Keluarga

💖

💖

"Makan Nna, malah melamun?" Nindy datang menghampiri lalu duduk di kursi kosong di dekat Nania.

"Umm …." Gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Kamu sakit? Atau kecapean?" tanya Nindy.

"Iya nih, agak capek." Nania meraup nasi, potongan daging sapi dan sayur capcay yang dia sisakan sebelum mengantarkan menu yang sama untuk Daryl beberapa jam yang lalu.

Kemudian dia menyuapkan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya pelan-pelan. Tapi mengapa rasanya tidak seenak tadi? Makanan ini terasa hambar dan tiba-tiba saja dia sulit menelannya.

Dia berhenti lagi. Dan pikirannya kembali mengingat kejadian di Fia's Secret ketika dia melihat Daryl dan Bella bercumbu mesra.

Mengapa hatinya merasa begitu sakit? Ini seperti kamu sedang memergoki kekasihmu selingkuh. Meski pada kenyataannya tidak ada hubungan yang terjalin di antara dirinya dan pria itu. 

"Hhhh …." Nania menghela dan menghembuskan napasnya pelan-pelan.

Kenapa juga aku harus sakit hati? Dia kan bukan siapa-siapa aku? Satu sisi hatinya membatin.

Tapi bukankah dia pernah menyatakan perasaannya waktu itu? Sisi lain batinnya menyahut.

Dia itu laki-laki, dan laki-laki akan mengatakan apa pun demi bisa mendapatkan apa yang dia mau. 

Benar kan? Mereka itu memang nggak berperasaan. Hari ini menciummu, lalu di lain hari mencumbu perempuan lain. Nanti apa lagi? Mungkin akan meniduri seseorang yang bukan di antara kami. Atau mungkin sudah. Mereka kan memang seperti itu?

"Hhh …." Dia menghela napas lagi.

"Kamu kenapa sih? Kayak yang lagi patah hati deh?" protes Nindy yang melihat teman kerjanya seperti itu.

"Patah hati?" Nania membeo.

"Makan nggak bener, banyak melamun, terus apa lagi? Malas kerja?"

"Kamu ngaco!"

"Orang kelihatannya begitu?"

Nania terkekeh canggung.

Patah hati? Mungkinkah?

"Sadar Nania, sadar!" Lalu dia menepuk kepalanya beberapa kali.

"Lah, sekarang ngomong sendiri? Kan makin aneh?" ujar Nindy yang ikut makan karena keadaan mulai santai di depan sana.

Nania hanya tersenyum.

Memangnya siapa dirimu berani memiliki perasaan sebesar ini? Dia itu gunung yang paling tinggi sementara kamu hanya kerikil di antara gurun pasir yang gersang. Gumamnya dalam hati, lalu dia memaksakan diri melanjutkan kegiatan makannya meski sudah tak berselera.

***

"Tumben Nduk jam segini sudah pulang?" Nenek tampak kegirangan saat melihat kedatangan cucunya pada sore hari.

"Iya, shiftnya aku dipindahin biar pulangnya nggak terlalu malam. Ini juga lagi santai." Nania meletakkan tas selempangnya di atas tempat tidur usang milik sang nenek.

"Orang-orang pada ke mana? Tumben sepi?" Lalu dia bertanya karena tidak melihat keberadaan ibunya ketika memasuki rumah.

"Tidak tahu. Dari pagi ibumu belum pulang." Nenek menjawab.

"Kok gitu?" Nania tertegun.

"Entahlah."

"Nenek udah makan?"

"Su-sudah."

"Hmm …." Nania bergegas ke dapur untuk memeriksa makanan. Ternyata hanya tersedia sedikit nasi di wadah kecil dan tak ada yang lainnya lagi.

Padahal gajinya yang sebesar tiga juta itu Mirna ambil semua yang dia katakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan ucapannya. Mereka tetap tidak bisa menikmati makanan yang layak terutama dirinya dan Nenek.

Jadi keputusannya untuk meminta gajinya di tfansfer saja adalah tepat. Agar dia bisa mengatur keuangan dengan benar seperti yang diajarkan ayahnya.

"Nenek bohong ya?" katanya saat kembali ke kamar di mana neneknya berada.

"Untung tadi di kedai ada makanan. Ini sisa yang aku masak untuk Pak Daryl nggak ada yang makan." Dia mengeluarkan bungkusan dari tas selempangnya.

Sekepal nasi yang masih cukup hangat, dan lauk yang sama yang dia makan tadi siang di kedai.

"Wah, daging?" Nenek dengan mata berbinar.

"Katanya udah makan?" Nania mengingatkan ucapan perempuan itu itu.

Dia tahu neneknya berbohong karena setiap hari memang seperti itu. Mirna jarang menyediakan makanan jika dia dan suaminya tidak ada, padahal masih ada nenek yang tidak memiliki uang dan tidak bisa melakukan apa-apa selain diam di rumah.

"Sekarang Nenek makan. Aku mau mandi." Nania menyodorkan bungkusan itu kepadanya, dia meraih handuk lalu melenggang ke kamar mandi di dekat dapur.

Dia kembali setelah beberapa saat dan menemukan perempuan tua itu belum menyentuh makanannya.

"Kok Nenek belum makan? Keburu dingin loh." Nania bereaksi.

"Nenek nunggu kamu, mau makan sama-sama." jawab sang Nenek.

"Aku sudah makan tadi sebelum pulang. Sekarang suka gitu karena di rumah kan jarang ada makanan. Kalau ada juga suka nggak boleh dimakan sama ibu, biasanya buat Bang Sandi kan?"

Nenek menatap cucunya dalam diam.

"Makan Nek, biar tidurnya nyenyak dan perutnya nggak bunyi terus." katanya yang mengingat setiap malam dia sering mendengar perut neneknya bersuara meski tidak terlalu nyaring.

"Kamu … sabar ya? Jangan marah kepada ibumu, atau kepada siapa pun. Walau dia sering berbuat tidak baik kepadamu. Dia sedang khilaf."

"Khilafnya ibu keterlaluan kalau sampai mengabaikan Nenek. Aku sih nggak apa-apa, tapi Nenek?"

Perempuan itu mengusap kepalanya.

"Nenek cuma bisa berdoa, semoga kamu mendapatkan hidup yang lebih baik. Menemukan kebahagiaan, dan bertemu dengan orang yang mencintaimu tanpa melihat keadaan kita yang seperti ini."

Nania terkekeh.

"Makan dulu Nek." katanya, yang kemudian dituruti oleh sang nenek.

***

Suasana rumah yang sepi berubah ramai ketika Mirna, Hendrik dan Sandi tiba saat telah larut. Belum lagi kakaknya yang membunyikan mesin motor dengan keras hingga terdengar meraung-raung di depan rumah padahal tempat tinggal mereka berada di daerah pemukiman yang terbilang padat.

Hingga setelah beberapa saat terdengar tetangga meneriaki untuk membuatnya berhenti.

"Sirik lo gue punya motor baru, dasar!" Terdengar Sandi membalas.

Nania keluar dari kamar untuk memeriksa, dan yang dia dapati adalah sang ibu dan suami juga anak laki-lakinya yang baru saja tiba.

Mereka duduk di ruang tengah dengan tas belanjaan yang cukup banyak dan beberapa hal. Belum lagi sebuah motor baru yang terparkir di depan rumah cukup membuat Nania heran.

"Sudah pulang kamu jam segini?" Mirna melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6 petang.

"Iya."

"Tumben? Nggak jalan sama Om?" Sandi mengejek.

Nania tak menjawab. Dia hanya menatap barang yang dibawa ibunya pulang satu per satu.

"Ibu habis belanja?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.

"Iya dong. Sekali-sekali belanja. Menyenangkan diri sendiri." katanya yang padahal tempo hari menyebut anaknya boros.

"Beli makanan nggak? Atau beras gitu? Tadi aku lihat di dapur cuma ada nasi sedikit. Lauknya nggak ada. Kasihan Nenek belum makan."

"Ngeledek kamu!" Mirna melempar satu bungkusan ke depan anaknya.

Nania mengambil lalu memeriksanya dan menemukan satu bungkus nasi padang dengan lauk gulai ayam yang sudah basi.

"Ibu belinya kapan? Kok udah gini?"

"Tadi siang untuk ayahmu tapi nggak dimakan." jawab Mirna dengan entengnya, dan dia sibuk mencoba perhiasan yang dikeluarkannya dari dalam tas.

Nania melirik sekilas kepada pria yang duduk bersandar dengan kaki terlentang di meja.

"Ini udah nggak bisa dimakan Bu. Basi."

"Alah, kamu manja. Mentang-mentang suka makan enak di tempat kerja, lantas menjelekkan makanan yang ibu bawa."

"Ini memang basi. Ibu mau bikin nenek sakit?"

"Ya sudah, kamu kasih nenekmu makan biar dia sehat terus." Mirna meninggikan suaranya.

"Kemarin ibu ambil uang aku katanya untuk kebutuhan rumah. Tapi nyatanya dirumah nggak ada apa-apa?"

"Hey! Kamu pikir uang yang kamu berikan itu cukup untuk kebutuhan kita yang banyak ini? Pikir dong! Apa-apa semuanya mahal."

"Ya kalau semua orang kerja pasti bisa cukup. Cuma ngandelin uang dari aku mana bisa?" Nania memberanikan diri.

"Apa kamu bilang?"

"Yang kerja sendiri, sementara yang pakai banyakan. Mana cukup?"

"Berani ya kamu ngomong begitu?" Mirna bangkit.

"Kamu pikir kamu ini siapa?" Dia menghampiri anaknya.

"Aku ini anak ibu! Kenapa ibu berbuat gitu sama aku? Membebankan banyak hal untuk aku penuhi seolah aku ini mampu."

"Beban katamu? Itu tanggung jawabmu sebagai anak. Kamu tidak tahu siapa yang melahirkanmu? Ibu yang melakukan! Jadi ada yang harus kamu lakukan untuk membayar itu semua."

"Terus apa yang Bang Sandi lakukan? Dia santai-santai aja, malah sering minta uang sama Nia. Mana tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki yang ibu lahirkan dan …."

PLAAAKK! 

Tamparan keras kembali Nania terima, kali ini dari sang kakak.

"Berani lu ngomong begitu? Siapa yang ngajarin?"

Nania membeku di tempatnya.

"Udah kewajiban lu ngasih banyak hal sama ibu. Karena lu lebih mampu. Lu kerja, sedangkan gue?"

"Seharusnya … Abang juga kerja." Nania benar-benar mengumpulkan keberaniannya. Meski hampir menangis dan dia memegangi pipinya yang terasa sakit dan panas.

"Kan gue lagi nyari, tapi belum dapat. Lu nggak ngerti."

"Kerjaan apa? Diluar sana banyak yang bisa Abang lakukan untuk dapat uang. Bukannya cuma keluyuran!"

"Lu bilang keluyuran?" Sandi mendorong pundak Nania hingga gadis itu terhuyung ke belakang.

"Lu nggak tahu apa yang gue kerjain, jadi jangan ngomong sembarangan!"

"Tapi kan selama ini …."

"Lu nggak tahu!" Dia kembali mendorongnya, kali ini dengan keras sehingga Nania terjerembab ke lantai.

Dan pria itu hampir saja menginjak kaki Nania ketika nenek mereka muncul menghalangi.

"Cukup Sandi!"

"Nenek jangan ikut campur. Mau kena tendangan aku?"

Perempuan tua itu lantas menarik Nania dan membawanya ke dalam kamar.

"Lain kali jangan berurusan dengan Sandi.  Bisa babak belur kamu dia hajar." Mereka duduk di tepi ranjang.

"Nenek lihat kan? Mereka selalu begitu? Ibu bahkan membiarkan Bang Sandi berbuat begitu sama aku?" Nania terisak.

"Makanya Nenek bilang, kamu nggak usah berurusan dengan mereka. Biarkan saja, yang penting kamu aman."

"Aku semakin yakin, kalau kita seharusnya pergi aja dari rumah ini. Nenek mau ya pergi sama aku? Kita tinggal di rumah ayah. Kita pasti baik-baik aja."

"Iya, Nenek akan ikut kamu."

"Beneran ya? Aku mau minta surat rumah dulu sama ibu." Nania bangkit dan hampir keluar dari kamar.

"Jangan sekarang!" Namun Nenek menahannya.

"Kenapa?"

"Ibumu sedang marah dan ada Sandi juga suaminya di sana. Kamu akan menghadapi mereka, dan itu berbahaya. Jadi tunggu saja besok atau kalau mereka tidak ada."

"Tapi …."

"Besok, Nak. Nenek khawatir Sandi akan bertindak lebih keras kepadamu."

Nania terdiam.

"Nurut kepada Nenek ya? Jangan sekarang." ucap perempuan tua itu yang menarik cucunya kembali.

💖

💖

💖

Bersambung ...

hadeh .... sampai kapan gitu terus?😔

Terpopuler

Comments

Hearty 💕

Hearty 💕

Nggak yamin masih ada surat rumahnya

2023-11-02

1

Wita Dewi

Wita Dewi

sedih bin kesel. izin masukin aku laaaaaah mak fit. aku mau jadi sahabatnya nania

2023-03-20

2

Ari Wardani

Ari Wardani

hadeh kak fit aja yng nulis.. nulis Hadeh jg 😂😂😂😂😂

2023-03-16

1

lihat semua
Episodes
1 Daryl Dan Darren
2 Models
3 Kehilangan
4 Perbedaan
5 Rencana Darren
6 Nania
7 Tugas
8 Rumah
9 Ibu
10 Perasaan
11 Keluarga
12 Rumah 2
13 Status
14 Niat Nania
15 Rencana Nania
16 Menentukan Sikap
17 Rencana Berikutnya
18 Kabur
19 Nania
20 Penjaga
21 Orang Tua
22 Malam Minggunya Daryl
23 Pekerjaan Di Hari Minggu
24 Nenek
25 Amara's Love
26 Cinta Di Amara's Love
27 Berdiskusi
28 Obrolan Keluarga
29 Fia'a Secret
30 Hal Serius
31 Cerita Cinta
32 Pemotretan
33 Party
34 Nania
35 Rumah Besar
36 Pembalasan
37 Ulat VS Naga
38 Daryl Dan Nania
39 Penangkapan Daryl
40 The Untold
41 Bapak-bapak
42 Rencana Daryl
43 Offiacialy
44 Calon Istri
45 Kejahilan Daryl
46 The Opposite
47 Si Pemaksa
48 Balada Bule Dan Anak SMP
49 Drama Cuci Mobil
50 Antisipasi
51 Eragon Fruit
52 Pasar Part 2
53 Pesta
54 Rumah
55 Hari Pernikahan
56 Pengantin
57 Malam Pernikahan
58 Suami Istri
59 Kebiasaan
60 Bekerja
61 Percakapan Tak Biasa
62 Fia's Secret #2
63 Penyerahan Diri
64 Feeling Good
65 Sakit
66 Nyamuk Raksasa
67 Pulang Bekerja
68 Permintaan Nania
69 Permintaan Nania #2
70 Sekolah
71 Banyak Rencana
72 Sekolah #2
73 Perbandingan
74 Mandi
75 Nania Dan Petualangannya
76 Zurich
77 Konser
78 Glacier Express
79 The Mansion
80 Percakapan Di Sore Hari
81 Bikini Dan Kolam Air Panas
82 Keinginan Nania
83 Happy
84 Moscow
85 Demam
86 Persiapan Sekolah
87 Persiapan #2
88 Hari Pertama
89 Soal Anak
90 Pergumulan Di Sore Hari
91 Rutinitas Pagi
92 Rumah Baru
93 Kesepian
94 Istri Dan Sugar Baby
95 Gara-gara Milktea Dan Kaktus
96 Kekangan
97 Tidur
98 Kabar Baik
99 Tahanan
100 Ibu Mertua
101 Rumah Sendiri
102 Rumah Impian
103 Kenangan
104 Mampir
105 Menu Spesial
106 Baju Dari Mama
107 Gosip
108 PR
109 Gosip #2
110 Toilet Sekolah
111 Urusan
112 Daryl
113 Kebahagiaan Nania
114 Jalan-jalan
115 Asmara Di Puncak Gedung
116 Si Pendendam
117 Dragon Fruit VS Eragon Fruit
118 Pengaruh
119 Rumah Baru #2
120 Menginap
121 Masalah Kehamilan
122 Bertemu Ibu
123 Gara-gara Kaktus #2
124 Tentang Grusha
125 Pasangan Kasmaran
126 Sepi
127 Kencan Semalaman
128 Di Persinggahan
129 Sebuah Percakapan
130 Kunjungan Ke Makam
131 Konsultasi
132 Alat Tes Kehamilan
133 Kunjungan Mirna
134 Terapi Sesi Pertama
135 Soal Makanan
136 Soal Makanan #2
137 Acara Menginap
138 Dua Remaja
139 Ayah Dan Anaknya
140 Bisnis Dan Tumah Tangga
141 Kesempatan
142 Some Happiness
143 Bisnis Keluarga
144 Models #2
145 Seragam
146 Lucu
147 Cherrish
148 Wangi Dan Bau
149 Bau Part 2
150 Gejala
151 Launching And Opening
152 Kehamilan
153 Keramaian Di Pagi Hari
154 Sabun Bayi
155 Wangi Bayi
156 Antara Dongeng, Minyak Telon Dan Seorang Bayi
157 Cerita Kehamilan
158 Balada Minyak Telon
159 Morning Sickness Dan Gejala Ibu Hamil
160 Keinginan Nania
161 Nania Dan Keinginannya
162 Ide
163 Perkembangan
164 Donasi
165 Rumah Baca Nania
166 Terapi #2
167 Rumah Baca Nania #2
168 Malam Minggunya Ann
169 Sebuah Hubungan
170 Seorang Ibu
171 Ibu #2
172 Terapi #3
173 Keluarga
174 Kemesraan Dan Salah Paham
175 Circle
176 Keadaan
177 Sabtu Pagi
178 Percakapan Dua Perempuan
179 Sebuah Ajakan
180 Satpam
181 Hidup Nania
182 Perasaan Nania
183 Baby's Good?
184 Setelah Hujan
185 Ibu #3
186 Pengalihan Perhatian
187 Dua Rumah
188 Cerita Akhir Pekan
189 Cerita Akhir Pekan #2
190 Tugas
191 Sebuah Keributan
192 Menjemput Ibu
193 Soal Rumah
194 Jeda
195 Cek Up
196 Dua Kehidupan
197 Mau Ketemu Baby?
198 Pamitan Dan Pengikat Ingatan
199 Jimat Dari Nania
200 Gejala Aneh
201 Penyamaran
202 Ibu Dan Anak
203 Sebuah Nyawa
204 Nyawa dan Perasaan
205 Hati Seorang Ibu
206 Perasaan Daryl
207 Kesedihan Nania
208 Emosi
209 Keadaan
210 Keadaan #2
211 Suasana Berbeda
212 Suasana Berbeda #2
213 Pengaduan
214 Keadaan Nania
215 Kondisi
216 Keluar Rumah
217 Sunny
218 Surat Dari Ibu
219 Rumah Besar
220 Ceramah Dygta
221 Something Inside
222 Klinik
223 Klinik #2
224 Pemulihan
225 Permintaan Izin
226 Rekreasi
227 Dua Keadaan
228 Perbincangan Keluarga
229 Waktu Dan Kompromi
230 Pulang ( The Ending )
Episodes

Updated 230 Episodes

1
Daryl Dan Darren
2
Models
3
Kehilangan
4
Perbedaan
5
Rencana Darren
6
Nania
7
Tugas
8
Rumah
9
Ibu
10
Perasaan
11
Keluarga
12
Rumah 2
13
Status
14
Niat Nania
15
Rencana Nania
16
Menentukan Sikap
17
Rencana Berikutnya
18
Kabur
19
Nania
20
Penjaga
21
Orang Tua
22
Malam Minggunya Daryl
23
Pekerjaan Di Hari Minggu
24
Nenek
25
Amara's Love
26
Cinta Di Amara's Love
27
Berdiskusi
28
Obrolan Keluarga
29
Fia'a Secret
30
Hal Serius
31
Cerita Cinta
32
Pemotretan
33
Party
34
Nania
35
Rumah Besar
36
Pembalasan
37
Ulat VS Naga
38
Daryl Dan Nania
39
Penangkapan Daryl
40
The Untold
41
Bapak-bapak
42
Rencana Daryl
43
Offiacialy
44
Calon Istri
45
Kejahilan Daryl
46
The Opposite
47
Si Pemaksa
48
Balada Bule Dan Anak SMP
49
Drama Cuci Mobil
50
Antisipasi
51
Eragon Fruit
52
Pasar Part 2
53
Pesta
54
Rumah
55
Hari Pernikahan
56
Pengantin
57
Malam Pernikahan
58
Suami Istri
59
Kebiasaan
60
Bekerja
61
Percakapan Tak Biasa
62
Fia's Secret #2
63
Penyerahan Diri
64
Feeling Good
65
Sakit
66
Nyamuk Raksasa
67
Pulang Bekerja
68
Permintaan Nania
69
Permintaan Nania #2
70
Sekolah
71
Banyak Rencana
72
Sekolah #2
73
Perbandingan
74
Mandi
75
Nania Dan Petualangannya
76
Zurich
77
Konser
78
Glacier Express
79
The Mansion
80
Percakapan Di Sore Hari
81
Bikini Dan Kolam Air Panas
82
Keinginan Nania
83
Happy
84
Moscow
85
Demam
86
Persiapan Sekolah
87
Persiapan #2
88
Hari Pertama
89
Soal Anak
90
Pergumulan Di Sore Hari
91
Rutinitas Pagi
92
Rumah Baru
93
Kesepian
94
Istri Dan Sugar Baby
95
Gara-gara Milktea Dan Kaktus
96
Kekangan
97
Tidur
98
Kabar Baik
99
Tahanan
100
Ibu Mertua
101
Rumah Sendiri
102
Rumah Impian
103
Kenangan
104
Mampir
105
Menu Spesial
106
Baju Dari Mama
107
Gosip
108
PR
109
Gosip #2
110
Toilet Sekolah
111
Urusan
112
Daryl
113
Kebahagiaan Nania
114
Jalan-jalan
115
Asmara Di Puncak Gedung
116
Si Pendendam
117
Dragon Fruit VS Eragon Fruit
118
Pengaruh
119
Rumah Baru #2
120
Menginap
121
Masalah Kehamilan
122
Bertemu Ibu
123
Gara-gara Kaktus #2
124
Tentang Grusha
125
Pasangan Kasmaran
126
Sepi
127
Kencan Semalaman
128
Di Persinggahan
129
Sebuah Percakapan
130
Kunjungan Ke Makam
131
Konsultasi
132
Alat Tes Kehamilan
133
Kunjungan Mirna
134
Terapi Sesi Pertama
135
Soal Makanan
136
Soal Makanan #2
137
Acara Menginap
138
Dua Remaja
139
Ayah Dan Anaknya
140
Bisnis Dan Tumah Tangga
141
Kesempatan
142
Some Happiness
143
Bisnis Keluarga
144
Models #2
145
Seragam
146
Lucu
147
Cherrish
148
Wangi Dan Bau
149
Bau Part 2
150
Gejala
151
Launching And Opening
152
Kehamilan
153
Keramaian Di Pagi Hari
154
Sabun Bayi
155
Wangi Bayi
156
Antara Dongeng, Minyak Telon Dan Seorang Bayi
157
Cerita Kehamilan
158
Balada Minyak Telon
159
Morning Sickness Dan Gejala Ibu Hamil
160
Keinginan Nania
161
Nania Dan Keinginannya
162
Ide
163
Perkembangan
164
Donasi
165
Rumah Baca Nania
166
Terapi #2
167
Rumah Baca Nania #2
168
Malam Minggunya Ann
169
Sebuah Hubungan
170
Seorang Ibu
171
Ibu #2
172
Terapi #3
173
Keluarga
174
Kemesraan Dan Salah Paham
175
Circle
176
Keadaan
177
Sabtu Pagi
178
Percakapan Dua Perempuan
179
Sebuah Ajakan
180
Satpam
181
Hidup Nania
182
Perasaan Nania
183
Baby's Good?
184
Setelah Hujan
185
Ibu #3
186
Pengalihan Perhatian
187
Dua Rumah
188
Cerita Akhir Pekan
189
Cerita Akhir Pekan #2
190
Tugas
191
Sebuah Keributan
192
Menjemput Ibu
193
Soal Rumah
194
Jeda
195
Cek Up
196
Dua Kehidupan
197
Mau Ketemu Baby?
198
Pamitan Dan Pengikat Ingatan
199
Jimat Dari Nania
200
Gejala Aneh
201
Penyamaran
202
Ibu Dan Anak
203
Sebuah Nyawa
204
Nyawa dan Perasaan
205
Hati Seorang Ibu
206
Perasaan Daryl
207
Kesedihan Nania
208
Emosi
209
Keadaan
210
Keadaan #2
211
Suasana Berbeda
212
Suasana Berbeda #2
213
Pengaduan
214
Keadaan Nania
215
Kondisi
216
Keluar Rumah
217
Sunny
218
Surat Dari Ibu
219
Rumah Besar
220
Ceramah Dygta
221
Something Inside
222
Klinik
223
Klinik #2
224
Pemulihan
225
Permintaan Izin
226
Rekreasi
227
Dua Keadaan
228
Perbincangan Keluarga
229
Waktu Dan Kompromi
230
Pulang ( The Ending )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!