Setelah menemani Yuveria mampir ke rumah Teruhashi, keduanya langsung berlari menuju rumah mereka.
Langit yang gelap karena salju turun lebat semakin gelap ketika memasuki waktu malam.
Biasanya Hestia belum kembali pukul segini, jadi keduanya bebas menyembunyikan uang masing-masing dari pekerjaan yang mereka lakukan.
Bukannya mereka tak mau kemampuan itu diketahui Hestia. Mereka hanya merasa bahwa hidup mereka akan lebih damai jika tidak mengekspose terlalu jauh mengenai kemampuan yang mereka punya.
Setelah mandi bersama-sama dengan air hangat, Yujerian memegang tangan adiknya ke dapur. Mereka menyiapkan makanan sendiri. Memasak sup mochi hangat sampai terdengar suara Hestia dari luar.
"Tadaima." [Ibu pulang.]
"Okaeri!" [Selamat datang!]
Yuveria langsung berlari keluar. "Haha!" [Ibu!]
Hestia mengangkat tubuh putrinya ke udara dan ikut tertawa melihat dia ceria.
"Hmmm, Mama mencium aroma lezat lagi. Apa dua malaikat kecil Mama ini sedang membuat makanan? Apa untuk Mama juga ada?"
"Tentu saja. Aku memasukkan banyak mochi untuk Yuve dan Haha-ue." Yujerian datang mengambil adiknya agar tidak terlalu lama memanjat di tubuh Hestia. "Mandilah dulu. Makanan akan siap setelah itu."
Hestia tertawa kecil mengusap kepala putranya. "Putraku selalu mandiri. Mama jadi sedih karena tidak melihat kalian bertingkah menggemaskan."
Dengan sengaja Yujerian berpaling. Menarik Yuveria yang menyengir.
...*...
Hestia mendesah lega ketika berendam di air panas lepas aktivitasnya di luar. Suhu menjadi sangat dingin akhir-akhir ini hingga Hestia jadi agak malas keluar.
Matanya memandangi dinding kayu rumah sederhana mereka, dan tersenyum.
Sudah nyaris enam tahun ia berada di desa ini dan kedua anaknya sebentar lagi berusia lima tahun. Rasanya sulit dipercaya Hestia bisa melewatinya sendirian, mengasuh dan merawat mereka sembari berusaha memenuhi kehidupan mereka.
Kalau boleh jujur, yang terberat hanya beban mental. Ia tak pernah khawatir tentang uang, karena sejak lahir sudah dididik ketat oleh Darius bagaimana caranya mendapatkan uang.
Ia juga tak khawatir pada cemohan orang, karena orang-orang di sekitar sini memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap sesama.
Cuma, hanya Hestia sedikit khawatir pada kebahagiaan anaknya. Sebagai orang tua, ia belajar bahwa jauh lebih mencemaskan rasanya setiap kali memikirkan apa sudah baik ia berbuat untuk anaknya atau belum.
Hestia bahagia. Jauh lebih bahagia dari seluruh jenis kebahagiaan yang ia punya selama ini.
Bebas dari kekangan keluarga itu, bebas dari belenggu ternyata adalah hal terbaik dalam hidupnya.
"Haha-ue, mada nano desuka?" [Ibu, apa masih lama?]
Hestia buru-buru beranjak, tahu bahwa sifat anak perempuannya memang kurang sabaran kalau sudah memanggil.
Dia berdiri di depan pintu, mengulurkan sebuah handuk tambahan untuk Hestia mengeringkan rambut.
"Yuve sudah makan, Sayang?"
Sementara adiknya lagi-lagi mengganggu Hestia, Yujerian menyalakan televisi dan menaikkan pemanas ruangan.
Ia duduk dengan kaki tenggelam dalam meja hangat. Menunggu adik dan ibunya datang sebelum memberi isyarat agar Yuveria segera menjauh dari Hestia.
"Yuve kenyang, Yuje-nii."
"Kamu hanya makan sedikit tadi. Ayo makan ini agar tubuhmu hangat."
Anak itu menunjuk ke poci teh di tengah meja. "Ocha."
Hestia menopang dagu memandangi mereka, sambil mengunyah sup mochi buatan anaknya. "Putraku, bagaimana tadi bertemu Paman? Kalian berkenalan dengan bayinya?"
"Um. Paman berterima kasih pada hadiah Haha-ue. Juga, Bibi berkata jika Haha-ue sudah tidak sibuk, mampir dan berkunjung menemui mereka."
Hestia menghela napas. "Mama juga ingin melihat mereka. Tapi maafkan Mama."
"Hinatsuru memamerkan ayahnya lagi, Haha-ue." Yuveria mengadu. "Dia terus menatap kami dengan matanya yang jelek itu! Aku tidak suka bertemu dia!"
"Heeee, benarkah? Yuve masih tidak suka pada Hina-chan?"
"Aku tidak mau suka padanya." Yuveria memalingkan muka.
Tak sadar membuka mulut untuk menerima suapan Yujerian karena kesal.
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments