Our Baby!

Our Baby!

KELAB MALAM

MHON DUKUNGANNYA MESKIPUN STORY INI UDAH TAMAT, KARENA DUKUNGAN KALIAN BIKIN SYA SEMANGAT BERKARYA LEBIH BAIK LAGI KE DEPANNYA, THANKYOU💙

Selamat membaca!

^^^©️Andromeda61^^^

...••••••...

Umpatan dan makian tidak cukup menggambarkan perasaan kecewa Joanna malam ini.

Wanita itu tidak bisa berpikir jernih setelah mengetahui jika Kekasihnya berselingkuh.

Bermain api dengan wanita lain dan membuat hatinya hancur seketika. Meluruhkan semua rasa cinta Joanna untuk Ethan dalam sekejap saja.

"Dasar bajingan!"

Kedua tangan Joanna berkali-kali memukul kemudi, berharap bisa mengurangi sakit hatinya namun justru bayangan itu terus berputar di kepalanya.

Hingga Joanna menambah kecepatan mobilnya dan menyetir secara ugal-ugalan. Tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri dan pengendara lain.

"Aku membencimu, Ethan! Sangat membencimu!" ucapnya sambil menitihkan airmata.

Tujuan utamanya malam ini hanya satu, mendatangi sebuah Kelab untuk bersenang-senang sekaligus menghilangkan kekecewaan yang terasa meremukkan hatinya.

"Hai! Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Member baru, huh?"

Tatapan tajam Joanna berhasil mengatupkan kembali bibir pria Bartender itu agar tidak banyak bertanya dan bersikap sok akrab padanya sebab saat ini, Joanna tidak butuh teman mengobrol.

Setelah menunggu beberapa menit, si Bartender menyodorkan segelas minuman alkohol berkadar tinggi.

Sialan.

Joanna bukan alkoholic atau semacamnya, yang memiliki toleransi tinggi terhadap cairan pahit itu namun suasana hatinya sangat mendukung Joanna untuk langsung meneguk minuman itu sampai habis.

Hingga pada gelas kedua— tubuh Joanna mulai bereaksi. Wajahnya memerah padam, menahan sesuatu.

"Ssh! Kenapa tiba-tiba tubuhku terasa panas?" gumamnya sendiri.

Yang masih bisa didengar oleh Bartender di hadapannya tersebut. Pria itu menyeringai puas setelah berhasil mengerjai Joanna karena kesal dengan sifat angkuhnya di awal pertemuan mereka tadi.

Satu tangan Joanna terayun di depan wajah. Buliran peluh membasahi pelipis. Membuat Joanna mulai berdiri meninggalkan kursi Bar menuju toilet.

"Lurus saja, sebelah kiri." kata Bartender itu menjelaskan santai.

Tidak ada perasaan bersalah.

Mengingat siapa pun yang datang ke tempat ini, pasti memiliki tujuan ingin bersenang-senang, termasuk Joanna.

Tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya itu, bisa merugikan orang lain di kemudian hari.

...••••••...

"Om David tidak mungkin sekejam itu pada Putranya sendiri! Bekerja siang dan malam bagai kuda ... Sekali-kali, kamu harus menikmati hidup, Jean! Absen satu hari dari pekerjaan, tidak akan membuatmu bangkrut dan jatuh miskin."

Sementara pria bernama Jean itu mendengus kesal saat melihat Jordan— Sahabatnya, sedang menggoda salah satu gadis penjaja yang tidak sengaja melewati meja mereka.

"Lalu aku harus hidup seperti kamu? Suka bermain dengan banyak wanita dan berakhir terkena penyakit menular nantinya karena kebiasaan celup sana-sini, begitu maksudmu?"

"Setiap orang bisa berubah, Je! Kurasa, kamu perlu mencoba sesuatu ..." Tangan Jordan begitu cepat memasukkan bubuk putih ke dalam minuman Jean tanpa sepengetahuan pemiliknya sebab mata Jean sedang fokus menatap seseorang yang berjalan sempoyongan menyusuri lorong Kelab, "Ayo bersulang!"

"Bersulang!"

"Untuk si pria sok suci— Arjean Soenser!"

Jean tidak sakit hati mendengar ejekan Jordan karena keduanya sudah berteman cukup lama.

Saling mengejek satu sama lain adalah hal yang biasa mereka lakukan selama ini.

Bukan hanya sekali mereka mengunjungi Kelab malam. Jean hanya datang saat dirinya merasa penat dan butuh hiburan sebentar, berbeda dengan Jordan yang hampir setiap malam tidak pernah absen untuk melakukan ONS bersama para gadis penjaja di sana.

"Kenapa wajahmu memerah?"

Bohong.

Jordan tahu, itu adalah reaksi obat yang sempat ia masukkan ke dalam gelas vodka milik Jean tadi.

"Entahlah! Aku mau ke toilet dulu."

Setelah Jean pergi, Jordan menyeringai senang lalu mendial nomor seseorang dan menyuruhnya membawakan gadis yang masih tersegel untuk menemani Jean tidur malam ini.

Tak lupa!

Kamar VVIP, sudah dipesan juga agar wanita itu bisa menunggu Jean di sana.

"Kamu butuh pelepasan dan itu tidak bisa dilakukan sendirian, Jean."

Jahat?

Tidak.

Jordan hanya ingin mengajari Jean agar hidupnya tidak terlalu monoton dan tidak menjadi pria workaholic yang membosankan di usianya yang masih terbilang muda.

Jangankan bercinta, memiliki kekasih saja, sama sekali tidak terpikirkan oleh Jean.

"Sepertinya aku juga harus ikut bersenang-senang malam ini!"

...••••••...

BRAK!

"Sial! Kepalaku pusing sekali!"

Keributan di toilet wanita membuat Jean merasa penasaran dan ingin memeriksa keadaan di sana.

Jean takut ada kejadian buruk yang bisa menyeret namanya, mengingat tidak ada pengunjung lain selain dirinya di sekitar toilet tersebut.

Bisa jadi ada percobaan pembunuhan dan semacamnya 'kan? Jean tidak mau disuruh menjadi saksi, itu berat!

"Astaga, Nona! Bangun! Kamu bisa mendengarku, hey!"

"Lepas, ish! Kenapa tubuhku semakin panas saat kamu sentuh, eum?"

Tanpa aba-aba, Joanna mengikis jarak diantara mereka. Tubuh Jean menegang di tempat.

Merasakan sensasi aneh pertama kalinya padahal semenjak tadi, Jean berusaha mati-matian menahan gejolak hormon prianya agar tidak sembarangan menyentuh wanita yang ada di tempat tersebut.

Iya. Jean tidak senaif yang dipikirkan orang-orang selama ini. Tentu saja Jean tahu soal **** meski ini pengalaman pertamanya.

Dan maaf!

Jean tidak suka berbagi, apalagi dengan wanita yang telah disentuh oleh banyak pria.

"Hey! Apa yang–"

"Berisik! Tolong bantu aku, eum ... Sepertinya, Bartender tadi memasukkan sesuatu diminumanku sampai tubuhku terasa panas, Tuan."

Dengan pencahayaan yang minim, Jean masih bisa melihat wajah memerah wanita cantik itu, yang terus bergerak tak nyaman di hadapannya.

Tubuhnya juga sudah berkeringat, persis seperti yang dirasakan oleh Jean saat ini.

"Tsk! Kamu membuang waktuku, minggir!"

Lengan wanita itu ditahan oleh Jean, "Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama denganmu."

"Lalu tunggu apalagi, bodoh? Cepat pesan kamar untuk kita!"

Keduanya pun terlarut dalam permainan panas hingga menjelang pagi. Melupakan fakta bahwa mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

...••••••...

Hari telah berganti.

Joanna terbangun dan mendapati seorang pria terlelap di sampingnya.

Kondisi kamar itu sangat berantakan dan membuat perut Joanna terasa mual.

"Dimana aku?"

Dengan seluruh sisa kesadaran yang dimiliki, Joanna bangun lalu memakai kembali pakaiannya. Mengabaikan eksistensi pria itu.

"Tidak mungkin dia pria bayaran? Wajahnya tampan dan kulitnya juga terawat. Aku bahkan tidak melihat pori-pori di wajahnya? Ish! Merepotkan sekali! Kenapa aku harus mabuk dan berakhir bercinta dengan dia, ck!"

Sekali lagi, Joanna memperhatikan wajah Jean yang masih terlelap nyaman dengan selimut yang mulai melorot hingga memperlihatkan perut kotak-kotaknya dengan jelas.

"Badannya juga bagus! Tsk! Tetap saja kamu harus periksa ke Dokter setelah ini, Joanna! Jangan sampai aku terkena penyakit menular karena melakukan itu dengan pria asing!" gumamnya pada diri sendiri.

Bukan resiko kehamilan yang dipikirkan oleh Joanna sekarang, melainkan ia takut terkena penyakit HIV jika bercinta dengan sembarang orang apalagi di Kelab malam.

Selama ini Joanna hanya berhubungan dengan Ethan, pria yang baru saja diputuskan Joanna semalam.

"Dasar brengsek! Semua pria sama saja!" umpatnya sembari memasang antingnya lagi.

Joanna keluar setelah memastikan tidak ada satu pun barang miliknya yang tertinggal di kamar itu lalu mendatangi petugas keamanan bagian cctv dan menyuruh mereka menghapus seluruh rekaman yang memperlihatkan Joanna digendong menuju salah satu kamar VVIP oleh pria tadi.

"Terimakasih atas kerjasamanya."

Tentu dengan kekuatan uang yang Joanna miliki, semua urusannya di Kelab itu bisa diatasi dengan mudah tanpa diketahui oleh siapa pun, termasuk Jean.

...••••••...

Cahaya matahari semakin naik.

Menerobos masuk melalui celah jendela kaca yang ada di ruangan tersebut.

Aroma khas percintaan masih tercium di sana.

Jean menyandarkan tubuhnya pada headboard ranjang lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan menyadari jika ini bukan kamarnya.

"Sial! Kepalaku benar-benar pusing sekali!"

Kemudian meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas.

Tiga puluh panggilan tidak terjawab dan dua puluh tujuh pesan dari Sean dan Ayahnya.

Sebab nama Tuan David berada di urutan paling atas pada daftar notifikasinya saat ini.

"Jean, dimana kamu? Kenapa baru mengangkat telepon dari Papa? Kamu lupa jika pagi ini kita ada rapat penting untuk proyek Hotel di Malang?"

"Maaf, Pa. Marahnya nanti saja! Lima belas menit lagi Jean sampai kantor! Jean tutup!"

"Tapi Je–"

Panggilan dimatikan sepihak oleh Jean.

Kepalanya masih pusing, Jean bisa mengurus masalah rapat itu nanti.

Jean ingin mandi untuk menghilangkan lengket di sekujur tubuhnya. Berharap sakit kepalanya bisa mereda setelah diguyur air dingin.

Semalam Jean benar-benar mabuk dan tidak mengingat jelas wajah wanita itu namun Jean yakin, dia cantik.

Ragu.

Jean tidak menyebut perasaannya saat ini adalah sebuah cinta pada pandangan pertama, hanya saja, Jean merasa tertarik dengan pemilik rambut sehitam jelaga yang berhasil membuatnya menggila semalam hingga Jean lupa berkenalan.

"Apa aku suruh saja Sean untuk mencari tahu tentang wanita itu?"

...••••••...

"Bagus! Semalaman tidak pulang dan lihat penampilanmu itu!"

Kedua mata Joanna berotasi malas ketika langkahnya dihadang oleh Anne, Ibu Tirinya.

"Tante, minggir! Aku sedang malas ribut."

"Malas ribut katamu? Kamu–"

Ucapan Nyonya Anne terhenti saat mendengar bunyi deru mesin mobil Suaminya memasuki halaman depan. Membuat Joanna kembali mendengus kesal sebab ia sudah paham dengan yang akan terjadi selanjutnya.

"Ya Tuhan! Maafkan Mama, Joanna! Mama ... Hiks! Mama merasa gagal mendidikmu menjadi anak baik-baik."

Belum selesai urusan Joanna dengan wanita itu, si Ratu Drama datang dan langsung ikut menyela, "Astaga, Joanna! Jadi begini kelakuanmu jika Papa dinas keluar kota?" sindir Rosa dengan suara dibuat agak keras.

Supaya Tuan Dery mendengar ucapannya dan memarahi Joanna.

Tak sampai di situ saja, Rosa berjalan menghampiri Ayah Tirinya yang menatap bingung pada ketiga wanita itu.

"Semalam Joanna pergi ke Kelab dan tidak pulang, Pa! Lihat! Bajunya saja kekurangan bahan begitu." adunya lagi.

Beruntung, sebelum pulang Joanna sempat mampir ke rumah salah satu Temannya lalu menumpang mandi dan menyemprot banyak parfum untuk menghilangkan jejak.

Meski Joanna lupa mengganti baju, yang paling penting, ia bisa sedikit mengurangi kecurigaan Ayahnya.

Merasa dipojokkan, jelas Joanna tidak terima dan langsung mengangkat dagu, seolah menantang Rosa dan Ibunya yang tampak bersemangat membuat namanya buruk di depan Tuan Dery, meski sebenarnya itu memang fakta.

"Punya bukti jika aku pergi ke Kelab, huh? Kalau tidak, sebaiknya tutup mulutmu dan tinggalkan kami berdua sekarang!"

"Joanna! Jangan kurang ajar pada Kakakmu."

"Aku anak tunggal mendiang Mama Jasmine jika Papa lupa! Oh ya ..."

Tanpa permisi, Joanna mendorong kasar tubuh Rosa menyamping hingga kedua tangan Rosa yang mengapit lengan Tuan Dery pun ikut terlepas.

"Tidak usah terhasut ucapan mereka, Papa! Ada yang ingin aku bicarakan sekarang, ini penting!"

"Okay! Papa akan bersikap netral. Tidak memihak siapapun sebelum Papa melihat sendiri kesalahan itu. Termasuk tidak langsung percaya ucapan Mamamu dan Rosa."

"Ya, ya! Terserah! Kita bicarakan masalah ini di ruang kerja Papa, hanya berdua ..."

Melihat Nyonya Anne dan Rosa berjalan mengikuti di belakang sana, membuat bibir Joanna mendesis tak suka, "Aku yakin, kalian pasti paham dengan ucapanku barusan!"

Hingga kedua wanita itu mematung di tempat dengan seluruh emosi yang tertahan.

Mereka takut jika Joanna membicarakan masalah pembagian harta warisan dan menghasut Tuan Dery agar tidak mencantumkan nama mereka sebagai salah satu ahli waris keluarga Percy.

"Aku benar-benar membenci Joanna!"

"Ya, Mama juga. Tapi kita tidak boleh gegabah! Biarkan dulu! Kita turuti keinginan wanita arogan itu!"

...••••••...

TOUCH VOTE, LIKE AND COMMENT!

Terpopuler

Comments

vee

vee

mulai membaca...semangka💪😁

2022-12-30

2

NagHazHaqhy

NagHazHaqhy

Kak Author, ini jgat nama akun sosmed nya, kah??

2022-12-23

1

NagHazHaqhy

NagHazHaqhy

Baru mampir, Thor .. 🤗

2022-12-23

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!