💖
💖
"Dari mana saja kamu?" Mirna berdiri di teras dengan tangan bersedekap saat Nania baru saja tiba.
"Nia kan kerja, Bu." jawab gadis itu, terbata.
"Memangnya bosmu memperkerjakanmu sampai jam berapa? Sudah selarut ini baru pulang."
"Baru jam sembilan, Bu."
"Baru katamu? Ini sudah malam. Apa dia tidak tahu kalau kamu ini perempuan?"
"Biasa seperti itu Bu, jadi …."
"Biasa? Apa biasa juga bagimu kalau pulang malam?"
"Kadang kalau Sabtu-Minggu ya pulang malam, soalnya pengunjung lebih banyak dan lagi …."
"Bohong Bu!" Suara Sandi terdengar di belakang, membuat ibu dan putrinya itu menoleh.
"Sandi tadi lihat dia di pinggir jalan sama om-om."
"Apa?"
"Pakai mobil mewah." Sandi melenggang ke dalam rumah.
"Umm … itu …."
PLAAKK!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nania, membuat gadis bertubuh mungil itu terhuyung ke samping.
"Mau jadi apa kamu?" Mirna membungkuk kemudian menarik rambut anak gadisnya dengan keras.
"Mau jual diri? Mau jadi pel*cur?" Lalu dia mengguncangkannya.
"Nggak Bu, itu cuma Pak Daryl." Nania menjawab.
Kepalanya masih berdenging efek pukulan sang ibu, ditambah dia menjambak rambutnya dengan keras.
"Kamu bahkan sudah tahu namanya? Sudah kenal? Sudah lama kamu menjual diri?" jambakan Mirna di rambut Nania menjadi semakin keras.
"Nggak Bu, sumpah! Dia saudaranya bos aku, jadi …."
"Hebat ya kamu? Sudah bisa menggoda laki-laki? Saudara bos lagi? Memangnya apa yang dia lihat darimu?" Mirna mencengkeram dagu putrinya.
Nania menggelengkan kepala, dan dia hampir menangis.
"Anak jelek, bodoh, dan tidak berguna!" hardiknya kepada Nania.
"Beruntung ayahmu mati sehingga dia tidak melihat putrinya yang seperti ini!"
"Ampun Bu, ini nggak seperti yang ibu pikir." Gadis itu membela diri.
"Apa ada pel*cur yang mengaku terang-terangan? Memangnya kamu pikir ibu tidak tahu? Anak-anak seumuranmu memang suka begitu. "
Nania menggelengkan kepala.
"Pantas ayahmu penyakitan dan mati muda, ini karena memiliki anak sepertimu!"
"Mirna!!" Sang nenek keluar dari dalam rumah bersamaan dengan Mirna yang menghempaskan cengkramannya dari Nania.
"Nania baru saja pulang kerja, kenapa kamu perlakukan hal seperti itu?" Perempuan tua itu memeluknya.
"Ah, ibu tidak tahu apa-apa!" Mirna pun masuk ke dalam rumah. Dia terdengar menuju ke kamarnya lalu membanting pintu dengan keras.
***
"Nia ini anak kandungnya ibu bukan sih? Perasaan dari dulu sikapnya beda. Nggak kayak sama Bang Sandi." Nania membaringkan tubuhnya diatas kasur lepek milik sang nenek.
"Maafkan ibumu, Nak. Dia sedang marah." Perempuan tua itu memberikan handuk dingin untuk mengompres wajah Nania yang memerah bekas tamparan ibunya.
"Nia nggak salah, Nek. Tahu-tahu ibu begitu." Gadis itu merebahkan kepala di pangkuan sang nenek.
"Ayah tirimu kalah judi, uang yang ada di tasnya diambil semua."
"Apa?" Nania bangkit.
"Tadi siang mereka bertengkar, jadi ibumu marah-marah."
"Dari mana ibu punya uang?"
"Entahlah. Tapi semuanya diambil untuk judi. Kalah, ya habis."
"Jangan-jangan itu uang takziahnya ayah, Nek?"
"Benarkah?"
"Ya, waktu ibu datang ngajak Nia pergi kan beresin uang takziah di rumah."
"Ya Tuhan! Ibu mengambil uangmu, Nak?"
"Bukan uang Nia, itu uang takziahnya ayah."
"Ayahmu sudah meninggal, jadi apa pun yang dimilikinya, berarti milikmu juga."
Nania terdiam.
"Semua uang dia ambil?"
Gadis itu menganggukkan kepala.
"Astaga! Lalu rumahmu bagaimana kalau kamu tinggalkan?" Nenek kemudian bertanya.
"Mau dijual."
"Dijual? Jangan! Itu untuk masa depanmu nanti."
"Tapi ibu bilang begitu kemarin. Di depannya aja udah dipasang tulisan dijual."
"Dan kamu setuju?"
Nania menggeleng pelan.
"Lalu kenapa tidak kamu larang?"
"Nia nggak bisa, Nek."
"Kenapa tidak bisa? Apa ibu mengancammu?"
Nania menggeleng lagi
"Lalu kenapa kamu membiarkan ibumu begitu?"
"Nia nggak tahu, Nek."
"Kalau ibumu sudah berkata begitu, dia pasti tidak akan bisa dihalangi. Oh, sayang sekali kamu harus seperti ini, Nak!" Nenek kemudian memeluknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mirna merentangkan kakinya ketika Nania hampir melewatinya. Membuat gadis itu menghentikan langkah.
"Nia mau berangkat kerja, Bu."
"Uang." Perempuan itu menengadahkan tangannya.
"Umm … kemarin kamu sudah gajian kan?" Dia mendongak ke arah putrinya.
"I-iya, tapi …."
"Ibu harus bayar listrik, air dan segala macam. Sudah satu minggu juga kamu di sini tapi belum memberi ibu uang sepeser pun."
"Kan uang takziahnya ayah ibu ambil semua, jadi …."
"Kamu pikir biaya hidup itu murah? Kamu pikir listrik dan air gratis? Beras juga tidak harus dibeli?" Mirna meninggikan suaranya, membuat Nania sedikit tersentak.
Ini bukan pertama kalinya sang ibu berbuat begitu, namun masih saja membuatnya tak bisa berkutik.
"Cepat berikan ibu uang!" Lalu dia bangkit.
Nania membuka tas selempang kemudian merogoh sesuatu dari dalam sana. Sebuah amplop yang masih tertutup rapat karena semalam dia belum sempat membukanya.
"Kamu lama!" Namun Mirna merebutnya dengan kasar.
"Jangan semua, Bu!" Putrinya bereaksi.
"Berapa mereka menggajimu dengan jam kerja hingga larut malam seperti itu?" Dia merobek amplop kemudian mengeluarkan isinya.
"Nia mau simpan sebagian, Bu." Nania berusaha mengambilnya kembali, namun sang ibu menjauhkan lembaran uang tersebut.
"Lebih baik ibu yang simpan!"
"Tapi Bu?"
"Kamu tidak dengar? Biar ibu yang simpan. Nanti kamu habiskan untuk hal tidak berguna lagi? Lagi pula sudah kewajiban kamu memberi ibu uang. Gajimu yang segini bahkan tidak akan bisa membalas jasa ibu karena telah melahirkanmu. Bahkan sampai selamanya."
Nania bungkam.
"Sana pergi bekerja!"
Nania melenggang ke arah pintu. Namun kemudian dia kembali ke hadapan ibunya.
"Apa lagi?" Mirna yang sedang menghitung uang pun bereaksi.
"Nia butuh ongkos."
"Masa untuk ongkos saja kamu tidak punya?"
"Cuma ada lima ribu." Gadis itu mengeluarkan selembar uang berwarna coklat dari saku jeansnya.
"Kerja di kafe itu biasanya dapat tip. Masa kamu tidak? Kafe apa itu?"
"Ini juga uang tip. Sebagian Nia pakai untuk bayar ojek online semalam."
"Ah, alasan saja kamu! Dasar boros!"
Nania kembali terdiam.
"Ini, jangan minta lagi. Kebutuhan kita banyak!" Perempuan itu menyodorkan selembar uang pecahan 20.000.
Nania menatapnya untuk beberapa saat.
"Ini ambil!" Sang ibu mengibas-ngibaskan uang kertas tersebut.
"Nggak cukup Bu. Itu untuk ongkos sekali jalan aja. Terus nanti sore Nia gimana pulangnya?" Takut-takut Nania berbicara.
"Itu bukan urusan ibu. Kamu kan kerja?"
"Kerja juga butuh ongkos, Bu."
"Lama-lama kamu ngelunjak ya sama ibu? Kamu kan masih muda, seharusnya bisa memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang lebih."
"Tapi Bu?"
"Tidak mau uangnya? Ya sudah kalau tidak mau!" Mirna hampir kembali memasukkan uang tersebut ke dalam saku celananya.
"I-iya Bu, iya." Namun Nania segera menyambarnya. Setelah itu, kemudian dia pergi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kamu masak apa?" Dia tiba di Amara's Love saat teman-temannya sudah bersiap-siap membuka kedai.
"Biasa lah. Kamu kok tumben datang siang? Macet ya?" Nindy meletakkan lap meja di rak penyimpanan.
"Eee … iya, maaf. Aku belum terbiasa dengan tempat tinggal yang sekarang. Berasa masih tinggal di rumah ayah."
Tiga rekannya saling pandang.
"Kenapa sih kamu nggak tetap tinggal aja di sana? Malah ikut ibu kamu lagi? Begini kan jadinya."
Nania tak menjawab.
"Masalahnya ke sana lebih jauh kan? Kamu pulang jadinya lebih malam?" Ardi berujar.
"Iya sih."
"Kalau di rumah yang dulu kan kita bisa pulang bareng." ucap pemuda itu.
"Hmm … nggak apa-apalah, Di. Kan akunya sama ibu sekarang."
"Tetep aja kan?"
"Umm … eh, tadi kalian masak apa sih, sampai kecium keluar wanginya? Kayaknya enak." Nania mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya biasa."
"Biasa tapi masakanmu enak, Di. Aku boleh nyoba ya?" Gadis itu mengambil piring dari rak.
"Memangnya yang setiap hari kamu makan masakan siapa?"
Nania tertawa.
"Sana, makan yang banyak. Siapa tahu hari ini tamu kita banyak lagi? Kamu perlu tenaga."
"Siap kapten!"
💖
💖
💖
Bersambung ....
Kalau ingat Nania tuh suka pengen nangis. Berat bener hidupnya. 😔😟
Kuat, Nania. Kamu pasti kuat☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Theya Na RafKey
kenapa haus ikut ibunya sih Nania .tinggal sendria aj..kesel ih
2023-11-10
1
Dwisur
sediiih aku mah
2023-08-05
1
YuWie
kelebihan nania apa..kok dijodohkan ma daryl...
2023-07-09
0