CONNECTICUT

Ketegangan di ruangan itu semakin terasa ketika seorang pria berjas abu-abu berjalan tergopoh memasuki ruangan tersebut.

Jean— menarik kursi yang ada di depan meja kerjanya. Duduk berhadapan dengan pria lain yang kini menatapnya tajam.

"Maaf, aku terlambat."

Pria termuda berkulit tan yang duduk di sampingnya berdehem pelan, seolah mengingatkan bahwa Jean terlambat lebih dari semestinya jam masuk kantor.

"Sean, tolong keluar dulu. Aku ingin bicara berdua dengan Papa."

"Baik, Pak Jean. Saya permisi dulu."

Setelah Sean pergi, raut wajah Jean seketika berubah. Merasa bersalah sebab baru datang ke kantor di jam makan siang.

Namun tidak membuat keberanian Jean menciut, "Pa–"

BRAK!

Kening Jean mengkerut bingung, menatap sebuah amplop coklat yang baru saja dilempar Ayahnya ke atas meja.

Jika melihat ekspresi kemarahan sang Ayah, Jean yakin, isi dari amplop itu bukan sesuatu yang baik.

"Papa menyuruh orang mengawasiku lagi?" tanya Jean dengan suara tenang.

Memasukkan kembali beberapa lembar foto yang memperlihatkan dirinya dan Jordan pergi ke Kelab semalam.

"Papa kecewa padamu, Jean!"

Jean masih tak bergeming. Membiarkan Ayahnya kembali bersuara.

"Papa akan mengirimmu ke Amerika untuk mengurus salah satu Hotel kita yang ada di sana! Sementara pekerjaanmu di kantor ini, biar Sean yang mengurusnya ..."

Tuan David beranjak dari kursi, mengaitkan kembali kancing jasnya yang terlepas, "Lusa kamu akan berangkat! Papa sudah mengurus semua keperluanmu selama tinggal di sana dan Papa ingin kamu fokus bekerja, Je! Jangan jadikan rasa bosan itu sebagai alasan untuk kamu bisa bebas mendatangi Kelab karena Papa tidak mengizinkan Pewaris DS Group melakukan hal buruk yang bisa merusak citra keluarga Soenser dan Papa juga sudah menyuruh seseorang menemanimu di sana."

"Papa pikir aku anak kecil? Aku hanya mampir sebentar, Pa. Tidak! Maksudnya, aku jarang pergi ke Kelab! Kenapa Papa tidak pernah mengerti bahwa usiaku sudah legal untuk pergi ke tempat itu dan–"

"Dan kamu melakukan one night stand bersama salah satu gadis penjaja di sana tanpa memikirkan akibatnya, Arjean Soenser?"

"Dengarkan Jean dulu, Pa!"

"Kamu yang harus mendengarkan Papa, Je! Satu-satunya pewaris DS Group itu kamu! Dan harapan terbesar Papa itu juga kamu! Papa hanya ingin kamu hidup dengan benar. Fokus dengan perusahaan selama kamu belum ingin menikah."

"Papa!"

Tanpa menyahut lagi, Tuan David meninggalkan ruangan tersebut.

Enggan melanjutkan perdebatan itu lagi yang membuat tensi darahnya naik hingga kepalanya terasa berdenyut nyeri. Memikirkan Putra satu-satunya bermain dengan wanita sembarangan di luar sana tanpa berpikir resiko yang akan dihadapi nantinya.

Tuan David takut, jika suatu hari nanti ada wanita yang mengaku hamil anak Jean dan status keluarga wanita itu tidak jelas.

Ia bukan tipikal orang yang memandang orang lain dari status sosialnya tapi selama ini, Jean tidak pernah berkencan dengan wanita manapun.

Bisa jadi, wanita itu hanya memanfaatkan Putranya demi harta yang dimiliki oleh Keluarga Soenser.

...••••...

"Apa? Connecticut? Itu jauh sekali, Joanna."

"Hm, aku tahu! Tapi kesempatan tidak datang dua kali, Papa. Aku ingin mengembangkan Jo's Bakery supaya bisa go international. Bagaimana menurut Papa soal ideku ini? Bagus 'kan?"

Ada perasaan tidak rela sekaligus khawatir mendengar keputusan yang diambil Joanna secara tiba-tiba.

Jika biasanya Joanna hanya meminta izin pergi keluar kota beberapa hari, maka saat ini, keinginan Joanna membuat Tuan Dery termenung sesaat.

Wajah tuanya diliputi dengan kekhawatiran, apalagi Joanna anak perempuan satu-satunya yang Tuan Dery miliki.

"Papa harus percaya padaku. Jo's Bakery akan berkembang pesat dalam dua tahun. Tidak usah cemas, Pa! Kalandra yang akan membantu Joanna selama di sana."

Jemari lentik itu menggenggam tangan Tuan Dery yang terasa hangat. Berusaha meyakinkan bahwa kali ini Joanna bersungguh-sungguh dengan rencananya tersebut.

Meski ini hanya alibi Joanna untuk melupakan patah hatinya sekaligus bentuk kewaspadaan Joanna atas kejadian semalam.

"Kamu yakin dengan keputusanmu itu?"

Joanna mengangguk mantap. Menghilangkan keraguan pada sorot mata Ayahnya sebab tidak berpikir jika Joanna akan mengambil keputusan sejauh itu.

Mengingat bahwa selama ini Joanna tampak enggan mengelola bisnis roti milik mendiang Ibunya dan justru menyerahkan semua tanggung jawab toko pada salah satu orang kepercayaan mendiang Nyonya Jasmine.

Sementara Joanna?

Tidak mau bergabung di perusahaan Ayahnya dengan alasan ada Rosa di sana.

Yang kerjanya hanya menyuruh Asistennya menghandle tugas yang bukan jobdesknya. Sebab Rosa hanya bermodalkan cantik sementara otaknya, minus.

"Tolong jangan meragukan Joanna, Pa. Selama ini, Papa hanya melihat Joanna keluyuran tidak jelas. Pulang larut malam dan ya, Joanna bermain di Kelab–"

Tuan Dery hendak menjewer telinga Joanna namun wanita itu lebih dulu menghindar, "Ish! Papa dengarkan Joanna dulu!"

"Jadi benar ucapan Rosa tadi? Kalau kamu suka pergi ke Kelab malam?"

"Just for having fun, Papa. Aku cuma melepas stres, tidak boleh?"

"Papa tidak suka kamu terjerumus ke dalam pergaulan bebas Joanna, astaga! Anak ini benar-benar!"

"Okay, okay, maaf! Jadi sampai mana tadi pembicaraan kita ..."

Joanna kembali mendudukkan pantatnya di sofa kosong samping Tuan Dery. Memasang ekspresi meyakinkan supaya Tuan Dery percaya jika kali ini, Joanna memang serius ingin mengurus Jo's Bakery dan belajar hidup mandiri juga.

"Aku yakin, orang-orang di luar negeri pasti suka dengan roti buatan Jo's Bakery yang terkenal enak di sini."

Senyum Joanna penuh percaya diri. Membayangkan saat roti buatannya terjual habis dan bisnisnya bisa berkembang dalam waktu singkat.

"Terserah. Kalau itu sudah menjadi keputusanmu, Papa akan dukung. Asal kamu bisa menjaga diri dan tidak membuat masalah apapun, ingat!"

Joanna mengangguk senang lalu berdiri dan memberikan sebuah pelukan hangat untuk Ayahnya.

Tidak lupa dengan uang saku yang nominal angkanya lebih dari enam digit, yang baru saja menambah saldo ATM-nya.

Membuat sudut bibir Joanna tidak berhenti tersenyum.

"Terimakasih! Papa memang yang terbaik!"

"Gunakan uang itu untuk membeli sesuatu yang kamu perlukan! Papa yakin, kamu bisa bijak mengelola uang yang sudah Papa berikan. Papa percaya padamu, Joanna."

Mengingat Connecticut merupakan salah satu kawasan elit, tentu saja biaya hidup di sana cukup tinggi.

Beruntung, secara finansial Joanna serba berkecukupan. Ayahnya memiliki bisnis fashion dan sering menjalin kerjasama dengan banyak agensi yang menaungi artis terkenal sebagai brand Ambasadornya.

...••••••...

Tiga bulan kemudian, Joanna telah berhasil membuktikan ucapannya. Ia sukses mengembangkan Jo's Bakery dan sudah memiliki pelanggan tetap di kota itu.

"Lalu apa rencanamu sekarang? Kamu tidak mungkin menyembunyikan kehamilanmu dari Om Dery terlalu lama, Joanna."

Kalandra duduk di pinggir ranjang, menunggu Joanna selesai memakai skincare malamnya.

Ia heran sebab Joanna terlihat santai dengan kehamilannya. Seolah itu bukan masalah yang serius.

"Aku tidak tahu, Kala! Aku tidak pernah berpikir menggugurkan anak ini karena aku tidak mau hidup dalam bayang-bayang perasaan bersalah ..."

Selesai memakai skincare, Joanna langsung membaringkan tubuhnya lalu menarik selimut hingga sebatas dada. Mengabaikan Kalandra di sampingnya, "Yang penting ada kamu yang selalu membantuku. Tolong jaga rahasia ini sampai Bayiku lahir. Jangan sampai Papa dan dua nenek sihir itu tahu."

Iya. Joanna hamil satu minggu setelah insiden malam itu.

Padahal Joanna sudah meminum pil pencegah kehamilan namun Dokter bilang, itu sering terjadi pada beberapa kasus pasangan saat si wanita dalam masa subur maka pembuahan akan berhasil jika kualitas ****** juga bagus.

"Lalu siapa Ayah dari bayi itu?"

Kesekian kalinya, Kalandra menanyakan hal yang sama.

"Siapa Ayahnya itu tidak penting! Aku masih bisa menghidupi anak ini seorang diri, Kalandra."

"Ya Tuhan! Bukan itu maksudku, Joanna! Anakmu butuh nama Ayahnya untuk pembuatan akta kelahiran dan kamu–"

"Terserah! Aku mau tidur dulu! Kepalaku pusing mendengarmu terus mengomel. Good night!"

"Hm, good night! Semoga kamu mimpi buruk!" ketus Kalandra yang sudah terlalu kesal.

...••••••...

TOUCH VOTE, LIKE AND COMMENT!

Terpopuler

Comments

🥑⃟Serina

🥑⃟Serina

lanjutt semangat

2022-11-29

1

rimbi_123

rimbi_123

oh ya cuma mau mengingati thor bukan nya kelab tapi club malam yah thor semangatt teruss nulis nya semoga lebih diperhatikan lagi

2022-11-29

6

Jasmine Flow

Jasmine Flow

nama tokoh utamanya bagus semua..ini nama nama tokoh utama barat.ak suka lebih modern.lanjut thor semangat nulisnya ya..

2022-11-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!