Halo semuanya..
Ay minta maaf karena kemarin nggak update. Soalnya, Ay lagi fokus ujian. Sekarang ujian udah selesai (setelah berhari-hari yang penuh aura menegangkan, akhirnya lega). Mapel kemarin kimia, sih, jadi harus belajar tekun (anjaayyy... tekun nggak tuh?).
...Selamat menikmati:)...
.......
.......
.......
“Satu minggu.”
“Apanya?” Kyra tidak paham.
“Aku akan mendekati Darren selama satu minggu. Jika Darren menyukaiku, maka kamu harus menerima pernikahan ini. Bagaimana?”
Wow, apa barusan Eiden menantang Kyra? Sebuah tantangan yang dibumbui tawaran aneh?
Tidak ingin merasa kalah, wanita itu menatap Eiden dengan raut angkuh. Kedua tangannya terlipat menyilang. “Ho.. saya tidak menyangka kalau Tuan Eiden, si pebisnis terkenal itu, sangat bapak-able sekali,” ledek Kyra terkekeh.
Ia menyodorkan tangan kanan. “Tapi, jika Anda gagal, jangan pernah memaksa kami lagi. Deal?”
Eiden tersenyum miring. Ia menjabat tangan Kyra. “Deal.”
...💫💫💫...
“Sial, sial, sial!” Kyra menggerutu dalam henti semenjak kakinya menginjak rumah. Kadang ia memukuli dinding, atau bahkan melompat-lompat dengan gaya absurd.
Pokoknya, tingkah Kyra benar-benar aneh.
Darren yang memperhatikan saja capek sendiri. Jujur, sih, dia penasaran. Akan tetapi, sepertinya suasana hati maminya sedang tidak baik. Itu artinya ini bukan waktu yang tepat untuk mengajaknya bicara.
Lalu, sebenarnya apa alasan Kyra bertingkah begitu?
Simple, sih. Wanita itu sedang merutuki kebodohannya sendiri karena menerima tantangan Eiden tanpa pikir panjang. Ya, itu sebabnya Kyra menggerutu sepanjang perjalanan pulang dari mansion Kennedy. Padahal, biasanya wanita beranak satu ini selalu memikirkan keputusannya matang-matang. Lalu, apa tadi?
Dia menerima tantangan Eiden begitu saja tanpa memperhitungkan persentase kemenangan? Wah, ini bukan seperti Kyra yang biasa.
Hari sudah gelap ketika Kyra tiba di rumah, hampir pukul tujuh. Ia langsung masuk ke dalam kamar, membiarkan putranya beraktivitas sendiri. Darren yang mengerti cuma bisa geleng-geleng. Pasti ada hubungannya sama Om Eiden..
“Hm.. Darren jadi kepo. Mami kenapa, ya, sama Om Eiden?”
...💫💫💫...
Suasana hati Kyra yang mendung mempengaruhi mood masaknya. Alhasil, ia tidak membuat hidangan makan malam, melainkan memesan atau delivery. Tidak sering, kok, mereka pesan-pesan begini.
“Uncle-uncle besar di luar udah dikasih, Mi?” tanya Darren memecah keheningan. Uncle-uncle besar yang dimaksud adalah para bodyguard yang berjaga. Pikirnya, ia harus segera mencari topik percakapan jika ingin menarik maminya bicara.
Kyra mengangguk. “Udah, Sayang.”
Ah, sepertinya Kyra jauh lebih baik sekarang. Soalnya, panggilan ‘sayang’ tidak akan pernah mengudara jika mood Kyra jelek.
“What’s wrong with you, Mi?” tanya Darren memberanikan diri.
Kyra menaruh sumpitnya di piring. Helaan napas berat terdengar. Wajahnya kembali murung. “Mami udah ngelakuin kesalahan, Sayang.”
“Kesalahan apa?”
Kyra menyandarkan punggungnya di sofa. Keduanya memang memutuskan untuk makan malam di ruang tengah sembari menikmati siaran TV. Berbagai macam sushi tertata di meja. “Tadi grandma-nya Emily kasih Mami penawaran.”
“Apa?”
“Pernikahan.” Kyra mendesah lelah. “Mami ditawarin buat nikah sama daddy-nya Emily.”
Darren terdiam. Ia sudah menebak jika permasalahan ini ada hubungannya dengan Eiden. Hanya saja, bocah 6 tahun itu tidak menyangka jika topik penyebab sang mami kesal semacam ini.
“Gimana menurut kamu, Sayang?” Kyra menanyai pendapat putranya.
Darren mengerjapkan matanya beberapa kali. Otaknya diputar keras guna menyusun kalimat yang pas untuk diutarakan. “Emm... maksud Mami nanya ‘gimana’, Mami tanya pendapat Darren soal pernikahannya atau soal daddy-nya Emily?”
Oh, my! Darren sedetail itu. Kyra berdeham singkat. “Maybe... dua-duanya?”
Darren manggut-manggut. “Itu tergantung, sih, Mi.” Ia bertanya, “Kenapa grandma-nya Emily mau Mami sama Om Eiden menikah? Apa ada alasan khusus?”
“Katanya, sih, demi kamu.”
Darren menunjuk dirinya sendiri. “Aku?”
“Salah satunya itu. Grandma-nya Emily bilang kalau Mami sama Om Eiden menikah, kamu sama Emily jadi punya keluarga lengkap. Intinya, sih, gitu.”
Darren bergumam. “Sepertinya Darren paham.” Ia memposisikan kakinya bersimpuh di sofa. “Jadi, grandma-nya Emily minta Mami sama Om Eiden menikah karena Darren sama Emily? Kalau dilihat dari situasi tadi siang, sih, ini pasti gara-gara lihat kedekatan Mami sama Emily. Benar, kan?”
Kyra menjentikkan jarinya. “Pemikiran Mami juga sama kayak kamu, Sayang. Aduuuhh.. kita sehati dan sepemikiran rupanya, hihi.”
Darren berdecih. “Lebay banget, Mi.”
“Ini namanya bentuk pengekspresian diri, ya. Jangan diremehkan.”
“Ya, ya, ya.” Darren malas meladeni tingkah absurd Kyra.
Kyra terkekeh pelan. Ia kembali menatap putranya serius. “Menurut kamu, dari pandangan diri kamu sendiri, apa kamu mau kalau Om Eiden jadi papi baru kamu, Sayang?”
“Emm.. Darren nggak tau, Mi, kalau itu. Darren nggak sedekat itu sama daddy-nya Emily. Jadi...” Bingung ingin melanjutkan bagaimana.
Kyra tersenyum lembut, sedikit menduga jika sang anak akan menjawab dengan inti kalimat yang sama. Ia berpindah tempat menjadi di samping Darren, mengecup kepala bocah itu yang nampak senang-senang saja dimanjakan. “Makanya, Mami nggak terima tawaran itu gitu aja, Sayang. Mami sama Om Eiden udah buat kesepakatan.”
“Kesepakatan apa?”
“Om Eiden yang akan bujuk kamu selama satu minggu ini, Sayang. Keputusan ada sama kamu. Kalau kamu suka sama Om Eiden, Mami nggak keberatan buat nikah. Tapi, kalo kamu nggak suka, Om Eiden nggak akan paksa kita lagi.” Kyra mendekap putranya gemas. “Jadi, kemungkinan Om Eiden akan dekati kamu.”
Darren mengangguk paham.
“Darren tau, kan, tugas Darren apa?”
Darren mengangguk lagi. “Menilai seberapa pantas dan tulus Om Eiden.”
...💫💫💫...
Sementara itu, di mansion, Eiden pun tengah berbincang dengan Emily di kamar putrinya. Lelaki itu menjelaskan secara garis besar kesepakatan yang terjalin antara dirinya dan Kyra.
“Beneran, Daddy? Daddy sama mommy mau menikah?” seru Emily semangat.
“Bukan gitu, Sayang.” Eiden menggaruk kepalanya yang tak gatal. Putrinya terlampau bersemangat hingga tidak mendengarkan dengan jelas. “Masalahnya, Daddy nggak dekat sama Kak Darren kamu, Sayang. Jadi, Kyra... dia tolak Daddy karena itu.”
Sumpah, ya. Eiden bingung ingin menjelaskan dengan cara yang bagaimana supaya putrinya mengerti.
“Iiihh.. Emily nggak paham, Daddy!” sungut gadis kecil itu. Ia mengerucutkan bibirnya ke depan.
“Intinya, kalo Emily mau Daddy sama Kyra menikah, Emily bantu Daddy bujuk Kak Darren, ya. Kuncinya di sini itu dia, Sayang. Kalo Kak Darren nggak setuju, berarti Daddy sama Kyra nggak bisa menikah. Tapi—”
“Tapi, kalo Kak Darren setuju, Daddy sama mommy menikah?” sela Emily antusias.
Eiden mengiyakan.
Emily seketika berdiri di atas ranjang sembari bertepuk tangan heboh. “Emily pasti bujuk Kak Darren! Pasti, Daddy! Pasti!”
“Yeaaay.. mommy sama Daddy menikah!”
Eiden tersenyum kecil melihat kebahagiaan putrinya. Ini baru rencana, Emily sudah sesenang ini. Bagaimana jika sungguh-sungguh terjadi? Hari-hari Emily pasti akan secerah mentari.
Apa pun akan Daddy lakukan demi kamu, Sayang, termasuk menikah sekalipun.
Semoga semuanya berjalan lancar...
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
HNF G
heleh.... pdhl sebenernya gak cuma karena emily, tp elu jg suka sm kyra, cuma gengsi aja krn kyra sll nolak elu😁😁😁
2023-08-25
0
Renireni Reni
smg sukksseessss
2023-07-14
1
Liliana_Lily
menurut aku sih lebih nyaman kalau di panggil "mom" or "mommy"
2023-01-08
2