Suara ketukan sepatu heels saling beradu dengan lantai marmer di sepanjang lobby kantor bersamaan itu, tampak dua orang berjalan bergandengan tangan.
Mengabaikan beberapa pasang mata yang menatap kaget pada pemandangan yang ada di depan mereka.
Apalagi sosok pria itu merupakan CEO dari DS Group sekaligus calon Menantu pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.
"Bukankah itu Pak Arjean? Tunangannya Bu galak Rosa!" seru salah satu pegawai wanita yang sempat bertatap muka dengan Joanna dan Jean.
"Hm, mereka terlihat mesra sekali! Apa jangan-jangan Pak Jean selingkuh di belakang Bu Rosa?"
"Hush! Jaga bicaramu! Kalau sampai Bu Rosa mendengarnya, bisa mati kamu!"
"Tidak takut! Memangnya Rosa siapa? Bos di kantor ini Pak Percy jadi kalau misal si Rosa memecatku, tinggal kulaporkan balik dia karena kerjanya juga tidak becus!"
"Tapi mereka cocok juga! Daripada dengan si bunga bangkai, Pak Jean lebih serasi dengan Bu Joanna."
Mendengar bisikan itu, Joanna tersenyum penuh kemenangan.
Tidak menyangka banyak yang mendukung hubungannya dengan Jean di kantor ini.
Sebab bukan hanya Joanna yang membenci Rosa melainkan mereka juga.
Kasihan sekali dia.
Tautan tangan Jean dan Joanna semakin erat saat mereka berdiri di depan pintu ruangan Tuan Dery.
"Masuk!"
Setelah mendengar perintah itu, pintu ruangan terbuka lebar. Ada Rosa yang sedang duduk bersama Tuan Dery di sofa.
Kebetulan sekali!
"Papa sudah menunggu kedatangan kalian. Duduk!"
Jean dan Joanna duduk bersebelahan dengan posisi Rosa ada di depan mereka.
Sudut bibir Joanna tidak berhenti menyeringai ketika mata Rosa menatap sengit pada genggaman tangan Jean pada jemarinya.
Ketakutan Joanna semakin bertambah seiring suara langkah kaki memasuki ruangan itu.
Lian tampak sibuk menyapa dua orang lainnya yang baru saja datang.
"Sebenarnya ada apa, Der? Kenapa tiba-tiba menyuruhku datang ke kantor?" tanya Nyonya Anne.
Belum menyadari eksistensi Joanna yang duduk di samping tempatnya berdiri.
Sementara Tuan Dery tidak menyahut. Ia menyapa calon Besannya yang sejak tadi tidak berhenti memperhatikan Jean dan Joanna.
"Pasti ada sesuatu yang sangat penting sampai anda meminta saya datang ke sini." ujar Tuan David seraya melirik Jean dan Joanna lagi.
Hingga membuat jantung Joanna berdebar dan berusaha menarik tangannya agar genggaman mereka terlepas namun Jean tidak mau.
PLAK!
Suara tamparan itu terdengar begitu nyaring.
"PAPA!"
Rosa dan Joanna memekik kaget saat Tuan Dery menampar Jean hingga jatuh tersungkur di bawah kaki Ayahnya, Tuan David.
"Tolong kendalikan emosi Papa."
Joanna membantu Jean berdiri namun pria itu menggeleng pelan, memberi gestur agar Joanna tetap diam di tempatnya.
Mengundang tatapan cemburu Rosa yang berniat membantu Jean tapi terhalang meja di depannya.
Tsk! Sial!
Jean menyeka sudut bibirnya yang berdarah dan menganggap jika yang tadi itu semi pukulan, bukan sebuah tamparan karena rasanya sakit sekali.
Melihat hal tersebut, Tuan David jelas tidak terima Anaknya diperlakukan seperti ini.
"Kenapa anda memukul Jean, Pak? Apa kesalahan Putra saya sampai membuat anda marah?"
"Lebih baik anda tanyakan pada Jean, Pak David." kata Tuan Dery setenang mungkin.
"Jean, ada apa?"
"Biar aku yang jelaskan pada kalian semua." Suara Joanna menginterupsi.
Ia menatap mereka secara bergantian tanpa ragu agar masalah ini bisa cepat selesai.
"Pertama, aku minta maaf pada Papa dan Om David soal perbuatan kami di masalalu. Kami tidak sengaja melakukan itu, maaf."
"Joanna, tolong bicara pada intinya. Melakukan apa maksudmu?"
"Dua tahun lalu aku hamil anak Jean, Om. Saat itu kami sedang ma–"
PLAK!
Tamparan itu menghentikan ucapan Joanna yang ingin membuat sebuah pengakuan dosa di hadapan keluarganya dan meminta maaf atas segala perbuatannya bersama Jean di masalalu.
"Keterlaluan! Berani sekali kamu memfitnah tunangan Kakakmu sendiri, Joanna!"
"Itu bukan fitnah tapi faktanya, Jenan memang Putraku ... Putra kami berdua, Tante."
Sebelah tangan Nyonya Anne kembali melayang hendak menampar Joanna lagi.
Namun Jean bergerak cepat menghalanginya.
"Cukup! Jangan menyentuh dia atau aku tidak sungkan berbuat kasar pada anda."
"ARJEAN!" bentak Tuan David.
Suasana di ruangan itu berubah menjadi tidak kondusif saat tiba-tiba Rosa berdiri di belakang Joanna lalu menarik rambutnya menuju pintu keluar.
"DASAR WANITA MURAHAN! SELAMA INI AKU TETAP DIAM MELIHATMU BERSELINGKUH DENGAN JEAN TAPI KAMU TIDAK SADAR DAN SEMAKIN MENJADI-JADI, JOANNA!"
Joanna tidak bisa melawan karena rambutnya ditarik kasar oleh Rosa hingga wajahnya ikut mendongak ke atas.
PLAK!
PLAK!
Memudahkan Rosa memukul wajah Joanna secara brutal dan kasar.
"ROSA! LEPASKAN JOANNA!" bentak Jean.
Wanita itu menyeringai bak psikopat gila.
"Apa kubuat hancur sekalian muka sok cantiknya ini, hm? Supaya dia tidak mengganggu calon Suamiku lagi?"
"Jangan nekat kamu, Ros!" ujar Tuan Dery yang juga khawatir melihat Joanna menitihkan airmata, menahan rasa sakit di kepalanya.
PLAK!
"KUBILANG HENTIKAN, ROSA!"
"JANGAN BERTERIAK PADAKU, SIALAN! WANITA INI SUDAH MEREBUTMU DARIKU! SEHARUSNYA SEBAGAI LAKI-LAKI, KAMU JUGA MEMIKIRKAN PERASAANKU! BAHKAN MESKI SELAMA INI KAMU TIDAK PERNAH BERSIKAP BAIK PADAKU, AKU TIDAK PERNAH MENGADU PADA ORANGTUAKU DAN OM DAVID! SEMUA ITU KARENA AKU SANGAT MENCINTAIMU, JEAN! AKU SANGAT MENCINTAIMU!" teriaknya histeris.
"Tenangkan dirimu, Rosa. Tolong jangan seperti ini, kasihan Joanna." bujuk Tuan David agar Rosa mau melepaskan Joanna yang hampir kehilangan kesadarannya.
Sementara Nyonya Anne sudah menangis sesenggukan sembari tidak beranjak dari duduknya.
Dan membiarkan Rosa berbuat sesuka hati tanpa mau membela Joanna.
Hati Ibu mana yang tidak sakit melihat Putrinya dipermainkan seperti ini.
Posisi Rosa yang berada di belakang Joanna menyulitkan ketiga pria itu untuk menolong Joanna setelah mendengar ancaman Rosa yang akan mematahkan leher Joanna detik itu juga jika mereka nekat mendekatinya.
Satu lengan Rosa yang menganggur dibuat untuk mencekik leher Joanna hingga membuat napas Joanna tersengal.
Uhuk, uhuk, uhuk!
Kedua tangan Joanna beralih memukul lengan Rosa agar mau melepaskan cekikan dilehernya.
Ya Tuhan, tolong aku!
Joanna tidak berdaya. Pasokan udara di paru-parunya semakin menipis karena Rosa memperdalam tekanan lengannya pada leher wanita malang itu.
Perlahan pandangan mata Joanna mulai mengabur dan terakhir kali yang dilihat adalah wajah panik Ayahnya.
Kemudian Rosa menyeret tubuh lemas Joanna mendekat ke arah pintu.
BUGH!
Tubuh Rosa limbung karena seseorang memukul tengkuknya dari belakang hingga cekikan dileher Joanna terlepas.
Kedua wanita itu terjatuh secara bersamaan namun sebelum tubuh Joanna benar-benar menyentuh lantai, seseorang itu lebih dulu menahannya— "Saya izin menggendong Nona Joanna turun ke bawah. Mobil ambulance sudah menunggu di lobby. Mari, Tuan."
Lagi.
Lian menjalankan tugasnya dengan baik sebagai orang yang paling dekat dengan keluarga Percy dan mendiang Nyonya Jasmine tidak salah menitipkan Suami serta Anaknya pada pria berkebangsaan Cina tersebut.
Lalu Rosa?
Terbaring pingsan dengan kepala yang berada di pangkuan Ibunya.
Nyonya Anne menangisi kondisi Rosa tanpa ada yang membantunya membawa Rosa turun ke bawah sebab tidak ada staff lain yang berada di lantai ini kecuali ruangan Giovani dan beberapa jajaran petinggi perusahaan yang kebetulan sedang mengadakan rapat internal di lantai empat.
Sampai akhirnya Nyonya Anne menghubungi seseorang dan menyuruhnya segera datang ke kantor.
"Okay! Aku akan ke sana!"
...••••...
Dua jam kemudian.
Dokter mengatakan kondisi Joanna baik-baik saja. Hanya beberapa helai rambutnya yang rontok itu pun sudah disemprot dengan cairan antiseptik agar bekas jambakan itu tidak menyebabkan bengkak di kulit kepalanya.
Sudut bibir Joanna yang terluka sudah dioles salep. Selebihnya, Joanna diizinkan pulang setelah ia sadar nanti.
"Mami!"
Semua orang di sana menoleh ke sumber suara.
Mendapati Jenan berusaha memaksa turun dari gendongan Perawat Yo yang masih berdiri di ambang pintu.
"Mami! Bangun!"
"Halo, Jagoan! Kemari! Je sama Papi dulu ya."
Jean mengambil alih tubuh mungil itu dan menyuruh Perawat Yo duduk di sofa bersama yang lain.
"Papi! Itu ... Mami!"
Jean mengusap lembut pucuk kepala Jenan yang duduk di pangkuannya sambil membisikkan kalimat penenang hingga Jenan berhenti mengoceh.
Menatap wajah terlelap Joanna yang tampak tidak nyaman dalam tidurnya karena baru saja mengalami kejadian kurang menyenangkan.
...••••...
TOUCH VOTE, LIKE AND COMMENT!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Dewi Marcella ✨
waw makin kesini makin gregetan sama Rosa ya kok gx ngaca tp bagus deh udh ketauan 😌
2023-03-03
0
Anjellita
dih rosa kamu tu beneran iblis betina,aku heran kok pak dery bisa diam sajanmelihat joana anak kandungnya di perlakukan kasar sama anak tirinya,walaupun ya bener joana salah tapi kan disini joana haya mempertahankan hak nya orang jean juga cinta sama dia,jadi dia ngak merebut jean dari rosa kan.
2022-12-05
2