The Sweetest Feeling
💖
💖
Daryl menekan pinggulnya begitu dalam kala pelepasan menghantam kesadarannya, dengan kedua mata terpejam begitu erat dan wajah terdongak ke atas. Dan tubuh sintal di bawahnya mengejang hebat saat dia juga mengalami hal sama.
Pria itu melepaskan pertautan tubuh mereka, kemudian menarik lepas pengaman dari alat tempurnya yang sudah memuntahkan sari pati dari tubuhnya. Lalu melemparkannya ke tong sampah di bawah tempat tidur.
Dengan langkah gontai dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Membiarkan partner bercintanya beristirahat setelah pergumulan panas mereka beberapa saat yang lalu.
"Kamu mau pulang, Baby?" Sepasang tangan merayap di pinggangnya saat pria itu duduk di pinggir tempat tidur mengusak rambut basahnya setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi.
"Hmm …." Daryl menjawab dengan gumaman.
"Sudah lewat tengah malam." Bella menyandarkan wajahnya pada punggung kokoh pria itu.
"Tidak peduli subuh sekalipun aku tetap harus pulang, Baby." Daryl menjawab.
"Begitu?"
"Yeah."
"Why? Mamamu akan mencari jika kamu tidak pulang?" Bella terkekeh.
Daryl tak menjawab.
"Apa aku benar?" Perempuan itu tertawa. Membayangkan jika pria yang tengah dia peluk, yang merupakan putra pemilik kantor majalah fashion terkenal itu sangat takut kepada ibunya.
"Kamu ini sudah dewasa, tidak pulang selama satu atau dua malam saja tidak akan membuat duniamu kacau." Bella berujar.
Daryl melepaskan tangan perempuan itu dari tubuhnya kemudian bangkit. Lalu dia mengenakan pakaiannya dengan cepat.
"Sial!" ucapnya saat dia gagal mengacingkan kemejanya.
"Why?"
"A-aku …."
"Kamu benar-benar mau pulang ya?" Bella mendekat.
"Apa ibumu sangat galak sehingga kamu sangat patuh kepadanya?" ucap model itu yang membantu mengancingkan kemejanya.
"Tidak, dia sangat baik."
"Hmm … tapi kamu patuh sekali? Setiap kali datang kemari tidak pernah sekalipun menginap? Atau Pak Nikolai sangat kejam kepadamu, sehingga kamu seperti ini, hum?" Perempuan itu mengusap dadanya.
"None of your bussines, lady! (bukan urusanmu)." Daryl bergumam.
"Apa katamu?"
"Ini terakhir kalinya kau membahas soal keluargaku. Tidak ada satupun dari mereka yang menjadi urusanmu."
Bella terdiam.
"Kau sudah kuperingatkan." Daryl meremat dagunya dengan keras.
Dia meraih jasnya yang tersampir di ujung ranjang kemudian melenggang ke arah pintu.
"Hmm … anak Mama!" gumam Bella sambil bersedekap, namun membuat Daryl menghentikan langkahnya, kemudian berbalik.
"Kau tahu, Baby? Aku bisa saja memutus kontrak secara sepihak dan mendepakmu dari Fia's Secret jika aku mau. Tapi Mamaku tidak akan senang dengan hal itu karena kau masih menjadi model andalannya. Tapi itu akan berubah jika kau berulah. Dan aku tidak suka dengan ucapanmu." katanya, lalu dia segera keluar, sementara Bella tertegun dengan wajah memucat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Darren masuk ke dalam kamar saudara kembarnya yang masih temaram. Waktu sudah menunjukkan hampir jam delapan pagi namun pria yang lahir lima menit lebih dulu darinya belum juga bangun.
"Kau belum mau bangun Der?" Dia menghampirinya.
"Der?" Darren duduk di pinggir tempat tidur seraya menyingkap selimut yang menutupi tubuh sang kakak.
"Dary! Bangunlah!"
"Pergilah, suka!"
"Waktunya bekerja, Der!"
"Aku tidak mau bekerja!" Pria itu berteriak.
"Terserah, tapi katakan itu kepada Mama agar dia mencari orang untuk menggantikanmu!" ujar Darren, dan hal itu membuat mata Daryl terbuka seketika.
"Kau pasti pulang pagi lagi ya?" tanya sang adik yang bangkit dari duduknya.
"Tidak, aku sampai jam dua tadi …."
"Ck! Sama saja!" Darren memutar bola matanya. "Cepat sana mandi, waktuku tidak banyak hari ini." ucapnya, dan Daryl menurut tanpa bantahan.
Dia keluar setelah beberapa menit dan menemukan sang adik masih berada di sana.
"Lambat sekali kau ini?" ucap Darren seraya melemparkan pakaian milik sang kakak yang kemudian dikenakannya dengan cepat.
Daryl tertegun saat mengenakan kemejanya. Dia menatap sisi kiri dan kanan dengan dahi berkerut.
"Kenapa kau malah memberiku kemeja? Kau tahu aku tidak bisa memakainya?"
Darren merangsek ke hadapan sang kakak.
"Kau lupa yang setiap hari aku ajarkan?" Dia menautkan kancing kemejanya satu per satu hingga semuanya terpasang dengan benar.
Daryl tak menyahut. Dia membiarkan sang adik mendandaninya seperti yang biasa dia lakukan sejak mereka kecil.
Menautkan kancing kemeja, lalu menyisir rambutnya yang berwarna sedikit kecoklatan.
"Lalu siapa yang akan mengurusmu nanti kalau aku menikah?" Darren bergumam.
Daryl menatap pantulan mereka di cermin.
"Masa pagi-pagi aku mengurusmu dulu sebelum istriku?" ucap Daryl lagi, lalu mereka tertawa.
"Kau serius akan menikah sekarang, Ren?" Daryl bertanya.
"Sekarang ataupun nanti pasti akan terjadi, bukan?" jawab Darren yang memastikan keadaan kakaknya sudah rapi.
"Dan kau akan meninggalkan aku?" Daryl berbalik sehingga mereka berhadapan.
Saudara kembar identik yang memiliki segalanya yang sama persis. Mewarisi darah campuran Eropa Timur dan Jawa Barat yang menghasilkan rupa eksotis.
Berambut coklat gelap, berwajah Kaukasia dengan mata bulat, alis tebal dan hidung mancung. Jangan lupakan juga dengan bibir merah dan rahang tegasnya yang membuat mereka begitu mempesona.
Daryl Stanislav Nikolai dengan iris mata kelam warisan sang ayah, Satria Nikolai. Sementara Darren Volodya Nikolai memiliki mata coklat seperti ibunya, Sofia Anna.
"Kita tidak bisa terus seperti ini selamanya. Aku harus membangun keluargaku sendiri dan meneruskan keturunan keluarga kita, dan kau juga." Darren mengangkat sehelai dasi berwarna coklat untuk kakaknya.
"Kau tahu aku tidak suka memakai dasi. Bahkan kemeja ini membuatku merasa tersiksa." Daryl menolak apa yang akan adiknya lakukan.
"Hanya agar kau terlihat rapi, Der." ucap Darren sambil tertawa.
"Aku tidak suka terlihat rapi. Aku ingin terlihat santai."
Darren memutar bola matanya.
"Lagi pula, aku bekerja di Fia's Secret. Tidak di Nikolai Grup sepertimu." lanjut Daryl yang duduk di sofa bermaksud mengenakan kaus kaki dan sepatunya.
"Ah sial!! Kenapa juga aku memilih sepatu ini!" Pria itu menggerutu.
Dia menarik kedua ujung tali sepatu dan mencoba mengikatnya seperti yang Darren lakukan. Tapi, alih-alih berhasil Daryl malah memutar-mutarnya tak karuan.
"Ublyudok, chert voz'mi! (dasar, benda breng*ek sialan!" Daryl menendang benda tersebut hingga terpelanting ke depan.
"Der?"
"Mengapa mereka menciptakan benda bertali sialan semacam itu! Menyulitkanku saja!" katanya dengan kesal.
Namun Darren segera memungut sepatu milik sang kakak yang kemudian dia bawa dan lagi-lagi membantu mengenakannya.
"Sepertinya kau butuh pengasuh lagi, Der." Darren tertawa.
"Sialan kau ini?"
"Aku serius. Mungkin kita harus menyuruh Bu Lily mencarikan pengasuh lagi untukmu?"
"Jangan mengada-ada!"
"Agar ada yang mengurusmu." Darren mengikatkan tali sepatunya sehingga penampilan sang kakak sekarang benar-benar rapi.
"Kau sudah siap dan tampan seperti aku!" ucapnya dengan girang.
"Sekarang ayo kita ke bawah? Mama dan Papi pasti sudah menunggu." Lalu dia menariknya keluar dari kamar.
***
"Bagaimana pekerjaanmu, Nak? Apa ada masalah?" Satria memulai percakapan pada sarapan pagi mereka.
"Semuanya baik Pih, lancar." Darren menjawab.
"Daryl?" Pria itu beralih kepada putra keduanya.
"Sama Pih. Hanya saja aku lebih santai." Daryl tertawa.
"Lebih enak kerja di Fia's Secret kan dari pada di N.G?" Sofia menimpali.
"Mama benar." Sang anak menjawab lalu dia menyesap kopi hitamnya.
"Tentu saja, disana banyak hiburan. Tidak seperti di N.G, yang terlihat hanya gedung, komputer dan dokumen." ucap Satria seraya mengunyah makanannya.
Daryl terdiam.
"Tidak apa, hiburan juga perlu. Agar hidup terasa menyenangkan bukan?" Sang ayah tersenyum.
"Asal tidak merugikan diri sendiri dan orang lain."
"Mmm … ehm." Daryl berdeham. Dia tahu maksud dari kalimat yang dilontarkan oleh sang ayah.
"Oh iya, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Kirana?" Sofia mengalihkan topik pembicaraan.
"Hubungan apa?" Darren terkekeh dan tiba-tiba saja kedua pipinya merona.
"Apa sudah ada kemajuan? Kalian sudah resmi berhubungan?" Sang ibu dengan antusiasnya.
"Tidak Mom, belum ke tahap itu, dan masih jauh."
"Kenapa? Apa dia tidak menyukaimu?"
"Umm … aku tidak tahu."
"Maka cari tahulah! Sebagai laki-laki kamu harus punya inisiatif, tidak boleh pasif agar tahu harus mengambil tindakan apa." Pelajaran keberanian dimulai oleh Sofia pada pagi itu.
"Astaga! Dia dokter spesialis Mom." tukas Darren sambil menyesap latte nya.
"Lalu kenapa? kamu juga S2 manajemen bisnis dari Lomonosov."
Sang putra terdiam.
"Beranilah Nak! Kamu ini seorang Nikolai. Apa pun tidak boleh menghentikanmu."
"Tapi dia seumuran Kak Dim."
"Lalu? Apa masalahnya? Umur Papi dan Mama juga berbeda. Kakakmu dan Om Arfan apa lagi."
"Tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Majulah selagi kamu bisa!" Sang ibu menyemangati.
"Umm … aku … duluan ya, hari ini ada pemotretan untuk produk gaun, Mama ingat? Dan aku harus hadir untuk memastikan semuanya berjalan lancar." Daryl bangkit dari kursi setelah menghabiskan kopinya.
"Apa Mama perlu datang juga?" Sofia merespon ketika sang putra memeluknya.
"Tidak usah. Aku juga bisa." jawab Daryl yang kemudian mencium tangan sang ayah.
"Pergi dulu Mom, Pih." katanya, sambil menepuk bahu saudara kembarnya. Kemudian dia pergi.
💖
💖
💖
Bersambung ....
Hai, apakah kalian siap untuk petualangan selanjutnya?
Jangan lupa klik love, like, komen sama kirim gift atau votenya untuk novel ini.
Enjoy 😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
mama kennand
siap mak fit 😅😅😅....baru mampir nih ☺️☺️☺️
2023-07-20
2
Yanthi
sumpah baru tau klo ada cerita adik2 dr dygta, apa akan seseru kisah dygta dn om arfan 🤩🤩
2023-06-26
1
fieth92
tp buka baju pinter yaaaa🤣🤣🤣
2023-06-25
2