Chapter 16 | Pembantaian

Di rumahnya, Kyra berlarian menuju kamar Reven. Baru saja ia menerima pesan yang mengatakan ada kejanggalan yang sukses membuat Kyra bahagia dan berharap besar.

“Ada apa, Reven?” tanya Kyra to the point.

Reven yang tengah sibuk dengan laptopnya bergegas memindahkan dan berdiri. “Nona, ini.. saya menemukan sesuatu yang aneh.”

“Apa?”

Sebelum melanjutkan, Reven membungkukkan badan. “Saya minta maaf karena tidak mendengar perintah Anda, Nona. Saya terlalu penasaran dengan dalang dibalik pengeboman hotel semalam. Jadi, saya berusaha mencari tahu.”

Lelaki itu bangkit dan mengambil laptopnya. “Setelah ditelaah, pelaku dibalik kejadian semalam adalah anggota mafia The Zero’s,” sambung Reven.

“Mafia.. The Zero’s?” beo Kyra.

Reven mengangguk. “Benar, Nona. Mereka ingin menghabisi incaran mereka.” Ia mengotak-atik laptopnya sebentar. “Data mengenai orang-orang yang menyusup ke hotel berhasil saya dapatkan. Dan....” Reven mendadak ragu untuk melanjutkan.

“Dan apa, Reven? Apa?!” desak Kyra tak sabar.

Reven menggulir bola mata ke kanan dan ke kiri, kebiasaan umum seseorang jika sedang gugup. “Wajah salah satu dari mereka... mirip dengan Tuan Ansel, Nona.”

Napas Kyra tercekat di tenggorokan. Matanya terbuka lebar. Bahkan, tubuh Kyra sampai kehilangan keseimbangan secara mendadak. Beruntung ia bisa menggapai dinding untuk dijadikan tumpuan.

Berlebihan memang. Namun, nama Ansel—yang hampir 7 tahun ini tidak pernah ia dengar—memang sangat berarti di hidup Kyra. Seharusnya, lelaki itu sudah tiada dalam kecelakaan bertahun-tahun silam. Lalu, kenapa semuanya jadi begini?

Setelah menetralkan diri, wanita itu memandang sang tangan kanan datar. “Cari tau soal orang itu. Aku mau semuanya; riwayat hidup, catatan kesehatan, apa saja yang dia lakukan. Aku ingin semua, Reven,” ucapnya dengan penuh penekanan.

Seperti biasa, tugas bawahan hanya bisa mengiyakan tanpa berani mempertanyakan. “Baik, Nona.”

...💫💫💫...

Seperti rutinitas biasa, Kyra mengantar putranya ke sekolah. Bocah itu ngotot ingin masuk, padahal sudah dinasihati supaya Darren istirahat di rumah saja. Wanita itu sedikit khawatir jika sang putra masih syok atau trauma karena kejadian semalam.

Yahh.. walaupun Darren nampak biasa sejak membuka mata, tetapi Kyra tidak akan percaya begitu saja. Ia tahu persis selicik dan secerdas apa anaknya itu.

Pasalnya, Kyra sendiri yang mengajari😭

“Kalo ada apa-apa, bilang sama guru terus suruh hubungi Mami, ya,” pinta Kyra mengingatkan sebelum meninggalkan sekolah putranya.

Darren mengiyakan dengan malas. Maminya itu sudah mengucapkan kalimat yang sama berulang kali. Bosan dia mendengarnya.

“Darren masuk dulu, Mi,” pamit Darren. Sebelum benar-benar melangkah ke dalam, ia mengecup pipi Kyra. Perlakuan manis yang selalu sukses mengembangkan senyum di paras wanita tersebut.

Di sisi lain, Eiden selesai mengantar putrinya ke sekolah pula. Gadis kecil itu merengek ingin pergi ke sekolah. Tidak jauh berbeda dengan pemikiran Kyra, Eiden pun melarang. Menasihati supaya putrinya mau tetap tinggal di dalam rumah guna mengadaptasikan diri.

Sayangnya, si kecil yang imut itu malah ngambek. Jadinya Eiden terpaksa mengantar Emily ke sekolah.

Layaknya rutinitas harian, Eiden tengah berkutat di kantor. Menekuni puluhan kertas dengan tulisan rumit, atau sesekali menengok ke arah laptop untuk mengecek data. Ah, sumpah, sih, pasti sangat membosankan.

Tok tok tok...

“Masuk!” seru Eiden tanpa mengalihkan pandangan dari berkas di tangan.

Garry masuk. Raut tenang yang biasa lelaki itu tunjukkan, kini sirna. Hanya dalam satu kali lirik, Eiden tahu jika ada something yang besar tengah terjadi hingga membuat asistennya itu panik.

“Ada apa?” tanya Eiden.

“Tuan...” Garry bingung ingin menjelaskan dengan kata-kata yang seperti apa.

“Bicara yang jelas, Garry,” cerca Eiden geram. Entah mengapa, firasatnya mulai berspekulasi hal negatif. Jika Garry tetap tidak membuka mulut, bisa-bisa ia salah paham.

Garry menghela napas berat. Dengan kepala tertunduk, ia berkata, “Tuan Aariz dan keluarganya ditemukan tewas di kediaman mereka, Tuan.”

Hening.

Tidak ada perubahan ekspresi yang kentara di paras Eiden. Lelaki itu memasang raut datar dengan sorot tajam. Berbeda dengan kedua tangan Eiden yang mengepal erat hingga buku jarinya memutih, menunjukkan reaksi terhadap berita yang dibawa.

“Tuan besar berpesan supaya Anda segera pulang, Tuan,” tambah Garry. Kepalanya kian menunduk, tidak sanggup mengabarkan berita duka ini kepada sang tuan.

Aariz adalah kakak Abigail—yang artinya merupakan paman Eiden. Seluruh bawahan Eiden sangat tahu seberapa dekat Eiden dengan keluarga Aariz. Keluarga mereka jauh lebih akrab dibandingkan kerabat lain.

Itulah mengapa Garry sangat berat menginformasikan berita ini. Ia yakin, tuannya sedang melawan emosinya sendiri.

Eiden bangkit dari duduknya. “Kita pulang sekarang.”

...💫💫💫...

Raungan Abigail menggema di segala penjuru mansion. Wanita paruh baya itu histeris selepas mendengar berita mengenai sang kakak. Di sampingnya, Cavan berusaha menenangkan. Namun, gagal. Pria paruh baya itu paham jika sang istri sedang terguncang, sulit untuk dikendalikan.

“Mama, Papa.” Eiden tiba dengan raut datar. Riak sendu sedikit terpancar dari matanya—seandainya diperhatikan lebih lanjut. Lelaki itu mencemaskan Abigail yang kondisinya memang mengundang iba.

Pakaian kusut, rambut sedikit berantakan, hidung memerah, mata bengkak, dan pipi basah. Abigail sesayang itu dengan Paman Aariz, kakaknya.

“Eiden, apa kamu bisa pergi ke rumah pamanmu sekarang? Papa minta tolong sama kamu, urus pemakaman dan lain-lain. Papa nyusul setelah mama tenang,” pinta Cavan mendekap Abigail erat.

Eiden menghela napas berat, kepalanya mengangguk pelan. Dengan berat hati, ia meninggalkan mamanya bersama sang papa di mansion. Lagipula, ada yang harus Eiden diselidiki di sana.

Bagaimana bisa satu keluarga meninggal di rumah mereka sendiri?

Eiden yakin. Ini kasus pembunuhan.

...💫💫💫...

Ya, benar. Ini memang kasus pembunuhan. Keluarga Aariz dibantai di kediaman mereka sendiri.

Pertama kali menginjakkan kaki di rumah itu yang Eiden lihat hanyalah darah. Terutama ruang tamu, percikan cairan merah pekat berbau amis itu tersebar di mana-mana. Hampir seluruh benda di sana terdapat tetesan darah.

Di belakang Eiden, ada Garry, Michael, dan Erry. Garry menghubungi kedua sahabatnya yang lain guna membantu penyelidikan. Ketiganya sama-sama tidak menyangka ada orang yang tega menghabisi keluarga Aariz.

Selama ini, Aariz dikenal sebagai sosok yang dermawan. Pria yang merupakan kakak kandung dari Abigail itu sama sekali tidak pernah menyentuh dunia hitam. Ia hanyalah seorang pengusaha, CEO perusahaan milik keluarga.

Orang macam apa yang tega membunuh orang seperti Aariz?

“Eiden!” pekik Michael dan Erry terkejut. Refleks kedua lelaki itu mengalihkan pandangan ke samping. Sumpah, pemandangan di depan begitu menyayat hati.

Eiden dan Garry mematung. Mereka menatap Aariz dengan sorot tak terartikan.

Ya, di depan mereka ada Aariz. Lebih tepatnya mayatnya—yang penuh dengan sayatan dan darah. Bahkan, tubuh dan tangan kanannya terpisah.

Eiden memejamkan matanya erat-erat. Pemandangan di depan terlalu mengerikan untuk diperhatikan lebih lama.

“Siapa pun...” lirih Eiden.

Ia membuka matanya. Mata yang kini berubah merah dengan air di pelupuk mata. “Siapa pun pelakunya, aku jamin mereka akan merasakan sepuluh kali lipat lebih kejam dari ini.”

Itu sumpahku, Paman.. aku janji akan membalaskan dendammu..

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ternyata musuh Kyra dan Eiden adalah orang yg sama...

2025-01-20

0

HNF G

HNF G

apakah emily nanti dititipin ke kyra?

2023-08-25

0

Renireni Reni

Renireni Reni

byk bner musuhnya

2023-07-14

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!