Vania memuntahkan semua isi perutnya seketika tubuhnya menjadi lemas dan kepalanya menjadi pusing.
"Aduh kepalaku sakit sekali," keluhnya.
Setelah muntah, Vania bermaksud untuk kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya.
Namun, ia mencium aroma masakan yang ditumis, seketika perutnya kembali bergejolak.
Vania kembali ke kamar mandi untuk muntah, meski tak ada yang dimuntahkannya.
Uek uek
Mereka yang di dapur mendengar suara Vania yang sedang berada di kamar mandi.
"Vania kenapa tuh?" tanya salah seorang pada Ana.
"Nggak tahu sepertinya dia ngidam."
"Hah, ngidam?! Bukannya dia sudah berpisah dengan suaminya."
"Iya, baru juga sebulan bercerai."
"Hm, tapi kenapa bercerai Ya,Vania itu kan masih muda, cantik lagi?"
"Ah nggak tahu lah, pokoknya dia nggak pernah cerita, yang jelas dia bilang jika dirinya janda dan baru sebulan bercerai dari suaminya."
"Astaga, kasihan sekali nasibnya."
"Iya mana dia tinggal sendiri lagi di kosan." Mereka berbisik-bisik menceritakan Vania.
Setelah puas memuntahkan isi perutnya, Vania kembali lagi ke dapur sambil menutup hidung.
"Kak, aku kok cium bau masakan Kakak mual gini ya?" tanya Vania pada Ana.
"Kamu ngidam kali ini Van," sahut Marina yang menghampiri Vania.
Bukan main Syoknya Vania mendengar itu.
"Tapi aku pakai pil KB Kak waktu berhubungan dengan suamiku," sahur Vania sambil memintal ujung kemeja yang ia kenakan.
Vania mulai gelisah karena yang terakhir kali mereka berhubungan, Ia memang tidak sempat meminum pil itu.
"Nggak mesti pakai KB itu, nggak bisa hamil Van. Untuk lebih memastikannya, lebih baik kamu periksa dan minta tanggung jawab sama suami kamu itu!" Ucap Marina.
"Tanggung jawab?" Lirihnya.
"Iya, kamu mau melahirkan tanpa suami, hah? nanti mereka mengira kamu hamil diluar nikah lagi."
Seketika tubuh Vania gemetar ,ketika Marina menyuruhnya untuk meminta pertanggungjawaban dari Mike.
"Ah nggak mungkin lah Kak, mungkin aku masuk angin saja kali," sahut Vania Ia kembali merasa mual.
Vania berdiri dan kembali berlari kecil menuju kamar mandi.
Ia pun muntah kembali karena isi perutnya kosong, Vania hanya memuntahkan air saja.
Tak hanya sekali, tapi berkali-kali Vania muntah, seketika tubuhnya menjadi lemas.
Vania melangkah dengan kaki yang gemetar keluar dari kamar mandi wajahnya menjadi pucat dengan keringat yang mengucur deras.
Marina langsung menghampiri Vania kemudian membantu menopang tubuh Vania yang sudah lemas itu.
"Vania kamu pulang saja atau kakak antar kamu ke rumah sakit kita periksa," ucap Marina.
"Nggak usah Kak, aku pamit pulang saja pakai ojek. Kita lagi sibuk nggak enak sama Pak Supri,"ujar Vania.
"Yaudah, seterah kamu lah."
Vania memesan ojek untuk mengantarnya kembali kos-kosan nya.
Saat itu kepalanya begitu pusing dengan mata yang berkunang-kunang.
5 menit Ia pun sampai di kosan.
Vania langsung beristirahat di kamar kost-an.
Kepalanya terasa pusing dengan perasaan yang ingin muntah terus menerus.
Vania mencari minyak angin yang merasa dirinya hanya masuk angin biasa.
Setelah menggosok minyak angin, Vania kembali terlelap.
***
Sudah dua hari Vania merasa sakit kepala dan berasa hendak muntah, sudah dua hari pula ia tidak masuk bekerja.
"Aduh, kalau begini aku bisa dipecat sama Pak Supri. Aku periksa saja ke klinik."
Setelah bersiap sebentar, Vania menuju sebuah klinik yang tak jauh dari daerah tempat ia ngekost.
Saat itu kepalanya masih terasa berat dengan pandangan yang masih berkunang-kunang.
Sudah dua hari juga ia tak selera makan, karena itulah tubuhnya jadi semakin lemah.
"Vania Asterina!" panggil salah seorang perawat ketika Vania sedang menunggu di ruang praktek dokter.
Vania berdiri menghampiri suster tersebut.
Suster kemudian memeriksa keadaan Vania.
"Tekanan darah Anda rendah ya mbak, keluhannya apa?"
"Cuman pusing, mual-mual sama mata berkunang-kunang," jawab Vania.
"Sudah menikah Mbak!" tanya Suster itu.
Seketika jantung Vania berdetak lebih kencang, ia menerka-nerka apa yang akan ditanyakan Suster itu.
"Sudah," sahut Vania lirih dan gelisah.
"Tanggal berapa hari terakhir anda datang bulan?"
Vania mengingat-ngingat terakhir kalinya ia datang bulan dan itu terjadi dua bulan yang lalu.
Astaga! guman Vania lirih sambil menelan air ludahnya, seketika tangannya gemetar.
"Sudah pernah periksa urine Mbak?"tanya Suster itu lagi
"Periksa urine, untuk apa suster?" tanya Vania harap-harap cemas.
"Tes urine untuk menentukan kadar HCG dalam urine yang biasanya digunakan untuk mendeteksi kehamilan."
"Hamil."bibir Vania bergetar ketika mengatakan itu, dengan tanpa mengeluarkan suara, jantungnya berdetak kencang seolah tidak kuat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ayo Mbak, tes dulu." Suster itu pun mengarahkan Vania untuk masuk ke dalam sebuah ruangan.
Di dalam ruangan ada seorang dokter yang menunggu di mejanya.
Suster itu kemudian menjabarkan keluhan-keluhan Vania pada dokter yang akan memeriksanya..
Vania duduk termenung menghadap dokter.
"Baiklah ibu, kalau gitu tes urine dulu ya,"ucap dokter tersebut sambil menyerahkan mangkuk kecil yang terbuat dari bahan stainless steel.
Dengan tangan gemetar Vania meraih benda itu.
"Coba tes urine dulu dan gunakan alat tes ini," ujar dokter tersebut sambil menyerahkan test pack.
Vania menuju kamar mandi yang ada di ruangan dokter, beberapa saat kemudian, ia kembali lagi menemui dokter sambil menyerahkan hasil tes urinenya.
Dokter wanita itu tersenyum ke arah Vania.
"Selamat ya ibu, anda hamil untuk pemeriksaan lanjutnya silakan hubungi dokter kandungan."
Lemas terasa di sekujur tubuh Vania ketika mendengar ucapan dokter tersebut, seketika ia membeku dan membisu dengan bulir bening menetes di pipinya.
"Ibu anda baik-baik saja?" tanya Dokter tersebut ketika melihat Vania terlihat begitu syok.
"Iya dokter ,"sahut Vania dengan gugup. Ia langsung beranjak dari tempat duduknya, tanpa mengucapkan terima kasih kepada dokter itu.
Air mata terus menetes di pipi Vania tanpa bisa ditahan lagi, meski ia sadar saat ini ia menjadi pusat perhatian para orang-orang yang melihatnya.
Vania mempercepat langkahnya menuju lobi.
Karena tak kuat membendung perasaannya ia mencari toilet terdekat kemudian menangis di sana.
Sesampainya toilet Vania buru-buru mengunci pintu toilet.
"Hiks hiks hiks kenapa aku harus mengalami hal ini," tangis dan Vania sambil memukul-mukul bagian perutnya.
Hik hik hik air mata Vania semakin tumpah membasahi pipinya, cbegitupun cairan di hidungnya.
"Hiks hiks Kenapa penderitaan ini belum berakhir juga, kenapa aku harus menanggung beban berat seperti ini?" tangis Vania, ia menangis di dalam toilet itu sampai puas menangis.
Setelah perasaannya tenang Vania kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang.
***
Mike tengah terbaring di tempat tidur di sebuah rumah sakit.
"Bagaimana keadaan putra saya dokter?" Tanya nyonya wilhelmina.
"Setelah dilakukan pemeriksaan, putra Anda baik-baik saja, tidak ada masalah kesehatan yang serius,"paper dokter tersebut pada nyonya wilhelmina.
"Kalau dia tidak sakit, lalu kenapa dia terus-terusan muntah Dok? hingga mengalami dehidrasi berat," tanya nyonya wilhelmina.
"Itu dia masalahnya Nyonya, setelah kami periksa lambungnya dengan menggunakan endoskopi lambungnya tidak bermasalah sedikitpun."
"Aneh sekali," guman Nyonya wilhelmina sambil melirik yang terbaring lemas karena mengalami dehidrasi berat
Bersambung dulu gengs jangan lupa dukungannya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Aidah Djafar
ikut ngidam tuh c Mike grandong 🤦🤣🤣🤣
2024-01-27
0
Wanti Suswanti
bagus biar Mike juga merasakan penderitaan yg di alami Vania...
2023-09-24
1
Angraini Devina Devina
mengapa merasa aneh apa gak pernah hamil jadi gak tau hormon nya🙄🙄🙄🙄🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟
2023-08-18
0