Keduanya langsung menegang.
Mereka berdua sudah sepakat untuk tidak menyinggung langsung di depan ibu mereka. Rasanya masih lebih baik pura-pura tidak tahu daripada berterus terang.
"Iyye, Haha-ue." Yuveria menjawab tenang. [Tidak, Ibu.]
Sementara Yujerian masih diam.
"Kami berdua tidak merindukan orang yang tidak ada. Yuve hanya sebal pada Hinatsuru saja. Tidak rindu pada Chichi-ue!"
"Honto ni? [Benarkah?]
Yujerian mengerjap. "Doushite sore o?" [Kenapa dengan itu?]
Rasanya tidak mungkin sang ibu tiba-tiba menyinggung sesuatu kecuali ada maksud tertentu dari hal itu.
Sementara itu Hestia merasa sedikit tak nyaman. Ia tak pernah mau memberitahu kedua anaknya kecuali mereka benar-benar mau tahu, tapi memikirkan ucapan ibunya Shin, mau tidak mau itu memang mengganggu.
Bagaimana kalau mereka berdua memang merindukannya? Orang yang tidak pernah ada namun mungkin selalu mereka pertanyakan?
Sebagai anak yang menjadi korban dari kekerasan seorang ayah, Hestia tidak berharap Eros atau siapa pun menjadi ayah dari anaknya.
Pria hanya monster. Itu yang tertanam dalam jiwa Hestia sejak lama sekali.
"Mama mencintai kalian." Hestia tersenyum tulus pada kedua bayi mungilnya. "Mama sangat mencintai kalian dan akan melakukan apa pun, tidak peduli apa pun, agar kalian aman dan bahagia. Mama hanya berpikir bahwa kalian merindukan Ayah? Yuve sering sekali menyinggung Hinatsuru. Kalian ingin punya Ayah juga?"
Sebelum Yuveria menjawab godaan itu, Yujerian segera berkata, "Tidak, Haha-ue. Pria itu tidak ada sejak kami lahir. Bahkan kalau dia muncul sekarang, dia pria asing bagi kami. Kami hanya butuh Haha-ue saja."
Entah kenapa jika ia menjawab 'ingin bertemu Ayah', rasanya Hestia akan semakin terluka.
...*...
^^^Tokyo, Japan.^^^
Eros sudah duduk diam memandangi semua peserta final pertandingan catur musim ini, namun sedikitpun tak menemukan sosok Hestia.
Apa dirinya salah paham? Terlalu hopeless sampai mengira orang lain sebagai Hestia? Tapi ....
"Sepertinya dia berhenti di semi final." Norman datang setelah menyelidiki seluruh peserta. "Lokasinya sudah ditemukan."
"Apa itu Hestia?"
"Hmmm, masih ambigu. Yang kami tahu pemilik akun yang mendaftar pada pertandingan ini milik pemuda biasa. Aku tidak melihat ada hubungan dengan Hestia, tapi tidak ada salahnya mencari."
"Di mana?"
Eros melihat lokasi pulau yang cukup jauh dari tempat mereka, namun langsung bisa dicapai oleh pesawat terbang.
"Kirim orang dulu." Kalau Hestia benar orang itu lalu dia tiba-tiba mundur di babak final dengan kemampuannya, maka dia sengaja tidak ingin ke Tokyo.
Jika Eros tiba-tiba muncul ke sana, kemungkinan dia hanya akan terganggu.
Dia sudah menghilang enam tahun. Eros tak bisa membiarkan dia kabur dan pergi lagi entah ke mana.
...*...
Hestia mengembuskan uap dari mulutnya ke udara. Menatap pemandangan laut lepas di depannya yang sedikit menghanyutkan.
Sejak pembicaraan pagi itu, anak-anaknya tidak pernah sedikitpun menyinggung soal ayah mereka. Padahal Hestia menunggu kapan mereka bisa berhenti bersabar lalu berterus terang.
Tapi ternyata buah memang tak jatuh terlalu jauh dari pohon. Mereka tidak mau berterus terang.
Yah, bukannya ia bisa melakukan sesuatu kalau mereka berkata mau bertemu Ayah mereka. Ia belum pernah mencari tahu kabar tentang Eros. Selain karena tidak penting, juga karena tidak ada gunanya.
Hestia berusaha menghindari sesuatu tentang Indonesia, sebab ia sering merasa takut jika Darius tahu dirinya di sini.
Tak apa kalau hanya Hestia, namun sekarang berbeda. Kedua anaknya juga akan terlibat.
Sekali lagi, Hestia mengembuskan napas berat. Termenung melihat kejauhan laut yang selalu membuatnya merasa bebas namun takut.
Ia bahagia hidup di tempat ini. Sangat bahagia malah, dengan kedua anaknya.
Hanya, kadang-kadang, muncul perasaan ini semua palsu. Mungkin karena pada akhirnya ia tetap kabur.
Dirinya dan Darius terikat, sebagaimana ia terikat pada anak-anaknya.
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments