Tak terasa, waktu terus berputar dengan cepat.
Perut rata Joanna kini mulai terlihat membuncit. Bayi yang diprediksi oleh Dokter adalah seorang bayi laki-laki, membuat Joanna kadang merasa kewalahan sebab bayi Joanna cukup aktif melakukan pergerakan di dalam perutnya dan kadang, Joanna juga merasa nyeri di bagian bawah perutnya.
Meski merepotkan, Joanna jarang mengeluh dan tetap santai menjalani hari-harinya mengurus toko.
Joanna juga menghindari semua nomor panggilan dari Indonesia. Menghilang tanpa kabar dan berjanji akan kembali secepatnya setelah bayi itu lahir.
Bahkan saat Ayahnya menelepon, Joanna beralasan tidak bisa berbicara sekarang karena sibuk melakukan riset untuk memasarkan produk rotinya ke berbagai negara.
Anggap saja Joanna berlebihan tapi hanya itu alasan yang cukup masuk akal menurutnya agar sang Ayah berhenti menghubungi Joanna dan menanyakan alamat rumah barunya.
Iya. Joanna dan Kalandra pindah rumah setelah tahu Joanna hamil satu bulan.
Setidaknya, sampai Joanna siap memberitahu Ayahnya tentang masalah ini.
Apalagi kalau sampai Nyonya Anne dan Rosa tahu dirinya kebobolan sebelum menikah, mereka bisa lebih mudah memprovokasi Tuan Dery agar nama Joanna dicoret dari daftar ahli waris.
"Jo! Papamu telepon!"
Teriakan Kalandra membuat tubuh Joanna menegang. Ia segera menghidupkan alat mixer hingga suara mesinnya terdengar bising.
"Halo."
"Ya Tuhan, Joanna! Sayang! Kenapa nomormu tidak aktif? Jangan bilang kamu kecopetan lagi dan–"
"I'm fine! Papa, apa kabar? Dua bulan tidak mendengar suara Papa, Joanna jadi rindu. Maaf! Akhir-akhir ini Joanna sibuk. Toko sedang banyak pesanan untuk pesta, Papa dengar? Aku bahkan menerima telepon saat membuat adonan roti, hehe."
Joanna tersenyum tipis saat mengingat beberapa pelanggan memuji roti buatan tokonya sangat enak. Mampu menyaingi roti dari Britalk dan Halland.
"Wah? Selamat ya, Nak! Akhirnya usahamu berkembang sesuai harapanmu! Papa bangga! Oh ya, Joanna ..."
Ada jeda sebentar sebelum suara Tuan Dery kembali terdengar.
"Tolong beritahu Papa alamat rumahmu yang baru! Joanna! Papa tidak akan marah jika ternyata kamu menyembunyikan sesuatu dari Papa, sungguh!"
Tubuh Joanna menegang. Rasa panik mulai menyerang sebab tidak menyangka jika Ayahnya mulai bisa menebak ketakutan yang selama ini Joanna rasakan.
Menyembunyikan kehamilan itu dari semua orang terutama dari Ayahnya.
"Joanna? Sayang! Kamu masih mendengar Papa 'kan? Halo–"
"Maaf, Pa. Toko lagi ramai. Aku tutup teleponnya sekarang ya? Bye!"
Selalu akhir yang sama, menjadi penutup percakapan mereka. Joanna benar-benar belum siap menghadapi kemarahan Tuan Dery. Tidak masalah jika dirinya diejek akibat perbuatannya tapi Joanna tidak bisa jika menyangkut tentang keluarga satu-satunya yang ia miliki yaitu Tuan Dery.
Maafkan Joanna, Pa.
"Om Dery menanyakan alamatmu lagi, Jo?"
"Hm, memang apalagi menurutmu ..." Joanna kembali melanjutkan mengadon kue lagi.
Mematikan mixer yang sempat ia nyalakan lalu menarik kursi tinggi di sampingnya, "Papa pasti marah jika tahu aku hamil, Kalandra."
"Itu benar tapi kemarahan Om Dery akan mereda seiring berjalannya waktu. Kenapa tidak mencoba bicara dulu?"
"Tidak semudah itu. Aku takut–"
"Takut tidak mendapat warisan?"
Joanna mengangguk pelan.
Menatap sendu pada adonan roti yang ia remas-remas guna menyalurkan perasaan yang ia rasakan saat ini.
Sebenarnya Joanna tidak takut hidup susah jika Tuan Dery tidak memberinya warisan namun Joanna tidak rela kalau sampai seluruh kekayaan Percy jatuh ke tangan orang yang salah.
Tidak perlu dijelaskan, semua sudah tahu siapa orang yang dimaksud oleh Joanna.
Soal modal?
Joanna pikir, dengan omset jutaan dollar perbulan yang dihasilkan Jo's Bakery sudah bisa mengembalikan modal awal yang diberikan oleh Ayahnya.
Dengan sisa tabungan yang dimiliki, Joanna yakin bisa menghidupi kebutuhan dirinya dan calon Bayinya kelak.
"I know! Kalau itu yang kamu takutkan, tenang Jo! Aku bisa bantu membujuk Om Dery supaya kamu tetap dapat bagianmu, gampang 'kan?"
Joanna mendecih, "Mereka licik, Kalandra! Tidak semudah itu menghadapi orang serakah seperti Rosa dan Anne."
"Demi Tuhan! Aku tidak ikhlas jika semua harta Papa jatuh ke tangan mereka!" lanjutnya.
"Lalu sampai kapan kamu seperti ini? Aku sudah pernah bilang soal rencana pernikahanku 'kan?"
Joanna dan Kalandra saling beradu pandang untuk sejenak.
Kalandra memeluk tubuh Joanna yang agak berisi sejak kehamilannya. Mengusap punggung Joanna seraya menggumamkan kata maaf karena Kalandra tidak bermaksud meninggalkan Sahabatnya saat kondisi Joanna seperti ini.
"Sorry!"
"Aku baik-baik saja, Kala! Jangan berlebihan."
"Semua ini karena bajingan itu! Andai dia tidak selingkuh dengan— sudahlah! Awas saja kalau ketemu! Akan aku potong belalainya nanti."
Joanna yang awalnya terharu dan ingin menangis, berubah tertawa kecil mendengar ancaman Kalandra yang begitu mengerikan.
Dibanding beradu otak, Kalandra lebih suka beradu otot saat wanita itu sedang marah.
Ia tipikal wanita keras di luar namun berhati lembut pada orang-orang yang disayang.
Seperti saat ini. Setelah mengatakan kalimat berisi ancaman, Kalandra menangis sesenggukan. Meratapi nasib Joanna dan Bayinya yang lahir tanpa Ayah.
Sementara Joanna sendiri hanya terkekeh geli. Memaklumi kecemasan Kalandra sebab keduanya sudah bersahabat sejak SMP. Tidak heran jika hubungan mereka bak saudara kandung, begitu dekat dan saling peduli satu sama lain.
"Everything will be fine, Kala! Selalu percaya setelah badai, akan ada pelangi yang muncul." gumamnya sambil menepuk pelan punggung Kalandra yang semakin bergetar.
"Joanna, hiks!"
Menyesal pun tidak ada gunanya lagi. Tidak akan mengubah keadaan Joanna yang sudah terlanjur hamil.
Oleh karena itu, daripada meratapi nasibnya, Joanna memilih berpikir logis untuk tujuan hidupnya bersama Anaknya di masa depan.
...••••••...
Tujuh bulan Jean dibuat emosi dengan kinerja para pegawai Hotel yang banyak melakukan kecurangan.
Seperti memanipulasi data keuangan perusahaan serta absensi beberapa pegawai yang sering terlambat masuk hingga mencuri waktu di jam kerja sampai yang paling fatal adalah korupsi dalam jumlah besar, sebanyak lima milyar.
Belum lagi soal wanita yang bercinta dengannya dalam satu malam yang tak kunjung ditemukan informasinya sebab Jean belum sempat menanyakan nama wanita itu.
Semua pegawai di Kelab sudah dibayar untuk tutup mulut dan rekaman telah dihapus. Sean juga ikut frustasi karena tidak bisa menemukan ciri-ciri wanita yang disebutkan oleh Bosnya itu.
"Masuk."
Hazel datang membawa laporan data pribadi pegawai yang melakukan penggelapan dana sejak empat bulan terakhir.
"Minta surat pemecatan pada HRD dan beritahu Alena agar segera membereskan semua barang-barangnya hari ini serta ..." Jean memejamkan mata sebentar saat denyutan di pelipisnya tak kunjung mereda, "Suruh Alena mengembalikan uang lima milyar itu besok pagi. Jika dia menolak, laporkan masalah ini ke polisi atas tuduhan korupsi uang perusahaan."
Setelah mendengar instruksi dari Bosnya, Hazel undur diri.
Melakukan perintah Jean secepatnya agar kantor ini bebas dari para pengerat yang tidak punya kredibilitas tinggi, yang bisa merugikan perusahaan lebih dari ini.
"Sepertinya aku butuh udara segar."
Biasanya ada Jordan yang selalu diminta menemani Jean saat pria itu merasa penat dengan semua pekerjaan yang hampir menyita seluruh waktu yang dimiliki.
Mendatangi Kelab malam untuk minum tanpa menyentuh gadis bayaran di sana karena Jean tidak suka melakukan **** dengan sembarang wanita, ingat!
Soal Joanna kemarin?
Anggap Jean sedang sial karena kejahilan Jordan malam itu hingga membuatnya tidak bisa mengontrol diri dan berakhir meniduri seorang wanita asing yang tidak dikenal meski Jean tidak yakin, apa wanita itu termasuk salah satu gadis yang menjajakan diri di tempat itu atau tidak.
Jean mulai menepikan mobilnya dan memasuki sebuah toko yang ada di pinggir jalan.
"Selamat dat— oh, astaga! Tampan sekali!" gumam Kalandra senang.
Memasang wajah ramah sembari menatap kagum pada sosok pria aprodhite di hadapannya itu.
"Kudengar roti di toko ini sangat enak."
"Benar. Karena anda pelanggan baru ... Silahkan cicipi tester yang sudah kami sediakan. Keju dan strawberry adalah isian paling favorit di sini, silahkan!"
Jean mengernyit tak suka pada roti isian strawberry.
"Ini terlalu asam! Aku mau coklat dan keju saja. Masing-masing lima."
Selesai membayar, Jean langsung pergi. Ia tidak suka basa-basi apalagi setelah memperhatikan gestur pegawai toko itu terlihat tertarik padanya.
Jean kesal dan risih, tentu saja.
"Terimakasih. Semoga jadi langganan."
"Sampai jumpa— Mr. Handsome!" lirih Kalandra di akhir kalimat.
Dan kemunculan Joanna beberapa detik setelah pria itu pergi, disambut dengan pukulan kecil di bahunya oleh Kalandra.
"YAK! Sakit, Kala!"
"Kamu telat, Jo!" serunya sambil membayangkan wajah pria tadi.
"Apa?"
"Tadi ada pembeli tampan masuk toko."
Sudah Joanna duga.
Melihat ekspresi menggelikan Kalandra seperti ini, Joanna tidak kaget dengan tabiat Sahabatnya itu, yang menjadi bagian dari wanita pecinta visual.
Padahal Daren— calon Suaminya, tak kalah tampan juga.
Seperti aktor barat Robert Patinson, meski hanya sekilas.
Tapi menurut Joanna, Daren termasuk pria tampan yang pernah ia temui.
"Lesung pipi, kulit putih dan bibir bawahnya yang penuh— GILA! Dia tipeku sekali, Joanna!"
"Lalu bagaimana dengan Daren, huh? Ingat! Kalian mau menikah, Kal! Jangan aneh-aneh!"
Kalandra mendengus kecil, "Tidak usah diingatkan! Itu masih beberapa bulan lagi, okay!"
Ia mengikuti Joanna yang duduk di salah satu kursi yang ada di depan etalase sebab toko itu memiliki lima kursi dan meja khusus untuk para pelanggan yang ingin dine in; makan di tempat.
"Seharusnya kamu juga melihat pria itu, Jo! Setelah kupikir lagi ... Pria itu cocok jadi Ayah untuk Bayimu."
Kalandra mulai membayangkan Joanna dan pria itu menikah hingga memiliki anak-anak yang lucu dan bervisual luar biasa, yang mewarisi gen dari kedua orangtuanya.
Sempurna sekali!
"Pokoknya dia tampan, sangat tampan! Aku sampai melongo menatap senyum tipisnya tadi!"
Padahal saat pertama kali masuk, pelanggan itu sama sekali tidak menunjukkan senyum ramah padanya.
"Bersyukur, Kal! Kurang tampan apalagi Daren, huh? Masih sempat-sempatnya kamu mengagumi pria lain, tsk!"
"Serius, Joanna! Andai kamu bertemu dengannya tadi, aku yakin ... Kamu akan menjadikan pria itu sebagai Papa dari Bayimu." serunya lagi.
"Papa your head! Berhenti melantur! Lebih baik kamu ke Minimarket membeli keperluan yang habis! Aku tidak mau Bayiku kekurangan gizi karena Aunty-nya malas belanja mingguan, sana!"
"Ck! Dasar bulol! Tidak asyik!"
Iya. Sebutan bulol memang cocok untuk Joanna yang belum move on dari mantan Kekasihnya yang brengsek itu hingga membuat Joanna tidak mau menjalin hubungan dengan siapa pun dan beralasan ingin fokus dengan Bayinya saja.
...••••••...
TOUCH VOTE, LIKE AND COMMENT!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Evy
Awal baca kukira Kalandrra itu cowok eh ternyata salah... beberapa novel yang pernah kubaca ada nama Kalandrra semuanya cowok...
2024-09-06
1
Riyas Warman
emang papanya bayi Joanna kak😀😉
2022-12-09
0
Riyas Warman
kalandra cowok atau cewek kah ini 🙄🙄
2022-12-09
0