"Suaramu terdengar pecah. Apa tenggorokanmu sakit?"
Yuveria langsung memegang lehernya dan batuk-batuk paksa. "Tidak, Yuje-nii."
"Coba ulangi."
Adiknya kembali mencoba lirik lagu bernada tinggi, namun lagi-lagi terdengar tidak senyaman biasanya. Dia berusaha berulang kali, frustrasi karena tidak bisa sampai dia menjatuhkan diri di atas halaman rumah dan cemberut.
"Apa yang kamu pikirkan?" Yujerian datang membawa teh hangat untuk adiknya.
Membantu dia minum karena terlalu jengkel sampai tidak mau memegang gelas.
"Atau kamu memikirkan Chichi-ue lagi?"
Yuveria menunduk lesu. "Memangnya Yuje-nii tidak memikirkan Chichi-ue? Haha-ue tiba-tiba menyinggungnya. Bukankah itu kesempatan kita bertanya?"
"Yuve, ingin tahu tentang Chichi-ue dan penasaran itu berbeda dengan melukai Haha-ue."
"Aku ingin tahu."
"Aku berjanji akan mencari tahu sebisaku."
Adiknya masih lesu. "Jika Chichi-ue benar-benar orang buruk, aku akan memukulinya sampai dia mati."
"Aku akan mengajarimu caranya jadi sekarang tenanglah dulu."
Yuveria menenggelamkan diri dalam pelukan Yujerian. Sang kakak menepuk-nepuk punggung adiknya, mencium pelipis Yuveria sebelum mengajaknya berdiri.
Daripada dia termenung dan murung begitu, lebih baik Yujerian mengajaknya jalan-jalan.
Berhubungan ia mengantongi banyak uang dari hasil tanding catur kemarin, Yujerian mengajaknya pergi ke toko membeli camilan.
Adiknya masih berusaha bersenandung sepanjang jalan. Meski terdengar ada kesal di sana, dia menciptakan nyanyian ringan yang nyaman didengar.
Sesekali terselip lirik dia benci Ayah tapi dia rindu, jadi kalau dia muncul maka Yuveria akan mencekik lehernya.
Yujerian hanya tertawa mendengar sang adik menghibur diri.
"Yuje-nii, aku ingin camilan rasa cumi yang besar! Aku ingin makan semuanya sendiri!"
"Berdua, bagaimana?"
"Baiklah. Berdua."
Yujerian membeli satu toples camilan rasa cumi yang gurih, lalu duduk di depan toko menikmatinya berdua.
Yuveria sempat turun memasukkan koin ke dalam mesin minuman. Berjinjit susah payah untuk menekan minuman hangat kesukaannya, lalu kembali dengan rasa bangga bisa membeli sendiri.
Tadinya mereka cuma asik makan camilam ketika tiba-tiba melihat Hinatsuru bersama Gamabunta—panggilan seorang anak bertubuh gemuk yang dimulai dari mulut Yuveria—tampak berjalan dengan pria asing.
"Yuje-nii."
Yujerian menutup toples camilan mereka. Menyerahkannya pada Yuveria sebelum menarik gadis itu ikut dengannya.
Wajah pria yang datang itu asing. Keduanya tahu betul jarang ada orang asing datang ke pulau ini, apalagi tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Diikuti pria asing itu, yang nampaknya terlalu akrab dengan Hinatsuru dan Gamabunta.
"Yuje-nii, bukankah rumah Hinatsuru mengarah ke sana?" Yuveria menunjuk sebuah arah yang memang merupakan rumah Hinatsuru juga rumah kepala desa, Kitamura. "Kenapa mereka mengarah ke sana?"
Itu ... arah rumah mereka.
"Ayo." Yujerian menarik tangan adiknya ke arah lain, jalan pintas menuju rumah mereka.
Sambil keduanya masing-masing bersembunyi di balik pagar, mereka mendengar apa yang pria itu katakan.
"Benarkah di sini rumahnya?"
"Ya, Paman. Hesti-obachan tinggal di sini."
"Mereka tinggal dengan anak kecil, benar?"
"Benar, Paman. Yuuki dan Yuui."
".... Maka itu baik." Terdengar suara pria itu tersenyum. "Sampai jumpa lagi. Rahasiakan ini dari siapa pun, mengerti?"
"Baik!"
Suara keduanya sudah jauh pertanda mereka berlari.
Ketika merasa seseorang mendekat ke pagar rumahnya, dengan cepat Yuveria menerjang.
Yujerian bahkan belum sempat bilang hati-hati ketika adiknya sudah melompat hingga pria itu tersungkur. Dengan toples plastik berisi camilan mereka, dia memukul kepala pria itu keras-keras.
"Yuve!"
Adiknya mengerjap polos. "Shimatta," ucap dia tersadar. [Ups.]
Lalu menyengir tanpa rasa bersalah. "Tubuhku bergerak sendiri, Nii."
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments