up-nya bagus. Terlihat natural dan tidak menor. Bahkan kerutan yang seharusnya menghiasi wajah wanita itu, benar-benar tak terlihat.
Tidak ketinggalan, gaya berpakaiannya yang seperti anak muda. Kemeja ketat serta celana jeans yang ketat pula. Seperti kata orang kebanyakan, uang bicara. Dan mungkin seperti itu lah gambaran Nyonya Ira Lestari ini. Dengan perawatan yang terbaik dan pastinya membutuhkan kocek yang tidak sedikit serta pakaian mahal dan bermerek.
"Katanya kamu ingin melamar menjadi sopir pribadiku. Apa itu benar?" tanya wanita itu sambil memperhatikan wajah tampan Arman dengan seksama. Dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, tak terlewat sedikit pun.
Arman sampai grogi ketika wanita itu memperhatikan dirinya. "I-iya, Nyonya. Itu benar," jawab Arman sambil tersipu malu.
"Kamu punya SIM? Dan apa kamu punya pengalaman menyetir sebelumnya?" tanya wanita itu lagi, sambil menyilangkan kakinya.
"Dulu saya pernah menjadi pengantar barang saat bekerja di pabrik. Walaupun mungkin mobilnya berbeda, tetapi Nyonya tidak usah khawatir. Saya punya pengalaman menyetir berbagai macam jenis dan merk mobil. Dan soal SIM, saya sudah punya, hanya saja sudah sebulanan ini belum diperpanjang," jelas Arman sambil menatap wanita itu dengan penuh harap. Berharap ia bisa menemukan rejekinya bersama wanita itu.
"Coba kamu berdiri di sini," titah wanita itu sambil menunjuk ke ruang kosong yang ada di hadapannya.
Arman pun segera bangkit dari posisinya kemudian berdiri di tempat yang ditujukan oleh wanita itu. "Di sini, Nyonya?"
"Ya." Wanita itu memperhatikan postur tubuh Arman dengan seksama.
"Hmmm, sesuai kriteriaku. Tampan, body-nya bagus, tinggi dan berotot," gumam Nyonya Ira dalam hati.
"Kamu sudah berkeluarga, ehmm?"
"Nama saya Arman, Nyonya. Dan ya, saya sudah berkeluarga."
"Begini ya, Arman. Kalau mau jadi sopir pribadiku itu syaratnya harus siap siaga 24 jam. Soalnya aku wanita yang sangat sibuk dan memiliki kegiatan yang cukup banyak di luar. Aku tidak ingin ada alasan apa pun jika aku membutuhkanmu, termasuk alasan istri dan sebagainya. Bagaimana, apa kamu bersedia?" jelas wanita itu
Arman sempat berpikir beberapa detik sebelum ia menganggukkan kepalanya. Dari pada menganggur, lebih baik ia terima persyaratan dari Nyonya Ira barusan, begitu lah yang ada di pikiran Arman saat itu.
"Ya, Nyonya. Saya setuju," jawab Arman dengan mantap.
Wanita itu tersenyum lebar. "Ehm, baguslah kalau begitu. Tapi sebelum aku memutuskan untuk menerimamu, kamu harus menjalani test terlebih dahulu. Aku tidak ingin mobilku lecet-lecet karenamu sebab biaya perbaikannya tidak semurah yang kamu bayangkan," lanjut Nyonya Ira.
"Baik, Nyonya."
Wanita itu bangkit dari posisinya lalu mengajak Arman ke halaman depan, di mana mobilnya berada.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Thor seharusnya juragan bahri nya jgn berperawakan buncit apa thor . Hrusnya yg agak macoan dikit gitu . Kn si nyonya ira nya aja cantik
Klo juragan bahri nya macho mh aku setuju klo nadira dket sma juragan😂
2022-12-22
1
Siti Orange
Waduh 1×24jam
Arman Tdk ada Waktu Atuh Tuk Istri & Anakmu
2022-12-12
1
keke global
Ini dia.. Ira Lestari
2022-12-06
1