JENANDA

Setibanya Rosa di rumah, ia langsung memasuki kamar Joanna dan menghancurkan semua barang milik Joanna termasuk stok SK-II yang tersimpan rapi di dalam laci.

Melempar botol berisi cairan perawatan wajah itu ke lantai hingga membuat isinya berceceran di bawah sana.

"BRENGSEK KAMU, JOANNA!"

PYAR!

PYAR!

Suara bantingan barang di lantai dua membuat seluruh penghuni kediaman Percy langsung berlari menuju ke sana untuk memeriksanya.

Mereka takut jika ada pencuri yang diam-diam menyusup ke dalam rumah.

"Ya Tuhan! Apa-apaan ini? Rosa! Apa yang terjadi? Kapan kamu pulang?"

Ucapan Nyonya Anne bak angin lewat.

Memperhatikan penampilan Rosa yang tampak kacau dengan eyeliner hitam yang mulai luntur, menghiasi lingkar matanya karena setelah keluar dari Bandara, Rosa menangis kencang hingga supir taksi yang mengantarnya tadi merasa khawatir, takut dituduh melakukan sesuatu yang buruk pada wanita itu.

"JOANNA SIALAN! DIA— ARGH! WANITA ITU MEMBUATKU MUAK! AKU BENCI JOANNA, MAMA! AKU BENCI WANITA ITU!"

PYAR!

Mendengar nama Joanna disebut, semua Maid yang menyaksikan kejadian itu diminta segera membubarkan diri dan kembali bekerja supaya mereka tidak perlu mendengar ucapan Rosa yang kelewat batas.

Bagaiman pun, Joanna merupakan anak kandung Tuan Dery dan lebih berhak atas segalanya di rumah ini daripada Nyonya Anne dan Rosa.

Untuk itu, Nyonya Anne berusaha menahan diri agar tidak ikut tersulut emosi saat melihat Anaknya pulang dalam keadaan sangat berantakan karena takut ada yang melaporkan kejadian ini pada Suaminya.

Apalagi Tuan Dery sudah memberi ultimatum tidak akan mempercayai siapapun di rumah ini sebelum dia melihat bukti yang valid, yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk memberikan sebuah hukuman pada anggota keluarganya yang bersalah.

"Tenangkan dirimu, Rosa! Mama tahu kamu marah tapi tidak begini caranya." bisiknya kemudian menyuruh salah satu maid membersihkan kekacauan yang telah dibuat oleh Anaknya.

Kemudian membawa Rosa menuju kamarnya untuk ditanyai.

...••••...

Jean terkejut mendapati Tuan David berada di Apartemennya sekarang.

Pria itu tampak duduk santai dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asapnya di atas meja.

"Papa kapan datang? Kenapa tidak memberitahuku? Aku 'kan bisa menjemput Papa di bandara tadi."

Jean meletakkan tas kerjanya di atas meja serta melepas jas dan menarik simpul dasi yang terasa mencekik lehernya kemudian duduk di sofa kosong dekat Ayahnya.

"Ada yang ingin Papa bicarakan denganmu, Je."

Like father like son.

Jean dan Ayahnya tidak suka basa-basi. Jika dirasa ada masalah serius yang harus dibahas maka keduanya akan langsung bertatap muka untuk meluruskan masalah tersebut.

"Soal makan malam kemarin, apa maksud Papa melakukan hal itu? Papa pikir, aku tidak laku sampai harus dijodohkan dengan wanita itu?"

"Bagus kalau kamu paham maksud Papa. Rosa salah satu anak kolega bisnis Papa, Je. Dia wanita baik dan cantik. Menurut Papa, Rosa cocok menjadi Istrimu."

"Mau dia anak tetangga kita atau anak pejabat negara sekali pun, Jean tidak mau! Berhenti mengatur hidup Jean, Pa! Jean sudah dewasa."

"Kalau kamu merasa sudah dewasa dan tidak mau Papa atur, lalu kapan kamu akan menikah? Begini saja ..." Tuan David membenarkan posisinya menjadi duduk tegak, menatap Jean dengan tatapan serius dan dingin, persis seperti Jean saat berbicara dengan rival bisnisnya.

"Papa akan membebaskanmu mencari calon istri sendiri asal kamu segera mengenalkan dia pada Papa. Tidak peduli jika wanita itu berasal dari keluarga biasa, yang penting bibitnya jelas dan bukan wanita gampangan, bagaimana?"

Jean tampak berpikir sebelum mengangguk setuju. Mengingat Rosa sangat gencar mendekatinya sejak malam itu.

Dan membuat Jean terpaksa memblokir nomor Rosa agar tidak diganggu lagi.

Padahal Jean sudah jelas menunjukkan rasa tidak sukanya pada Rosa namun wanita itu justru bersikeras mengajaknya untuk bertemu lagi sebelum pulang ke Indonesia, katanya.

"Beri aku waktu sampai masalah di perusahaan selesai, baru setelah itu aku akan mengenalkan calon Istriku ke Papa."

"Papa tunggu! Jangan sampai kamu ingkar janji atau perjodohanmu dengan Rosa kembali berlanjut."

"Pria sejati tidak pernah ingkar janji! Papa bisa pegang ucapanku."

Malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama dan membahas masalah krusial yang terjadi di perusahaan.

Jean juga mengatakan akan pulang ke Indonesia dalam waktu dekat jika dirasa kondisi kantornya mulai stabil dan akan mempercayakan tanggung jawabnya pada Hazel, tentu Jean tetap memonitori dari jarak jauh.

Tidak bisa dipungkiri, kalau keduanya juga saling melepas rindu sebab hampir satu tahun tidak bertemu.

Hanya bertukar kabar melalui telepon saja karena kesibukan masing-masing.

...••••...

Keesokan harinya, Kalandra baru menceritakan kejadian kemarin pada Joanna.

Dan reaksi Joanna persis seperti dugaan Kalandra.

Terkejut dan marah.

"Gila! Dia benar-benar gila sampai nekat menyusulku ke Amerika."

Tangan Joanna memijit keningnya yang mendadak pening saat mendengar laporan dari Kalandra tentang Rosa barusan.

"Ya! Bukan hanya gila tapi saudara Tirimu itu juga menamparku, lihat!"

Kalandra menunjukkan bekas kemerahan yang menghiasi pipi kanannya. Meski kulit wanita itu agak gelap, tapi masih terlihat samar.

"Atas nama Rosa, aku minta maaf padamu ya? Itu pasti sakit."

"Kamu tidak seharusnya meminta maaf karena kesalahan wanita itu, Jo! Tenang saja! Selain rahasiamu tetap aman, aku juga sudah menghajarnya habis-habisan kemarin."

Mereka tertawa pelan. Sebab saat ini, Joanna masih di rumah sakit, menunggu Dokter mengizinkan Anaknya dibawa pulang.

Usapan lembut pada bahu Joanna sedikit mengurangi ketegangan di hatinya.

"It's okay! Wanita itu sudah kuusir dari negara ini. Tidak usah terlalu dipikirkan."

Joanna menggeleng pelan, "I know her so well, Kal! Dia itu sangat licik dan manipulatif! Pokoknya semua yang buruk itu ada pada Rosa dan Ibunya! Mereka pasti akan menyusun rencana jahat untuk menghasut Papa supaya membenciku."

"Kalau sampai mereka berani menyakitimu lebih parah dari sebelumnya, maka biarkan aku yang membalas perbuatan mereka, Joanna. Enak saja! Mau menghancurkan hidup Sahabatku, hadapi dulu aku!"

"Terimakasih Kal, tapi aku benar-benar merasa terbebani karena menyembunyikan masalah sebesar ini dari Papa ..." Joanna mulai menangis. Isakan kecilnya membuat hati Kalandra tercubit, "Aku sudah gagal menjadi Putri yang baik untuk Papa dan mendiang Mama."

Pelukan Kalandra membuat Joanna semakin terisak pilu.

Setegar apapun Joanna menghadapi semua ini— ia tetap wanita biasa yang bisa terbawa perasaan juga, meski logikanya masih berjalan, Joanna tetap takut menghadapi kemarahan Tuan Dery dan berakhir dipisahkan dengan Anaknya.

Lama mereka dalam posisi itu hingga salah satu perawat memasuki ruangan dan memberitahu keadaan Baby Je yang sedang menangis di ruangan bayi.

"Apa bisa aku menyusui di sini saja? Sekalian aku ingin tidur sambil memeluk Bayiku, Mrs. Alexa."

"Tentu. Dokter sudah mengizinkannya. Bayi anda cukup kuat dan sehat."

Tak lama, perawat lain datang. Menggendong Baby Je yang sudah terbalut selimut biru muda lalu membaringkan bayi itu di samping Joanna.

"Kalau begitu aku mau ke kantin dulu, Jo! Aku juga haus. Mau titip sesuatu?"

Joanna menggeleng lalu memberi gestur kibasan pelan melalui sebelah tangannya, menyuruh Kalandra agar cepat keluar tanpa menimbulkan suara lagi sebab takut mengganggu Baby Je yang kembali terlelap sambil menghisap ASI-nya.

Joanna memperhatikan bayi itu.

Hidung mancung serta dua lubang di masing-masing pipi Baby Je mengingatkan Joanna pada seseorang.

"Jenanda, kamu tampan sekali, Nak. Persis seperti Papi-mu."

Joanna tersenyum kecut.

Dengan lidahnya tiba-tiba terasa kelu saat menyebut Ayah biologis dari Bayinya dengan panggilan Papi.

Bohong jika perasaan Joanna baik-baik saja karena setelah melihat wajah Jenanda yang menduplikat wajah pria itu, perasaannya berubah aneh.

Bahagia dan sedih, keduanya saling mendominasi hati Joanna saat ini.

"Kita pasti bisa melalui semua ini, Baby. Meski nanti kita hidup berdua saja, Mami pastikan kamu tidak akan kekurangan kasih sayang dan materi, Mami janji!"

Kemudian kelopak mata Joanna terasa memberat. Ia mengantuk namun tidak bisa ikut terlelap juga karena sedang menyusui Jenanda. Mungkin Joanna harus menunggu Kalandra kembali, baru dirinya bisa ikut tidur juga.

...••••...

TOUCH VOTE, LIKE AND COMMENT!

Terpopuler

Comments

rimbi_123

rimbi_123

next

2022-11-30

4

Fatmah Wati Mohd Yassin

Fatmah Wati Mohd Yassin

next............🌹🌹🌹

2022-11-30

1

Yasa Raka

Yasa Raka

ku tunggu kak slnjutnya

2022-11-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!