Menentukan Sikap

💖

💖

Daryl melirik dari balik cangkir kopi yang tengah dia sesap. Mencoba mencari tahu lewat gerak-gerik Nania pada hari itu yang biasa saja seperti hari-hari lainnya.

"Sudah Pak." Gadis itu memastikan semuanya rapi seperti biasa.

"Hmm …." Lalu Daryl meletakkan cangkir kopinya.

"Kayaknya kalau mau makan siang jangan dulu minum kopi deh?" Diam-diam Nania memperhatikan.

"Kenapa? Aturan dari mana itu?" Pria itu menyahut.

"Ya nggak bagus aja, masa mau makan siang minum kopi dulu?"

Muncul seulas senyum di sudut bibir Daryl.

"Eh, kok ngelantur sih?" Nania berguma pelan sambil menepuk kepalanya sendiri.

"Umm … saya permisi Pak? Kedai pasti udah ramai." Lalu dia berpamitan.

"Hey Nania!"

"Ya Pak?" Gadis itu memutar tubuh.

"Lukamu sembuh?" Daryl mencari topik pembicaraan untuk membuatnya tinggal lebih lama.

Nania menyentuh sudut alisnya yang terluka.

"Udah mendingan, Pak." Lalu dia menjawab.

"Pipimu?" Pria itu bangkit dari duduknya.

Gadis itu pun menyentuh pipinya.

"Udah lebih baik dari pada kemarin." jawabnya lagi.

"Baguslah." Daryl mengangguk-anggukkan kepala, dan dia semakin mendekat.

Sementara Nania mundur ke belakang sampai dia tiba di dekat pintu, dan tangannya mampu meraih pegangan sehingga benda itu terbuka.

"Saya … permisi Pak?" katanya lagi, yang kemudian segera pergi. Sedangkan Daryl malah tertegun di tempatnya berdiri.

"Kenapa dia malah kabur? Aku kan mau minta nomer hape?" Pria itu yang baru saja mengeluarkan ponselnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ini saran beberapa menu yang aku pikir cocok sama konsep yang Mama Fia kasih tahu waktu itu." Amara menyodorkan kertas yang diisi dengan tulisan menu yang sudah dia susun sebelumnya.

"Nanti ada stahll sama beberapa desert pendamping, juga makanan tambahan lainnya." Dia membuka halaman berikutnya.

"Itu sih kalau Mama Fia sama Kak Kirana setuju. Tapi kalau misal ada ide lain juga boleh kok dimasukin." 

Sofia dan Kirana melihat daftar-daftar tersebut.

"Bagaimana Ki? Kamu ada ide lain?" 

"Umm …  kalau Darren yang merekomendasikan sepertinya bagus?" Kirana menjawab. "Dan dari referensi beberapa orang juga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak setuju kan?"

"Kamu belum tahu saja seberapa terkenal makanan di sini, itu sebabnya kedai ini semakin terkenal setiap harinya." Sofia dengan bangganya.

"Ya, tapi seperti yang Ara bilang, kita juga bisa memasukannya ke daftar kalau misalnya ada ide lain?" ucap Sofia lagi.

"Saya sepertinya oke-oke saja, Bu."

"Benar?"

"Ya, rasanya ini sesuai dengan pestanya. Lagi pula tidak terlalu formal kan?" 

"Baiklah kalau begitu." Mereka kembali beralih kepada Amara yang menunggu dengan sabar.

"Kamu sudah dengar sendiri kan?"

Amara menganggukkan kepala.

"Oke, soal makanan kita sudah sepakat ya?" Sofia meraih ponselnya yang tergeletak di meja.

"Bagaimana soal harga?"

Amara menunjuk jumlah yang tertera di kertas lainnya di belakang menu.

"Oke, Mama sudah transfer ya?" Beberapa saat kemudian perempuan itu memperlihatkan layar ponselnya.

"Duh? Dibayar langsung?" Amara bereaksi. "Mama nggak mau nego dulu gitu? Siapa tahu kemahalan?" Amara sedikit berkelakar.

"Tidak, sepertinya itu sepadan dengan yang kamu kerjakan." Sofia menjawab.

"Duh, jadi nggak enak."

"Kenapa tidak enak? Bukankah ini bagus? Biar kamu dan pegawai semangat kerjanya." Sofia mengerling.

"Oh, itu pasti." Mereka kemudian tertawa.

"Nah, habis ini kita ke mana?" Sofia membereskan ponsel dan barang lainnya.

"Kita ke butik untuk fitting pakaian?" Jawab Kirana yang melakukan hal sama.

"Kita menunggu Darren?"

"Sepertinya kita bertemu di sana saja, Bu. Darren sedang di luar kantor sekarang ini."

"Begitu?"

"Ya barusan mengirim pesan." Kirana menunjukkan layar ponselnya.

"Baik. Sebaiknya kita segera pergi sebelum Papi merasa bosan dengan Arfan di lapangan golf." Sofia pun bangkit dari kursinya, diikuti Kirana yang sedikit tertawa.

"Nah Ara, untuk seragam keluarga nanti Mama kirim pictnya dulu, kalau kamu setuju kita kirim ke rumah ya?"

"Oke Ma."

"Tadinya mau ajak kamu ke butik, tapi pasti tidak akan Galang izinkan."

"Umm … ya … Soal itu Kak Galang sedikit ketat."

"Hmm … Makanya."

Dan bersamaan dengan itu Nania masuk sekembalinya ia dari tugas mengantar makan siang Daryl.

"Selamat siang?" Gadis itu menyapa Sofia yang dikenalnya.

"Nania, apa kabar?" Sofia pun menjawab sapaannya.

"Baik Bu."

"Kamu kenapa?" Perempuan yang masih cantik di usia paruh bayanya itu mendekat. Melihat plester pada wajah dan memar di pipi gadis itu membuatnya merasa heran.

"Nggak apa-apa Bu, cuma kecelakaan kecil." Nania sedikit canggung.

"Kecelakaan?"

Gadis itu mengangguk.

"Waktu mengantar makanannya Daryl?" Sofia sedikit terkejut.

"Bukan, Bu."

"Ara, kenapa membiarkan Nania yang mengantar? Bukankah disini juga ada pegawai yang lainnya?"

"Ee … itu … Kak Darylnya yang …."

"Seharusnya tidak boleh begitu dong, tidak kasihan apa?" Sofia memotong ucapan Amara.

"Maaf ya, Daryl pasti sering membuatmu kerepotan." Dia lalu menepuk pundak Nania.

"Mama pamit, Ara." Kemudian mereka segera pergi dari sana.

"Itu calon istrinya Kak Daryl." Amara berujar saat Nania tak bisa memalingkan pandangan dari dua perempuan beda usia itu.

"Oh … cantik ya?"

"Ya."

"Pengusaha juga?" Nania menoleh kepada sang pemilik kedai.

"Bukan."

"Sekretaris?"

"Bukan juga."

"Terus apa?"

"Dokter kecantikan di NMC."

Nania menahan napasnya sebentar.

"Dia yang bedah wajah aku sampai bisa bagus lagi."

Kalau jodohnya Pak Darren saja seorang dokter kecantikan, maka jodohnya Pak Daryl kemungkinan sekelas artis. Ya, model gitu lah. Batinnya, lalu dia teringat ketika memergoki pria itu yang tengah bercumbu dengan Bella kemarin siang.

Tuh kan? Udah pasti begitu ujungnya. Lagian kenapa sih hati ini malah ada rasa yang …

"Ah!!" Nania mende*ah kesal.

Dia tak percaya dengan apa yang dirasakannya saat ini, dan hal tersebut mulai membuatnya frustasi.

Fokus Nania! Kamu harus memikirkan hal lain. Saat ini kebebasanmu lebih penting dari pada perasaanmu. 

Lagi pula kamu tidak layak memiliki perasaan seperti ini. Sadarlah! Batinnya, dan dia segera masuk ke pantry untuk melanjutkan pekerjaannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Baby!!! Aku rindu padamu!!" Bella segera berlari menerobos pintu ruangan Daryl.

"Astaga! Kenapa dia kembali?" Namun reaksi berbeda diterima perempuan itu.

"Apa Dinna tidak ada di depan?" Pria itu menatap pintu yang tertutup rapat.

"Beruntungnya tidak. Dia sedang menangani pekerjaan di bawah sehingga aku bisa menyelinap kemari."

"Hmm … seperti biasa." Pria itu menggumam.

"Apa kamu juga merindukan aku?"

"No. Kenapa aku harus merindukanmu?" Daryl dengan jujurnya.

"Ah, kenapa kamu sekejam itu padaku?"

"Kejam katamu? Aku ini jujur."

"Kejujuranmu sangat menyakiti aku."

"Maka pergilah, jangan mendekati aku terus." jawab Daryl dengan nada dingin dan datar.

Dia bahkan tak memalingkan perhatian dari pekerjaannya.

"Apa?"

"Pergilah. Jangan mendekatiku lagi."

"Baby, kamu sadar apa yang kamu katakan?"

"Ya."

"Baby, lihat aku!" Bella meraih wajah pria itu agar berpaling kepadanya.

"Bukankah sudah aku katakan jangan memanggilku begitu? Aku bukan kekasihmu." Daryl menepis tangannya hingga terlepas.

Bella terdiam sebentar.

Semua yang dikatakan pria itu memang benar, tapi mengapa dirinya merasa tidak suka? Sepertinya posisinya mulai terancam?

"Kamu bosan kepadaku?"

Daryl tak menjawab.

"Kamu menemukan orang lain?"

Pria itu menutup mulutnya rapat-rapat.

"Daryl! Ada apa denganmu ini?" Bella mengguncangkan pundak pria itu.

"Bukan urusanmu, dan tak ada satu pun dari hal ini yang berkaitan denganmu."

"Apa?"

"Kita bertemu hanya untuk bersenang-senang bukan? Tanpa ada ikatan dan perjanjian apa pun. Jadi sudah seharusnya tidak ada yang menjadi masalah soal itu?"

"Maksudmu?"

"Look …." Daryl menghentikan pekerjaannya, kemudian beralih kepada Bella.

"Kau adalah modelku, dan aku bisa disebut pemilik kantor majalah ini. Hubungan kita profesional hingga kita bertemu dalam suatu pesta. Dan kita sama-sama lajang yang hanya sedang mencari kesenangan. Thats it, nothing more."

Bella masih terdiam, namun kemudian dia tertawa  seraya duduk di pangkuan Daryl sambil memeluknya.

"Kamu pasti sedang bercanda kan? Aku tahu kamu sedang bercanda." Katanya yang hampir mencium bibir pria itu.

"No! Let me make it clear! (Tidak! Biar aku jelaskan!)." Daryl setengah berteriak seraya mendorong tubuh Bella sehingga perempuan itu terjatuh ke lantai.

"Daryl!" Dia memekik.

"Maafkan aku jika mungkin kau menganggap hal ini lebih jauh. Tapi aku tidak sesuka itu kepadamu, jadi …."

"Apa katamu?" Bella berusaha bangkit sendiri.

"Sudah kuterangkan sejak awal jika kita tidak ada hubungan apa pun, dan aku pikir kau pun mengerti soal itu."

Bella mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

Sekali lagi Daryl memang benar. Bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah hanya sebagai bentuk kesenangan semata, dan memang seperti itu biasanya.

"Jadi sepertinya aku mau berhenti saja."

Bella masih bungkam.

"Tenang saja, pekerjaanmu masih aman di Fia's secret sampai kontraknya berakhir, dan kau bisa memperpanjangnya jika memang masih pantas berada di sini. Hanya satu syaratnya, jangan pernah berulah di depanku, apa lagi mengungkit hal-hal yang tidak seharusnya."

"Kamu serius?"

"Seribu persen serius."

Bella menghembuskan napas keras.

"Baik." katanya, yang membenahi pakaiannya.

"Are you clear?" Daryl meyakinkan keadaan.

"Ya, tentu saja." Lalu dia memasang senyumnya yang paling manis.

"Baik, kau tahu apa yang harus kau lakukan setelah ini?"

"Ya Pak." Perempuan itu kemudian melenggang ke arah pintu.

Dia tidak mungkin mampu berbuat sesuatu karena pria ini tidak dapat diprediksi. Dan Bella sadar siapa yang tengah dihadapinya.

"Bye Bella. Jangan pernah datang lagi kemari kecuali untuk kepentingan pekerjaan seperti model-model lainnya." ucap Daryl sebelum akhirnya perempuan itu benar-benar keluar dari ruangannya.

"Lho, kirain Mbak Bella sudah pulang?" Dinna yang sudah kembali ke mejanya sedikit merasa terkejut.

"Diam!" Bella menunjuk wajah perempuan itu, lalu menggebrak mejanya dengan keras.

"Whoaaaa!!! Tenang Mbak, ada apa? Bukan karena dipecat kan?" ujar Dinna setengah mengejek.

"Aku bilang, diam!" Bella kembali menggebrak meja, kemudian dia berjalan tergesa meninggalkan tempat itu sambil menggerutu.

"Dasar Nikolai sialan! Dia pikir dia siapa berani mempermainkan aku seperti ini? Dia mau menyingkirkan aku? Yang benar saja! Model sialan mana yang berani menggeser posisiku? Akan aku beri perhitungan nanti!" 

Sementara Dinna hanya tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui semua yang diucapkan oleh atasannya beberapa saat yang lalu.

💖

💖

💖

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Hearty 💕

Hearty 💕

Pasti takutlah... takut di....

2023-11-02

2

mama kennand

mama kennand

kabur lah takut d sosor lagi 😅😅😅🏃🏃🏃

2023-07-23

1

May Keisya

May Keisya

udah ketakutan duluan😂😂

2023-06-08

2

lihat semua
Episodes
1 Daryl Dan Darren
2 Models
3 Kehilangan
4 Perbedaan
5 Rencana Darren
6 Nania
7 Tugas
8 Rumah
9 Ibu
10 Perasaan
11 Keluarga
12 Rumah 2
13 Status
14 Niat Nania
15 Rencana Nania
16 Menentukan Sikap
17 Rencana Berikutnya
18 Kabur
19 Nania
20 Penjaga
21 Orang Tua
22 Malam Minggunya Daryl
23 Pekerjaan Di Hari Minggu
24 Nenek
25 Amara's Love
26 Cinta Di Amara's Love
27 Berdiskusi
28 Obrolan Keluarga
29 Fia'a Secret
30 Hal Serius
31 Cerita Cinta
32 Pemotretan
33 Party
34 Nania
35 Rumah Besar
36 Pembalasan
37 Ulat VS Naga
38 Daryl Dan Nania
39 Penangkapan Daryl
40 The Untold
41 Bapak-bapak
42 Rencana Daryl
43 Offiacialy
44 Calon Istri
45 Kejahilan Daryl
46 The Opposite
47 Si Pemaksa
48 Balada Bule Dan Anak SMP
49 Drama Cuci Mobil
50 Antisipasi
51 Eragon Fruit
52 Pasar Part 2
53 Pesta
54 Rumah
55 Hari Pernikahan
56 Pengantin
57 Malam Pernikahan
58 Suami Istri
59 Kebiasaan
60 Bekerja
61 Percakapan Tak Biasa
62 Fia's Secret #2
63 Penyerahan Diri
64 Feeling Good
65 Sakit
66 Nyamuk Raksasa
67 Pulang Bekerja
68 Permintaan Nania
69 Permintaan Nania #2
70 Sekolah
71 Banyak Rencana
72 Sekolah #2
73 Perbandingan
74 Mandi
75 Nania Dan Petualangannya
76 Zurich
77 Konser
78 Glacier Express
79 The Mansion
80 Percakapan Di Sore Hari
81 Bikini Dan Kolam Air Panas
82 Keinginan Nania
83 Happy
84 Moscow
85 Demam
86 Persiapan Sekolah
87 Persiapan #2
88 Hari Pertama
89 Soal Anak
90 Pergumulan Di Sore Hari
91 Rutinitas Pagi
92 Rumah Baru
93 Kesepian
94 Istri Dan Sugar Baby
95 Gara-gara Milktea Dan Kaktus
96 Kekangan
97 Tidur
98 Kabar Baik
99 Tahanan
100 Ibu Mertua
101 Rumah Sendiri
102 Rumah Impian
103 Kenangan
104 Mampir
105 Menu Spesial
106 Baju Dari Mama
107 Gosip
108 PR
109 Gosip #2
110 Toilet Sekolah
111 Urusan
112 Daryl
113 Kebahagiaan Nania
114 Jalan-jalan
115 Asmara Di Puncak Gedung
116 Si Pendendam
117 Dragon Fruit VS Eragon Fruit
118 Pengaruh
119 Rumah Baru #2
120 Menginap
121 Masalah Kehamilan
122 Bertemu Ibu
123 Gara-gara Kaktus #2
124 Tentang Grusha
125 Pasangan Kasmaran
126 Sepi
127 Kencan Semalaman
128 Di Persinggahan
129 Sebuah Percakapan
130 Kunjungan Ke Makam
131 Konsultasi
132 Alat Tes Kehamilan
133 Kunjungan Mirna
134 Terapi Sesi Pertama
135 Soal Makanan
136 Soal Makanan #2
137 Acara Menginap
138 Dua Remaja
139 Ayah Dan Anaknya
140 Bisnis Dan Tumah Tangga
141 Kesempatan
142 Some Happiness
143 Bisnis Keluarga
144 Models #2
145 Seragam
146 Lucu
147 Cherrish
148 Wangi Dan Bau
149 Bau Part 2
150 Gejala
151 Launching And Opening
152 Kehamilan
153 Keramaian Di Pagi Hari
154 Sabun Bayi
155 Wangi Bayi
156 Antara Dongeng, Minyak Telon Dan Seorang Bayi
157 Cerita Kehamilan
158 Balada Minyak Telon
159 Morning Sickness Dan Gejala Ibu Hamil
160 Keinginan Nania
161 Nania Dan Keinginannya
162 Ide
163 Perkembangan
164 Donasi
165 Rumah Baca Nania
166 Terapi #2
167 Rumah Baca Nania #2
168 Malam Minggunya Ann
169 Sebuah Hubungan
170 Seorang Ibu
171 Ibu #2
172 Terapi #3
173 Keluarga
174 Kemesraan Dan Salah Paham
175 Circle
176 Keadaan
177 Sabtu Pagi
178 Percakapan Dua Perempuan
179 Sebuah Ajakan
180 Satpam
181 Hidup Nania
182 Perasaan Nania
183 Baby's Good?
184 Setelah Hujan
185 Ibu #3
186 Pengalihan Perhatian
187 Dua Rumah
188 Cerita Akhir Pekan
189 Cerita Akhir Pekan #2
190 Tugas
191 Sebuah Keributan
192 Menjemput Ibu
193 Soal Rumah
194 Jeda
195 Cek Up
196 Dua Kehidupan
197 Mau Ketemu Baby?
198 Pamitan Dan Pengikat Ingatan
199 Jimat Dari Nania
200 Gejala Aneh
201 Penyamaran
202 Ibu Dan Anak
203 Sebuah Nyawa
204 Nyawa dan Perasaan
205 Hati Seorang Ibu
206 Perasaan Daryl
207 Kesedihan Nania
208 Emosi
209 Keadaan
210 Keadaan #2
211 Suasana Berbeda
212 Suasana Berbeda #2
213 Pengaduan
214 Keadaan Nania
215 Kondisi
216 Keluar Rumah
217 Sunny
218 Surat Dari Ibu
219 Rumah Besar
220 Ceramah Dygta
221 Something Inside
222 Klinik
223 Klinik #2
224 Pemulihan
225 Permintaan Izin
226 Rekreasi
227 Dua Keadaan
228 Perbincangan Keluarga
229 Waktu Dan Kompromi
230 Pulang ( The Ending )
Episodes

Updated 230 Episodes

1
Daryl Dan Darren
2
Models
3
Kehilangan
4
Perbedaan
5
Rencana Darren
6
Nania
7
Tugas
8
Rumah
9
Ibu
10
Perasaan
11
Keluarga
12
Rumah 2
13
Status
14
Niat Nania
15
Rencana Nania
16
Menentukan Sikap
17
Rencana Berikutnya
18
Kabur
19
Nania
20
Penjaga
21
Orang Tua
22
Malam Minggunya Daryl
23
Pekerjaan Di Hari Minggu
24
Nenek
25
Amara's Love
26
Cinta Di Amara's Love
27
Berdiskusi
28
Obrolan Keluarga
29
Fia'a Secret
30
Hal Serius
31
Cerita Cinta
32
Pemotretan
33
Party
34
Nania
35
Rumah Besar
36
Pembalasan
37
Ulat VS Naga
38
Daryl Dan Nania
39
Penangkapan Daryl
40
The Untold
41
Bapak-bapak
42
Rencana Daryl
43
Offiacialy
44
Calon Istri
45
Kejahilan Daryl
46
The Opposite
47
Si Pemaksa
48
Balada Bule Dan Anak SMP
49
Drama Cuci Mobil
50
Antisipasi
51
Eragon Fruit
52
Pasar Part 2
53
Pesta
54
Rumah
55
Hari Pernikahan
56
Pengantin
57
Malam Pernikahan
58
Suami Istri
59
Kebiasaan
60
Bekerja
61
Percakapan Tak Biasa
62
Fia's Secret #2
63
Penyerahan Diri
64
Feeling Good
65
Sakit
66
Nyamuk Raksasa
67
Pulang Bekerja
68
Permintaan Nania
69
Permintaan Nania #2
70
Sekolah
71
Banyak Rencana
72
Sekolah #2
73
Perbandingan
74
Mandi
75
Nania Dan Petualangannya
76
Zurich
77
Konser
78
Glacier Express
79
The Mansion
80
Percakapan Di Sore Hari
81
Bikini Dan Kolam Air Panas
82
Keinginan Nania
83
Happy
84
Moscow
85
Demam
86
Persiapan Sekolah
87
Persiapan #2
88
Hari Pertama
89
Soal Anak
90
Pergumulan Di Sore Hari
91
Rutinitas Pagi
92
Rumah Baru
93
Kesepian
94
Istri Dan Sugar Baby
95
Gara-gara Milktea Dan Kaktus
96
Kekangan
97
Tidur
98
Kabar Baik
99
Tahanan
100
Ibu Mertua
101
Rumah Sendiri
102
Rumah Impian
103
Kenangan
104
Mampir
105
Menu Spesial
106
Baju Dari Mama
107
Gosip
108
PR
109
Gosip #2
110
Toilet Sekolah
111
Urusan
112
Daryl
113
Kebahagiaan Nania
114
Jalan-jalan
115
Asmara Di Puncak Gedung
116
Si Pendendam
117
Dragon Fruit VS Eragon Fruit
118
Pengaruh
119
Rumah Baru #2
120
Menginap
121
Masalah Kehamilan
122
Bertemu Ibu
123
Gara-gara Kaktus #2
124
Tentang Grusha
125
Pasangan Kasmaran
126
Sepi
127
Kencan Semalaman
128
Di Persinggahan
129
Sebuah Percakapan
130
Kunjungan Ke Makam
131
Konsultasi
132
Alat Tes Kehamilan
133
Kunjungan Mirna
134
Terapi Sesi Pertama
135
Soal Makanan
136
Soal Makanan #2
137
Acara Menginap
138
Dua Remaja
139
Ayah Dan Anaknya
140
Bisnis Dan Tumah Tangga
141
Kesempatan
142
Some Happiness
143
Bisnis Keluarga
144
Models #2
145
Seragam
146
Lucu
147
Cherrish
148
Wangi Dan Bau
149
Bau Part 2
150
Gejala
151
Launching And Opening
152
Kehamilan
153
Keramaian Di Pagi Hari
154
Sabun Bayi
155
Wangi Bayi
156
Antara Dongeng, Minyak Telon Dan Seorang Bayi
157
Cerita Kehamilan
158
Balada Minyak Telon
159
Morning Sickness Dan Gejala Ibu Hamil
160
Keinginan Nania
161
Nania Dan Keinginannya
162
Ide
163
Perkembangan
164
Donasi
165
Rumah Baca Nania
166
Terapi #2
167
Rumah Baca Nania #2
168
Malam Minggunya Ann
169
Sebuah Hubungan
170
Seorang Ibu
171
Ibu #2
172
Terapi #3
173
Keluarga
174
Kemesraan Dan Salah Paham
175
Circle
176
Keadaan
177
Sabtu Pagi
178
Percakapan Dua Perempuan
179
Sebuah Ajakan
180
Satpam
181
Hidup Nania
182
Perasaan Nania
183
Baby's Good?
184
Setelah Hujan
185
Ibu #3
186
Pengalihan Perhatian
187
Dua Rumah
188
Cerita Akhir Pekan
189
Cerita Akhir Pekan #2
190
Tugas
191
Sebuah Keributan
192
Menjemput Ibu
193
Soal Rumah
194
Jeda
195
Cek Up
196
Dua Kehidupan
197
Mau Ketemu Baby?
198
Pamitan Dan Pengikat Ingatan
199
Jimat Dari Nania
200
Gejala Aneh
201
Penyamaran
202
Ibu Dan Anak
203
Sebuah Nyawa
204
Nyawa dan Perasaan
205
Hati Seorang Ibu
206
Perasaan Daryl
207
Kesedihan Nania
208
Emosi
209
Keadaan
210
Keadaan #2
211
Suasana Berbeda
212
Suasana Berbeda #2
213
Pengaduan
214
Keadaan Nania
215
Kondisi
216
Keluar Rumah
217
Sunny
218
Surat Dari Ibu
219
Rumah Besar
220
Ceramah Dygta
221
Something Inside
222
Klinik
223
Klinik #2
224
Pemulihan
225
Permintaan Izin
226
Rekreasi
227
Dua Keadaan
228
Perbincangan Keluarga
229
Waktu Dan Kompromi
230
Pulang ( The Ending )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!