Lima bulan kemudian.
Semenjak kejadian di rumah sakit, Jean memutuskan menerima perjodohan yang sebelumnya ditolak agar bisa leluasa mendekati Jenan dan— Joanna.
Karena Joanna sengaja menghindari Jean dan segala usaha yang dilakukannya untuk mendapat informasi sekecil apapun soal Jenan dan Ayah Kandung bayi itu.
Jean sering datang ke rumah Joanna dan beralasan ingin bertemu dengan Rosa padahal itu hanya alibinya saja.
"Sejauh ini tidak ada informasi apapun tentang daftar laki-laki yang pernah dekat dengan Joanna selain Ethan. Bagaimana menurutmu?"
Jean menghela napas berat. Mengingat kejadian di Restauran, jelas sekali tidak ada kemiripan antara Ethan dan Jenan.
Lesung pipi dan hidung mancung bocah itu menduplikat wajahnya.
"Sepertinya kamu harus pilih opsi kedua."
Jordan melepas kacamata baca yang bertengger di hidungnya. Ia bisa merasakan kegelisahan Jean selama ini.
Perasaan bersalah yang belum hilang dan pertunangannya dengan Rosa— membuat Jordan menjadi gemas ingin menculik Jenan lalu mengambil sample darah anak itu untuk keperluan tes DNA.
"Ambil rambutnya, Jean. Mudah bukan?"
"Kamu pikir, Joanna bodoh dan membiarkan aku melakukan itu untuk kedua kalinya, huh? Tidak, Jordan! Jangankan memberiku izin bermain bersama Anaknya, aku sentuh sedikit saja ... Joanna sudah marah!"
Saat itu Jean hampir berhasil mengambil beberapa helai rambut tipis Jenan namun rencananya gagal karena Joanna lebih dulu memergokinya dan semenjak itu, Joanna tidak mengizinkan Jean berdekatan dengan Anaknya lagi, apapun alasannya.
Terdengar jahat tapi Joanna Ibunya. Yang mengandung dan melahirkan Jenan sendirian tanpa kehadiran Jean di sisinya kala itu.
"Kalau begitu minta tolong pada Tunanganmu yang manja itu! Mungkin dia bisa membantumu."
Mata Jean berotasi malas mendengar ide gila Jordan yang bisa membuatnya dalam masalah jika sampai mereka mengetahui rencana dibalik pertunangan ini.
Itu bunuh diri namanya. Dasar Jordan bodoh!
Apalagi hubungan Joanna dan Rosa tidak pernah akur.
"Tidak mau! Seandainya Jenan benar Anakku ... Wanita itu bisa berbuat nekat dan menyakiti Jenan! Dia sangat membenci Joanna dan aku tidak mau mengambil resiko apapun kalau sampai Rosa–"
"Kenapa aku?"
Rosa berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap curiga pada Jean dan Jordan yang langsung terdiam sembari berpura-pura melanjutkan pekerjaan mereka.
Namun hingga detik kelima berlalu, Jean tetap diam. Begitu juga dengan Jordan yang mulai menutup layar laptopnya lalu beranjak pergi sambil mengenakan jasnya lagi.
"Tsk! Mulai lagi! Je, aku balik ke kantor ya? Panas sekali di sini!" sindir Jordan ketika berjalan bersinggungan dengan Rosa yang kini menghampiri Jean.
Pria itu mengabaikan eksistensi Rosa dan memilih memeriksa tumpukan berkas di atas meja.
"Jean, jawab aku! Apa yang kalian bicarakan di belakangku?"
"Bukan apa-apa."
"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini, hah? Aku lelah, Arjean!"
"Jangan berlebihan! Kita baru satu bulan bertunangan tapi kamu sudah banyak mengeluh ini dan itu."
Berada di dekat Rosa hanya akan menguras energi dan memicu tekanan darah tinggi sebab wanita itu selalu mengajaknya berdebat hal yang tidak penting.
"Bukannya kamu ingin sekali menjadi Tunanganku? Jadi kenapa tidak kamu nikmati saja hari-harimu dengan status itu? Toh, selama ini aku juga tidak pernah melarangmu untuk datang menemuiku, kecuali jika aku sedang sibuk."
"Bukan itu maksudku, Arjean!"
"Lalu apa? Dari dulu sikapku memang seperti ini, Rosa! Dingin, angkuh dan tidak suka banyak bicara omong kosong seperti harapanmu! Hanya karena kita sudah bertunangan bukan berarti kamu bisa mengubah image seseorang yang sudah ada! Semua orang yang mengenalku lama, termasuk Jordan— juga paham sifatku itu! Sebagai orang baru di kehidupanku, jangan banyak protes dan nikmati saja, okay!"
Baru kali ini Rosa mendengar Jean berbicara sepanjang itu. Biasanya Jean akan bicara seperlunya, itu pun dengan ekspresi wajah datar yang menyebalkan.
Tidak seperti sekarang.
Pria itu berulang kali menggigit bibir bawah sesekali memejamkan matanya sebentar. Guna menetralkan denyutan migrain di kepalanya.
"Kamu baik-baik saja? Mau kuantar ke rumah sakit? Tolong kali ini jangan menolak. Niatku baik, Jean."
Ucapannya terdengar tulus hingga hati Jean melunak dan terpaksa menurut.
Jean harus tetap sehat supaya bisa mengungkap kebenaran yang sengaja disembunyikan oleh Joanna dari semua orang.
Lantas Jean tidak memprotes saat Rosa mengapit lengannya lalu menuntunnya menuju lobby.
Mobil jemputan mereka sudah menunggu di depan sana.
Selama perjalanan, Jean sengaja berpura-pura tidur karena tidak ingin kembali berdebat dengan Rosa lagi.
...••••...
"Joanna masih punya tabungan dari Jo's Bakery, Papa lupa?"
Mereka sedang makan siang bersama. Tentu dengan si kecil Jenan yang sudah mulai aktif mengoceh meskipun belum terlalu jelas.
Rencananya Joanna akan membeli satu unit Apartemen dan tinggal berdua bersama Jenan agar insiden keracunan susu tidak terulang kembali.
Oh ya! Ngomong-ngomong soal itu, Joanna sudah membalas perbuatan Rosa lebih mengerikan. Dua hari setelah Jenan diizinkan pulang, Joanna tidak berhenti mengerjai Rosa dengan gangguan-gangguan kecil.
Seperti memasukkan banyak kecoa dan tikus putih ke kamar mandinya, mengganti isi botol skincare Rosa dengan obat gatal sampai wajah Rosa timbul jerawat di beberapa spot dan yang paling parah adalah menuangkan minyak goreng di depan kamar Rosa sampai membuatnya harus masuk rumah sakit karena mengalami cidera cukup parah di bagian tangan dan kepalanya akibat membentur kusen pintu sebelum jatuh ke lantai.
Belum lagi kehadiran Jean yang berkeliaran di sekitarnya, membuat Joanna merasa tidak nyaman dan ingin segera pindah dari kediaman Percy.
Jahat?
Memang tapi semua yang dilakukan Joanna demi kebaikan Jenan.
Melindungi Jenan dari orang-orang yang berniat mencelakai Putranya adalah kewajiban Joanna sebagai seorang Ibu.
"Papa izinkan kamu tinggal sendiri dengan syarat, kamu harus pulang setiap akhir pekan, bagaimana?"
"Tapi Pa–"
"Tidak ada tapi-tapian. Papa tidak butuh penawaran lain, Joanna."
Dari sekian hari, tidak ada satu pun yang bisa Joanna pilih agar tidak bertemu dengan Jean.
"Okay! Akhir pekan di hari minggu tapi aku minta sisa barangku dipindah ke paviliun belakang. Aku tidak mau tidur di kamarku, bagaimana?"
"Kenapa, Sayang?"
"Pokoknya Joanna dan Jenan mau tinggal di paviliun saja, Papa."
Tuan Dery menyerah. Menuruti permintaan Joanna yang terkesan sedang menghindari sesuatu atau memang sejak Rosa dan Jean resmi bertunangan, Joanna mulai menunjukkan kecemburuannya?
Entahlah! Sejauh ini, interaksi mereka biasa saja, tidak ada yang aneh.
"Sebentar. Papa angkat telepon dulu."
Joanna hanya mengangguk singkat. Pandangannya mengedar ke seluruh sudut restauran.
Desain interiornya cukup menarik dan terkesan hangat. Cocok untuk acara makan bersama keluarga.
"Bajingan itu benar-benar tidak berubah!" umpatnya saat tidak sengaja menyaksikan pemandangan menjijikan di meja paling pojok.
Kemudian Tuan Dery kembali lagi menghampiri Joanna yang sudah bersiap-siap pulang.
"Kita mampir ke rumah sakit dulu ya? Tadi Rosa yang menelepon. Dia bilang, Jean masuk rumah sakit."
"Kalau begitu Joanna bisa pulang sendiri."
Tuan Dery menghela napas, "Papa tidak tahu hubungan kalian seperti apa sebelumnya tapi Joanna, tolong jangan bersikap kekanakan! Sekeras apapun kamu menghindar, Jean dan kamu akan jadi ipar. Untuk itu Papa ma–"
"Iya, iya! Joanna akan ikut ke rumah sakit." selanya dengan perasaan dongkol sebab Joanna sebenarnya malas bertatap muka dengan Jean lagi.
...••••...
"Aku tidak mau di rawat inap! Ini migrain biasa bukan kanker otak yang butuh penanganan serius." protes Jean.
Karena Rosa sengaja meminta Dokter supaya menyuruh Jean di rawat inap agar ia bisa memiliki waktu berduaan dengan pria itu lebih lama.
"Kamu sedang sakit, Jean! Apa salah kalau Dokter menyuruhmu istirahat beberapa hari di sini?"
"Tekanan darahmu rendah, asam lambungmu juga kambuh karena kamu sering melewatkan makan siang dan sebagai calon Istrimu, aku berhak memutuskan ini demi kebaikanmu juga, Jean."
'Calon Istriku? Dalam mimpimu saja, cih!'
Jean tidak menyahut. Berbaring membelakangi Rosa yang tampak kesal karena merasa ucapannya dianggap angin lewat.
Sikap Jean tidak pernah lebih baik dari sebelumnya. Justru malah semakin menjadi-jadi.
Andai Rosa tahu, alasan dibalik pertunangan ini adalah Jenan dan Joanna, mungkin wanita itu bisa kena mental.
Poor you Rosa!
Satu jam kemudian, Tuan Dery dan Joanna datang.
Bersama si kecil Jenan yang sedang digendong oleh Perawat Yo.
"Rosa, bagaimana keadaan Jean? Apa ada penyakit yang serius?"
Bukannya menjawab, Rosa justru berhamburan memeluk Tuan Dery sambil menangis kencang.
Mengundang decihan dari bibir Joanna dan Jean bersamaan.
"Dasar drama Queen! Minta dicolok matanya!"
...••••...
TOUCH VOTE, LIKE AND COMMENT!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🥑⃟Serina
alurnya sedengan aja jangan terlalu lambat dan terlalu cepat, klo terlalu lambat bertele" nanti pembaca cepet bosan (pengalaman pribadi)
2022-12-03
4
Santi Joseph Rarsina
ko tunangan sih dgn Rosa🤬🤬🤬
2022-12-03
0