Menanti

Anton menghampiri kost Vania untuk mengantarnya bekerja. Selain itu juga, hari ini Anton akan pulang karena masa liburannya yang telah berakhir.

Vania memang sudah menunggu kehadirannya di depan pintu kost.

Setelah Anton tiba,Ia langsung berboncengan dengan Anton.

"Terima kasih Anton, kamu sudah mau repot-repot jemput dan mengantar  aku."

"Sama-sama Van, kamu jaga diri kamu ya. Sebenarnya aku nggak tega meninggalkan kamu, tapi ya mau gimana. Aku di sana kuliah."

"Nggak papa kok,aku lebih nyaman hidup sendiri daripada tinggal bersama ibuku." 

"Kalau begitu aku pamit ya, selalu aktifkan nomor kamu," ucap Anton

"Iya Anton, tenang saja."

Anton kembali memakai helmnya kemudian pergi meninggalkan Vania.

Vania menyunggingkan senyum tipisnya menatap kepergian Anton.

Setelah itu ia langsung masuk ke dalam Warteg tempat Vania bekerja.

"Vania, kamu bantu masak di belakang ya," ucap Pak Supri pemilik Warteg.

"Baik Pak."

Vania ikut membantu di dapur, sekitar jam sepuluh pagi, Vania ditugaskan melayani para pelanggan.

Hari-hari berlalu, entah kebetulan atau tidak, sejak Vania melayani warung pak Supri, pelanggan Pak Supri semakin banyak.

Sebagian mereka adalah laki-laki antara remaja hingga pemuda usia 30 tahun.

Kecantikan Vania memang jadi pemikat tersendiri bagi dirinya di warung itu.

Apalagi Vania adalah seorang janda, banyak sekali pria yang jatuh hati padanya.

Karena itulah mereka sering membeli nasi di warung pak Supri.

***

Malam ini warung begitu ramai hingga Vania diminta untuk lembur. Biasanya jam kerja Vania dari jam 07.00 pagi sampai jam 04.00 sore.

Karena hari ini begitu banyak pelanggan. Vania diminta untuk membantu memasak lauk agar stok lauk mereka tidak kehabisan.

Seorang pemuda berusia 25 tahun datang menghampiri Pak Supri pria itu bernama Joko.

"Pak Supri, Apa benar Vania itu janda?" tanya Joko.

"Ya nggak tahu, katanya sih begitu," cetus Pak Supri.

"Kira-kira Vania mau nggak ya Pak sama aku?" tanya Joko yang memang akrab dengan Pak Supri.

"Kamu tanya sendiri saja lah orangnya."

"Iya deh Pak, sebaiknya saya harus cepat mengutarakan maksud hati saya, karena sepertinya banyak pria yang mengincar Vania."

"Artinya, warung bapak semakin ramai, jadi tempat tongkrongan para ABG dan anak-anak muda."

"Hehehe itu rezeki saya," ucap pak Supri.

Pukul 08.00 malam Vania dipersilakan pulang oleh pak Supri.

Vania mulai beberes bersiap untuk pulang.

Karena warung pak Supri tidak terlalu jauh, berjalan kaki pun hanya 15 menit.

Untung saja komplek yang Vania lalui cukup ramai, jadi ia tidak terlalu takut jika harus berjalan kaki Meski di malam hari.

Baru beberapa langkah Vania sudah mendengar klakson.

Tit tit 

Vania menoleh ke arah belakang.

Seorang pria tersenyum menghampirinya dengan masih naik di atas motor.

"Vania aku antar yuk," ajak Joko.

"Tidak Mas terima kasih," ucap Vania.

Vania mempercepat langkahnya iya memang trauma jika didekati  seorang pria. 

"Vania! Tunggu dong Vania! Niat aku baik kok cuma mau mengantar kamu ,"ucap Joko dengan tulus.

"Maaf ya Mas, saya nggak mau! saya bisa jalan kaki sendiri, tolong jangan ganggu saya," ucap Vania  sambil berlari dari Joko karena ketakutan.

Sekuat tenaga Vania berlari, agar Joko  tak lagi mengejarnya.

***

Tak hanya Joko, beberapa pria muda juga menyatakan perasaannya secara langsung dan tak langsung, kepada Vania.

Namun, mereka semua ditolak Vania dengan cara halus.

***

Setiap malam, biasanya Anton menyempatkan diri menelpon Vania begitupun malam ini.

"Bagaimana pekerjaan kamu Van?" tanya Anton.

"Ya begitulah," sahud Vania sambil mengunyah mie instannya.

"Aku dengar dari pak De' ku warung semakin ramai Van sejak kamu bekerja di sana."

"Ah itu mungkin memang rezeki pakde kamu saja, nggak ada hubungannya, dengan aku," cetus Vania.

"Kamu sendiri bagaimana Ton di sana," tanya Vania sambil menikmati teh hangat.

"Ya begitulah tapi aku nggak betah di sini," sahut Anton.

"Loh nggak betah kenapa? Bukannya enak kamu kuliah, tinggal kuliah nggak mikirin cari duit," cetus Vania sambil tertawa.

"Hahaha iya aku hanya khawatir saja."

"Khawatir apa?"tanya Vania.

"Aku khawatir sama kamu, takut terjadi sesuatu menimpa kamu. Aku khawatir Van, kamu diambil orang lagi."

Huk huk Vania tersedak.

"Kamu ngomongin apa sih Ton," sahut Vania yang merasa tak enak hati.

"Iya aku khawatir, jika kamu diambil orang lagi."

"Hahaha Kalau aku diambil orang lagi, ya kamu cari yang lain dong," sahut Vania bernada bercanda.

"Aku serius Van."

Vania terdiam mendengar ucapan Anton.

"Sudah Anton kamu nggak usah ngarepin aku lagi, nggak pantes tahu nggak"

"Kamu bisa dapat wanita yang lebih baik dari aku. Kamu mau bantuin aku saja, aku sudah terima kasih banyak. aku nggak neko-neko kok."

"Tapi, Van. Aku cintanya cuma sama kamu Van, lagipula itu bukan sepenuhnya salah kamu. Sudahlah, kan nggak ada yang tahu juga yang masa lalu kamu."

Beberapa saat keadaan telepon kembali hening.

"Van, kamu masih disana kan?" tanya Anton.

"Ehm masih kok."

"Van, kamu mau nggak nunggu aku sampai aku selesai kuliah Setelah itu kita akan menikah?"tanya Anton dengan sungguh-sungguh.

"Maksud kamu apa Ton, Sudahlah kamu jangan macam-macam, aku merasa nggak pantas untuk kamu Ton."

"Kamu tenang saja aku bisa jaga diri baik-baik kok," tutur Vania dengan haru.

"Emangnya kenapa?"

"Aku ini tidak setia, aku pernah berkhianat pada kamu karena telah menikahi pria  itu dan sekarang kamu minta aku menunggu kamu?" tutur Vania sedih

"Sebaiknya kamu cari perempuan lain lebih lebih baik. Pria baik seperti kamu, pantas mendapatkan yang terbaik bukan seperti aku yang sudah jadi sampah," tutur Vania dengan nada merendah.

"Kamu jangan begitu dong Van, selalu merendah, kamu masih berhak mendapatkan kesempatan kedua. Lagi pula aku lihat di mata kamu kamu, kamu masih cinta aku kan Van?"

Rasanya memang tak mungkin dipungkiri perasaan Vania terhadap Anton.

Semakin coba untuk melupakan Anton, Vania malah semakin sulit untuk melupakannya.

Vania kembali diam untuk beberapa saat, sementara Anton masih menunggu jawabannya.

" Van, kamu masih di situ kan ?" tanya Anton.

'Iya masih," sahut Vania sambil menggigit bibir bawahnya.

"Tapi kamu belum jawab pertanyaan aku Van. Kamu mau kan menunggu aku sampai selesai kuliah?" tanya Anton dengan tegas.

"Hm Gimana ya?" Vania bermonolog.

"Coba kamu pikirkan Van, jika tidak kita, siapa lagi yang mau memperjuangkan cinta kita, mungkin yang kemarin itu ujian cinta bagi kita, dan setelah 6 bulan berpisah dari kamu,  aku juga belum bisa melupakan kamu."

"Tolong kamu pertimbangkan lagi Van, kamu bersedia kan menunggu aku?" tanya Anton

Setelah hening beberapa saat, Vania pun menjawab.

"Iya deh,  kali ini aku akan menunggu kamu," sahut Vania.

"Oke , kalau begitu terima kasih sayangku," ucapkan dengan bahagia.

"Iya sama-sama."

Setelah berbincang sejenak sambungan telepon pun terputus.

Bersambung dulu gengs.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

moga sampe ke kakek nenek Anaton vs Vania 😁😍

2024-01-27

0

Angraini Devina Devina

Angraini Devina Devina

semoga gak ada ujian lagi dalam cinta mereka 😥😥😥😥😥

2023-08-18

1

Bernadeth Meilan

Bernadeth Meilan

setia

2023-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!