Selama seminggu mereka di kapal akhirnya rombongan Komandan Zu sampai di ibu kota Kerajan Timur Qing.
Para patriak sekte, tetua aliansi dan asosiasi, lalu Komandan Zu dan prajuritnya mereka berpisah dan kembali ke sekte dan tempat masing masing.
Jiyu mengikuti Komandan Zu ke istana kerajaan, mereka naik kereta kuda yang sudah menunggu sebelumnya.
Jiyu duduk di dalam kereta kuda bersama Zhang Qiang yang sudah tidak lagi menyamar sedangkan Komandan Zu lebih memilih naik kuda bersama pasukannya, Jiyu melihat lewat jendela kerata yang di buka.
Sepanjang jalan di kiri kanan terdapat bangunan bangunan tinggi dan mewah yang berdiri, Jiyu juga melihat penduduk yang berpakaian rapi serta mahal.
Tampak penduduk dan anak anak berwajah gembira dan toko toko yang di penuhi pembeli, menandakan taraf penduduk hidup makmur.
Sampai di depan bangunan istana, Jiyu melihat sebuah istana megah dan mewah semua terbuat dari emas, permata, safir, taman bunga yang luas bermekaran, air mancur dan patung pendiri kerajaan setinggi 3 meter meperindah halaman istana.
Komandan Zu turun dari kudanya dan membawa Jiyu dan Zhang Qiang ke ruang singasana.
Di sepanjang lorong terdapat lukisan di dinding, guci guci mewah terbuat dari keramik berjejer dan potret keluarga kerajaan dari leluhur sampai ke Raja yang sekarang berjajar.
''Salam Ayahanda'' Zhang Qiang yang pendiam sepanjang perjalanan pulang dari kota Donghai membungkuk memberi salam kepada ayahnya.
Raja Qiang yang sedang duduk di singgasana bersama putri Qiang Ran yang duduk di samping kiri.
''Ayahanda ini Dokter muda Jiyu, dia juga temanku. Aku mengundangnya untuk tinggal di istana.''
Berdiri di depan mereka seorang pemuda memakai jubah putih, berambut putih, bermata biru mengenakan kacamata hitam dan berambut putih pendek.
''Salam yang mulia Raja, salam Tuan Putri'' Jiyu membungkuk sekilas.
Mereka lalu berbincang banyak hal khususnya sang Raja yang banyak bertanya dari mana asal Jiyu.
Zhan Qiang juga menceritakan pengalamanya selama perjalanan dan ketika dirinya tipu.
''Seperti permainan jika kau kalah tapi tertarik dengan permainan itu, dan kau mendapati dirimu di curangi pasti kau akan marah. Kau pasti akan kembali lagi untuk membalas kekalahanmu, sampai kau tak sadar uangmu habis.'' kata Raja menanggapi cerita putranya.
''Adapun pengalaman dalam benteng, itu akan membuatmu sadar kalau kau harus menjaga rakyatmu dan mempedulikan mereka. Raja tanpa rakyat hanya gelar belaka, dan rakyat tanpa raja hanya ada kekacauan karna tanpa adanya panutan.'' nasihat Raja Qiang.
''Putri antarkan tamu kita ke kekamar, biarkan Dokter Jiyu beristirahat'' perintah Raja Qiang.
Jiyu akhirnya di bawa kekamar tamu menginap di istana, ada sebuah ranjang yang empuk dan luas dari emas bertirai sutra, meja kursi lemari dari kayu terbaik sebagai perabot, dan jendela yang menghadap taman samping istana, kamar itu sederhana tapi ada kesan mewah terasa.
Pagi hari Jiyu mandi dan makan bersama keluarga kerajaan, tapi Jiyu bertanya tanya dalam hati dimana sang ratu karna tidak ikut sarapan bersama.
Putri Qiang Ruo yang di tugaskan untuk menemani Jiyu bertanya apakah dia ingin melihat lihat istana.
Jiyu menolak dan justru minta di antar ke perpustakaan istana.
''Kurasa tidak apa, Ayahanda sedang tidak ada di sana'' gumam putri dan mengajak ke tempat yang Jiyu ingunkan.
Sampai perpustakaan yang berlantai 2 dan ada banyak buku sampai ke langit langit ruangan dan sebuah meja kursi yang ada di pojok ruangan dengan lilin menyala.
''Apa putri pernah melihat potret ini'' tanya Jiyu sambil membuka gulungan potret seorang gadis cantik bergaun bercelana coklat, berambut coklat panjang dan mata coklat keemasan.
''Pangeran bilang kau pernah melihat sepupuku di acara perjamuan'' kata jiyu.
Putri Qiang Ruo mengamati potret itu dengan seksama.
''Ya, aku pernah melihatnya di perjamuan yang di adakan kekaisaran tapi aku tidak tau dia dari mana.''
''Banyak putra putri dari berbagai kerajaan yang di undang waktu itu, jadi aku tak tau siapa saja mereka'' kata Putri Qiang Ruo.
''Maafkan aku Dokter, aku harus pergi jika ada yang Dokter jiyu inginkan aku akan memanggilkan pelayan kemari'' Kata Qiang Ruo karna ada prajurid datang dan membisikkan sesuatu padanya.
''Tak usah aku hanya akan membaca di sini'' kata Jiyu.
Setah Putri pergi Jiyu lalu mencari buku potret dari setiap bangsawan dan keluarga kerajaan lain yang ada di sana.
Jiyu menyusuri semua rak buku di lantai 1 tapi tidak menemukan potret yang dia cari, Jiyu pergi ke lantai 2 dan kembali mencari.
Jiyu sudah membuka semua buku yang di dalamnya memuat keluarga kerajaan atau bangsawan tapi tetep di tidak menemukan potret gadis yang dia cari.
*Apa di kehidupan ini istriku terlahir sebagai orang bisa atau jangan jangan sebagai anak glandangan dan pengemis.
Apa aku harus mulai menyusuri semua kota dan desa di planet ini*
Jiyu menghempuskan nafas dan akhirnya dia membaca sejarah di mulainya kebencian masyarakat pada petualang, karna dia penasaran dengan apa yang terjadi di masa lalu pada planet utama alam 2 ini.
Tepatnya 1500th lalu ketika pengikut Dewa Gelap menyerang semua planet, termasuk planet tempat Jiyu berada sekarang.
Petualang adalah orang yang menyerap energi alam hingga sulit untuk mengentrol kekuatan mereka, maka mereka menggunakan media jimat formasi dan kuas langit.
Petualang juga kesulitan untuk naik tingkatan level, walau ada sumber daya melimpah mereka masih tetap kesulitan.
Sampai akhirnya pengikut Dewa Gelap membagikan metode keji dengan cara mengorbankan darah mahluk hidup, gadis perawan dan bayi baru lahir.
Lambat laun banyak petualang yang tergiur akan kekuatan dan hasutan, membuat mereka melakukan cara cara keji itu.
Mengakibatkan penculikan kerasan dan kerusuhan dimana mana, peperangan hampir terjadi di semua tempat.
Petualang gelap bisa di kalahkan tapi kepercayaan masyarakat sudah hilang kepada mereka.
Untuk menghilangkan pandangan buruk masyarakat adu tarung di gunakan untuk ajang mengenal para petualang, tapi pada kenyataannya adu tarung di gunakan untuk mencatat identitas, menangkap dan membunuh sejumlah besar petualang.
Walaupun tidak semua petualang pengikut Dewa Gelap, tapi masih ada sisa sisa pengikut Dewa Gelap yang bersembunyi.
''Sistem yang kejam, tapi lebih baik kehilangan ratusan nyawa dari pada ribuan nyawa, menyerang lebih dulu sebelum di serang'' kata Jiyu sambil menutup buku dan pergi dari perpustakaan.
Terjadi keributan di istana pelayan dan tabib berlarian ke arah kamar utama sang Raja, ketika Jiyu berjeliling taman.
Suara gaduh mereka sampai terdengar keluar, membuat Jiyu mengikuti pelayan yang berlarian di lorong.
Jiyu sampai di kamar utama yang di tempati raja dan ratu, dia melihat seorang perempuan cantik bergaun biru muda terbaring di ranjang dengan mata terpejam tapi badanya kejang.
Perempuan itu di kelilingi pelayan dan tabib, di ruangan itu juga ada Raja, putra dan putrinya.
''Maaf Yang Mulia kami tidak bisa menyembuhkan Yang Mulia Ratu'' kata semua tabib yang ada di ruangan itu membungkuk gemeteran.
''Kalian tabib terkenal, bagaimana tidak bisa menyembuhkanya. Sembuhkan istriku atau kalian semua ku bunuh'' seru Raja.
Dia sudah memanggil semua tabib dan alkemi tapi jawaban mereka tetap sama membuat Raja murka.
''Mungkin aku bisa menyumbahkanya'' kata Jiyu langsung maju.
''Jika Dokter Jiyu bisa menyembuhkanya, aku Jin Qiang berutang nyawa padamu'' kata Raja Kerajaan Qing.
Jiyu lalu memegang nadi Ratu memeriksa detak jantungnya dan menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh Ratu.
Jiyu juga meminumkan obat bubuk ke mulut Ratu.
''Tunggu selama 1jam, Ratu akan sadar dan sembuh'' kata Jiyu yakin.
Mereka menunggu selama 1jam dan Ratu membuka matanya kesadarannya juga kembali.
''Untung Ratu cuma tertidur selama 2 minggu, Yang Mulia menghirup aroma bunga gaisha yang membuatnya tertidur lama'' kata Jitu.
Kesembuhan Ratu membuat Raja sangat senang dan dia mengadakan jamuan dan mengundang banyak bangsawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments