Nyonya Wilhelmina masuk ke kamar Mike.
Betapa kagetnya ketika melihat barang-barang berhamburan di dalam kamar.
"Astaga Mike! Apa yang kau lakukan?!"tanya Nyonya wilhelmina dengan emosi.
"Aku akan lakukan apapun yang akan ku lakukan Mommy! sebaiknya mommy tidak usah ikut campur!"
Nyonya Wilhelmina menyilangkan kedua tangannya, ia menarik nafas perlahan kemudian mengatur nafasnya agar bisa menahan sedikit emosi melihat kelakuan putranya itu.
Wanita paruh baya itu memutar bola mata malasnya sambil menghampiri Mike.
"Mike jangan lakukan itu lagi, mami tahu kau bersedih atas kepergian istrimu, tapi sampai kapan kau akan terpuruk seperti ini. Kau masih punya kehidupan yang harus kujalani."
"Kehidupan? kehidupan seperti apa ? aku hanya pria cacat yang buta," ucap Mike dengan bibir yang bergetar rasanya ia ingin menangis mengatakan hal itu.
Jantung Mike berdetak kencang seolah ia tidak terima akan nasibnya itu.
"Mike sayang, keadaanmu ini hanya sementara, jadi kau jangan terlalu pikirkan. Kita punya banyak uang, kita bisa berobat dengan pengobatan di rumah sakit yang paling mahal. Setelah 6 bulan, kau bisa dioperasi lagi."
Wilhelmina berusaha membujuk putra sambungnya itu.
Mike hanya diam ketika melihat sang putra sudah mereda emosinya Wilhelmina mengatakan maksudnya.
"Mike mommy punya rencana untuk menikahkanmu dengan seseorang yang bisa merawat dan mengurusmu. Tidak lama, hanya 6 bulan dan itu hanya pernikahan kontrak, agar dia tidak lari dari tanggung jawabnya."
"Aku belum mau menikah mommy, aku masih mencintai istriku," ucap Mike ketus.
"Mommy tidak bilang kau harus mencintainya, setidaknya dengan menjadi istrimu dia akan mengurus segala keperluanmu termasuk memandikanmu dan segala keperluanmu. Karena mommy sudah membayar mahal, kau juga bisa melampiaskan kebutuhan biologis mu padanya. Kau bisa melakukan sesuka hatimu," ucap Nyonya Wilhelmina.
Mike hanya diam, kelihatan sekali wajahnya begitu kesal.
"Ayolah Mike, kau hanya menikahinya kok, kemudian kau bisa mencampakkannya, kapan saja kau mau. Setelah matamu sembuh dan kakimu sembuh kita tak memerlukan dia lagi, tidak ada ruginya kan bagimu."
Mike masih bergeming, ia memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Nyonya Wilhelmina menghampiri kemudian memeluknya dari belakang.
"Meskipun kau hanya putra sambungku tapi aku menyayangimu. Aku tidak akan merasa tenang jika kau seperti ini," ucap nyonya Wilhelmina.
"Jika kau tidak mau, lakukanlah untuk mommy, agar mami bisa bekerja dengan tenang," imbuhnya memberi alasan.
"Terserah saja, lagipula Aaa yang bisa kulakukan sekarang,"ucap Mike dengan nada putus asa.
"Bagus, kalau begitu kau bersiaplah, pernikahanmu akan segera dilaksanakan."
***
Sore harinya Nyonya Wihelmina kedatangan tamu.
Tamu tersebut langsung disambut oleh Surti.
"Sebentar ya, saya panggil Nyonya dulu," ucap Surti setelah berbasa-basi dengan saudaranya itu.
Baru hendak memanggil Nyonya Wilhelmina, Wanita itu sudah turun dari tangga.
"Nyonya, orang yang saya bicarakan kemarin sudah datang."
"Baiklah kamu masuk saja! Ini urusan aku dan mereka."
Dengan angkuh Nyonya Wilhelmina menghampiri tamunya tersebut.
Vania terus menundukkan wajahnya sambil *******-***** jemarinya sendiri.
Rumah didatanginya begitu mewah, ia tak pernah masuk ke dalam rumah semewah ini.Seperti yang ia tahu, jika orang kaya itu memiliki sifat sombong dan arogan.
Mereka sering berlaku semena-mena.
Karena itulah melihat rumahnya saja Vania begitu ketakutan, apalagi mendengar kekuasaan yang dimiliki oleh tuan John Miller.
Bu Lusi menghampiri Nyonya kemudian ia menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Namun Nyonya wilhelmina langsung bersedekap menoleh ke arah lain. Ia enggan bersalaman dengan wanita yang levelnya jauh di bawahnya.
Vania melirik sekilas ke arah wanita itu, dari pertemuan pertama saja ia yakin jika wanita itu seperti nenek sihir yang diceritakan di dalam dongeng-dongeng. Dari wajahnya, sudut bibirnya, serta lirikan matanya wanita itu sepertinya seorang yang angkuh.
Bu Lisa buru-buru menarik kembali tangannya ,sebetulnya ia malu diperlakukan seperti itu hanya saja ia menepis semua perasaannya demi uang.
"Saya nggak suka basa-basi jadi to the point saja, mana gadis itu?"tanya nyonya wilhelmina
"Itu dia gadisnya nyonya!"Lisa menunjuk ke arah Vania.
Nyonya Wihelmina menatap sinis ke arah Vania. Vania kembali tertunduk setelah menatap sekilas wanita itu.
"Apa dia bisa bekerja dengan baik?"
"Oh tentu saja nyonya, sejak dari kecil saya sudah mengajarkan kepadanya untuk bekerja keras. Anda bisa memerintahkan apa saja padanya."
"Baiklah saya siapkan surat kontraknya, ketika mereka resmi menikah, uangnya langsung saya transfer ke rekening anda, ucap nyonya Wilhelmina dengan penuh penekanan.
"Oh baiklah nyonya, kapan ya Nyonya bisa dilaksanakan pernikahannya?"tanya Bu Lisa seolah tak sabar.
"Jika kau bisa sekarang, sekarang juga aku akan menyiapkannya. Apa sih yang tidak bisa aku lakukan, aku punya segalanya,"ucap Nyonya Wihelmina semakin menyombongkan dirinya.
"Sekarang saja Nyonya, putri saya sudah siap lahir batin."
Mendengar hal itu, Vania hanya bisa menelan air ludahnya sambil menghela nafas panjang.
Vania merasa berhutang budi, karena telah dibesarkan ibu tirinya. Karena itu merelakan kebebasannya selama 6 bulan dengan menjadi istri dari seorang yang tak pernah i lihat sekalipun.
"Baiklah akan ku persiapkan kalian tunggu saja di sini."
"Surti !Surti!" Nyonya Wihelmina memanggil asisten rumah tangganya itu.
Nyonya Wihelmina pun berbicara pada Surti dengan sedikit berbisik.
"Baik nyonya, baik nyonya." Surti hanya mengatakan hal itu, sambil menganggukkan kepalanya. Ia begitu patuh dengan perintah Nyonya tersebut.
"Vania ayo ikut Si mbok," ucap Surti sambil menarik tangan Vania mereka berjalan menuju sebuah ruangan.
"Kau beristirahat di sini saja, sebentar lagi akan ada yang mendandani.Dalam beberapa jam lagi, kau akan menikah dengan tuan muda," ucap Surti.
Surti menutup pintu dan meninggalkan Vania yang bergeming duduk di atas tempat tidur
Menikah? semudah itukah seseorang menikah? padahal aku menginginkan pernikahan yang bahagia. Menikah bersama pria yang kucintai dan pria itu adalah Anton, bukan tuan muda yang tak pernah kulihat.
Bulir bening menetes di pipi Vania, ia berkali-kali menghela nafas mencoba untuk tegar.
Jika dihitung-hitung ia memang tidak mampu untuk membayar hutang Budi dirinya yang sudah diasuh oleh Bu Lisa sejak ia berumur 3 tahun.
Dulu ayah Vania seorang pengusaha restoran. Ekonomi keluarga mereka cukup berada. Namun 3 tahun yang lalu usaha keluarga mereka bangkrut. Harta mereka terkuras habis, karena sang ayah jatuh sakit dan memerlukan banyak biaya.Mereka terpaksa menjual semua hartanya karena bisnis yang dijalani bu Lisa justru semakin membuat usaha ayahnya terpuruk.
Selain dirinya, Vania juga memiliki tiga adik perempuan. Sebagai balas jasanya ia harus menggantikan Bu Lisa untuk menafkahi bu Lisa dan 3 adiknya. Karena itu, Vania rela melakukan apa saja asal ia tidak menjual harga dirinya.
Beberapa saat kemudian datang seorang wanita dengan membawa sebuah gaun pengantin.
Wanita itu mulai memoles wajah Vania. Sekitar 1 jam, Vania disuruh mengganti pakaiannya dengan gaun pengantin, lengkap dengan penutup kepala mahkota dan kain Veil.
Seperti ini kah aku akan menikah? batin Vania ketika menatap dirinya di depan cermin.
Vania menangis dengan air mata yang membanjiri pipinya.Untung saja wajahnya tertutup kain flanel jadi kesedihannya tidak terlihat.
Ia keluar dari kamar itu sebagai calon pengantin wanita dengan gaun putihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
pantesan aja Bu helmina juga ibu tiri,,heem terkesan gak punya perasaan terhadap sesama wanita
2024-12-14
0
Maimunah Mai
Vania jalani hidup ini dg ikhlas,,, pasti engkau akan bahagia
2023-09-27
1
Eka Bidel
Mak deg,,, hatiku,,,
Ga nyangka seorang Ibu yang notabene wanita juga.
punya pemikiran seperti itu.
2023-09-21
0