Cinta si kembar
Bab 10. Jerawat
•
•
Author POV
Sudah cukup lama Aisyah bertatapan dengan Alex, dia sama sekali tidak berpaling dari wajah Aisyah.
Disisi lain, Devi dan Rini yang sedang ingin pulang melihat Aisyah dan Alex sedang bertatapan di tengah jalan.
"Eh Vi, itu Aisyah kan?" kata Rini.
"Iya bener Rin, dia ngapain tatap-tatapan sama Alex begitu?" kata Devi.
"Kita foto aja Dev! Terus kita sebar di socmed biar rame!" usul Rini.
"Oiya bener lu! Yaudah cepet-cepet foto!" ucap Devi menyetujuinya.
Rini mengambil handphone nya dan langsung memfoto kejadian langka itu.
Alex masih serius menatap wajah Aisyah bahkan ia sampai tidak berkedip.
Sementara Aisyah membuang muka dan tersenyum tipis.
"Jangan buang muka dong! Seru tau natap wajah lu kaya tadi!" kata Alex.
"Apaan sih lu? Udah, gua pengen pulang!" kata Aisyah.
Aisyah pergi, namun Alex menahan tangan Aisyah.
"Tunggu!" ucap Alex.
"Apaan lagi sih? Gua mau pulang, lepasin tangan gua!" ujar Aisyah.
"Kalo gua gak mau gimana?" Alex dengan sengaja menggoda gadis itu.
Alex kembali tersenyum dan mendekatkan wajahnya lagi.
"Gua bakal teriak!" ancam Aisyah.
"Teriak aja! Paling yang muncul pak satpam," ujar Alex.
"Yaudah sekarang lu bilang mau lu apaan?" tanya Aisyah kesal.
"Gua mau lu pulang bareng gua," jawab Alex.
"Emang itu yang gua pengen Lex!" batin Aisyah.
"Pengen banget apa lu?" ucap Aisyah.
"Iya gua pengen banget!" ucap Alex.
"Tapi gua gak mau," kata Aisyah.
"Kalo gua maksa gimana?" ujar Alex.
"Yaudah iya iya, gua mau!" Aisyah akhirnya terpaksa mengiyakan keinginan Alex.
"Nah gitu dong!" ucap Alex tersenyum.
Alex menarik tangan Aisyah ke parkiran sekolah.
"Eh eh Dev, Aisyah dibawa kemana tuh?" tanya Rini.
"Mana gua tau! Tapi kayaknya mereka mau ke parkiran tuh." jawab Devi.
"Yaudah gua langsung balik aja ya Dev?" ucap Rini.
"Iya, gua juga mau ketemu cowok gua!" ucap Devi.
Devi dan Rini pergi dari sekolah
Alex dan Aisyah sampai di parkiran motor.
"Nih lu pake!" kata Alex menyodorkan helm.
"Enggak ah! Tar rambut gua rusak!" kata Aisyah.
"Lu pilih mana, rambut lu rusak atau kepala lu bocor?" tanya Alex.
"Enggak dua-duanya lah..!!" jawab Aisyah cemberut.
"Yaudah pake tuh, kalo gak gua gak mau nganter lu!" ujar Alex.
"Ih yaudah kalo gak mau mah! Gua bisa naik taksi!" ketus Aisyah.
Aisyah cemberut dan pergi meninggalkan Alex.
"Susah amat disuruh make helm doang!" batin Alex.
Saat di halte sekolah, Aisyah masih mengharapkan Alex mengajaknya pulang bareng.
Kemudian, Alex muncul dengan motornya. Dia melewati Aisyah begitu saja tanpa menoleh ke arahnya.
Aisyah terus melihat ke arah Alex namun Alex tidak memperdulikan nya.
Aisyah merasa kesal dan memilih jalan kaki ke depan.
Saat sedang berjalan, Aisyah dikagetkan oleh seorang pemotor yang berhenti di depannya.
Dia turun dari motornya dan membuka helmnya. Ternyata dia Daniel.
"Hai Syah! Kok kamu jalan sih? Mobil kamu mana?" tanya Daniel.
"Iya nih hehe.. Mobil aku di rumah." jawab Aisyah.
"Oh gitu. Mau bareng aku gak..??" tawar Daniel.
"Emangnya boleh?" tanya Aisyah penuh harap.
"Ya kalo kamu mau, boleh-boleh aja." jawab Daniel.
"Yaudah deh. Aku bareng kamu sampe jalan raya ya?" ucap Aisyah.
"Kenapa gak sampe rumah kamu aja?" tanya Daniel heran.
"Gausah, aku ke rumahnya naik taksi aja." jawab Aisyah.
"Udah lah gapapa, sampe rumah kamu aja! Daripada harus bayar taksi kan?" ucap Daniel.
"Iya sih, tapi.."
"Udah gausah pake tapi-tapi segala! Ayo naik!" sela Daniel.
"Iyaa.."
Aisyah naik ke motor Daniel dan mereka pun pergi.
Alex ternyata masih memperhatikan Aisyah, dia melihat Aisyah pergi bersama seorang cowok.
"Siapa tuh cowok ya?" batin Alex.
Di jalan, Daniel bertanya kepada Aisyah.
"Syah, kamu udah chatting-an sama Darwin ya? Gimana, dia baik kan?" tanya Daniel.
"Mmm.. Iya dia baik kok, orangnya juga asik." jawab Aisyah.
"Syukur deh kalo gitu." kata Daniel.
"Eh Daniel, kamu kenapa kasih nomor aku ke Darwin? Kenapa bukan kamu yang chat aku?" tanya Aisyah.
"Gapapa, aku cuma pengen kenalin kalian aja." jawab Daniel.
"Tapi kenapa kamu gak pernah chat aku?" tanya Aisyah bingung.
"Kan udah ada Darwin." jawab Daniel singkat.
Mereka pun terdiam dan tidak mengobrol lagi. Tak berselang lama, mereka sampai di rumah Aisyah.
"Udah Niel, disini aja!" ucap Aisyah.
"Oh oke!"
Aisyah turun dari motor Daniel.
"Niel, makasih ya udah mau anterin aku." kata Aisyah sambil tersenyum.
"Iya sama-sama, jadi ini rumah kamu Syah?" kata Daniel.
"Bukan, ini rumah Abang aku." jawab Aisyah.
"Sama aja dong," ucap Daniel tersenyum lebar.
"Iya deh."
"Yaudah, kalo gitu aku langsung pulang ya?" ucap Daniel.
"Iya Niel, hati-hati!" ucap Aisyah.
Daniel pun menyalakan motornya dan pergi dari rumah Aisyah.
Alex melihat mereka dari kejauhan.
"Oh, jadi itu rumah nya Aisyah." batin Alex.
Kania POV
"Gimana, udah siap belum?" tanya Baim pada ku.
"Insyaallah aku siap," jawab ku.
"Yaudah yuk, kita langsung tampil aja! Kayaknya udah rame noh di luar," ucap Baim.
Damar masuk ke ruangan kami dan memberi tahu kalau penonton sudah penuh.
Kami pun keluar dan naik ke panggung.
"Apa kabar semuanyaaaa...??? Semoga kalian selalu sehat agar dapat datang kesini dan melihat kami bernyanyi.. Aamiin ya rabbal alamin.. Nah, hari ini kita kedatangan vokalis baru, dia merupakan siswi SMA kelas 11. Pada mau tahu kan siapa diaaa..?? Ok langsung saja kita sambut.. Ini dia Kania..!!" sambutan Baim.
Aku naik ke panggung dan melambaikan tangan kepada semua penonton disini, mereka terlihat senang melihatku. Tapi aku justru merasa canggung bicara dihadapan mereka. Para penonton itu bertepuk tangan kencang sekali disertai dengan siulan dan teriakan. Itu membuat ku menjadi semakin malu.
"Nah Kania, ada yang mau di omongin gak? Sepatah dua patah kata gitu tentang gimana perasaan kamu gabung ke band kita?" tanya Baim padaku.
"Iya ada," jawabku singkat.
"Oke, silahkan Kania!"
Baim bergeser dan memberi ku mic untuk berbicara.
"Hai semuanyaaaa...!!" sapa ku.
"Haaaiiii...!!!" jawab para penonton serentak.
"Hehe.. Kenalin aku Kania. Aku itu sebenarnya pemalu, aku gak biasa bicara di depan umum kaya gini. Apalagi di hadapan orang banyak. Tapi, aku coba untuk meyakinkan diri aku sendiri supaya aku bisa gak tegang kalau di atas panggung. Akhirnya sekarang aku udah mulai berani dan siap untuk menghibur kalian semuaaaa..."
"Yeeee..."
"Soal gimana perasaan aku bisa gabung disini, itu ya jelas senang banget! Apalagi menyanyi itu adalah hobi aku dari kecil. Aku suka nyanyi di manapun itu, kalau dengar musik sedikit aja pasti aku ke dorong untuk nyanyi. Nah sekarang gak nyangka banget aku bisa mewujudkan mimpi aku menjadi seorang penyanyi, aku harap kalian semua bisa suka sama suara aku dan terhibur dengan nyanyian kami. Kalau suara kurang enak, mohon dimaafkan yaa.." sambung ku.
"Iyaaa..."
"Yaudah deh itu aja yang mau aku omongin, kita langsung aja ke lagu pertama di hari ini,"
Aisyah POV
Aku baru selesai mandi dan memakai pakaian ku, aku duduk di meja rias ku sambil berkaca. Aku kaget melihat ada bintik merah di sebelah kiri wajahku.
"Hah? Kok bisa ada jerawat sih? Gimana dong ini?" ujarku panik.
Aku terus memegangi jerawat itu dan menekan-nekan nya. Aku tidak tahu bagaimana bisa ada jerawat di wajahku, padahal aku sering merawat wajahku.
"Duh gawat nih, bisa diketawain satu sekolah kalo begini. Mana besok juga ada syuting lagi." aku semakin panik dibuatnya.
Lalu, ada yang mengetuk pintu kamar ku dari luar.
TOK TOK TOK...
"Assalamualaikum, Syah kamu di dalam?" tanya bang Morgan dari luar.
"Waalaikumsallam, iya bang aku disini. Masuk aja bang!" jawab ku.
Ceklek.. Krrriiiitttt...
Bang Morgan membuka pintu nya dan menghampiri ku.
"Kenapa bang?" tanya ku sambil mengoleskan krim ke jerawat ku.
"Lu ngapain?" tanya bang Morgan heran.
"Ini lagi ngolesin krim anti jerawat," jawab ku.
"Loh, emangnya lu jerawatan?" tanya bang Morgan sedikit kaget.
"Iya bang. Makanya Aku panik banget. Aku harus bisa ngilangin jerawat ini sekarang juga," jawabku.
"Haha, gak bakal bisa lah jerawat ilang secepat itu!" kekeh bang Morgan.
"Ih, terus gimana dong?" tanyaku panik.
"Yaudah terima nasib aja!" jawabnya.
"Ih, kan besok aku sekolah. Terus juga besok aku ada syuting bang. Gak mungkin dong aku syuting dengan kondisi wajahku yang begini," rengek ku.
"Yah elah kan bisa di make-up!" ucap bang Morgan memberi usul.
"Iya sih, tapi kan kalo di sekolah gimana?" tanyaku.
"Ya emangnya kenapa di sekolah?" bang Morgan justru balik bertanya padaku.
"Aku bisa diledekin lah sama temen-temen aku nanti," jelasku.
"Kagak lah! Kan cuma satu doang," ucap bang Morgan.
"Iya satu. Tapi gede!"
"Hahaha, yaudah berdoa aja semoga gak diketawain!" kekeh bang Morgan.
"Ih..!!"
Aku cemberut dan kembali mengolesi jerawat ku.
"Udah tenang aja! Tar juga ilang kalo udah waktunya," ucap bang Morgan.
"Pokoknya besok aku gak mau sekolah kalo masih ada jerawat nya!" rengek ku.
"Dih, yaudah kalo gak mau sekolah sekalian aja gua keluarin dari sekolah nya!" ancam bang Morgan.
"Ya jangan dong!" aku langsung ketakutan dibuatnya.
"Yaudah gausah lebay! Jerawat satu aja gak mau masuk sekolah!" ketus bang Morgan.
"Ih, Abang gak ngerti sih gimana perasaan aku!" ucapku.
"Hmm.. Terserah lu aja! Nih, tadi dikasih sama pak Iwan. Katanya dari laki-laki yang ngakunya temen kamu," ucap bang Morgan seraya memberikan sebuah kotak di tangannya.
"Hah? Siapa coba?" tanyaku heran.
"Ya mana gua tau! Coba aja lu buka itu!" jawabnya ketus.
Aku pun membuka kotak itu. Ternyata isinya adalah sebuah kalung bertuliskan namaku dan juga sepucuk surat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments