Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok

“Tidak ada luka dalam, hanya luka luar saja yang lumayan serius. Untuk memantau kondisi pasien, kami sarankan supaya pasien dirawat beberapa hari,” ucap dokter yang memeriksa Kyra.

Abigail dan Cavan menghembuskan napas lega. Mereka menoleh ke arah brankar Kyra, ada Darren yang duduk di samping. Bocah itu sama sekali tidak ingin pindah dari sisi sang mami. Tangan mungilnya menggenggam jemari Kyra erat. Sumpah, Darren benar-benar takut kehilangan maminya.

“Nak, mamimu baik-baik saja,” kata Abigail menenangkan Darren.

Darren menoleh. Mata hijaunya berkaca-kaca. “Darren udah nggak punya papi, Oma. Darren nggak mau mami pergi juga,” tuturnya.

Abigail terenyuh. Ia paham betul perasaan Darren. Anak itu tengah ketakutan. Sekalipun wajahnya tampak tenang, hati anak itu pasti berkecamuk.

“Mamimu baik-baik aja, Nak. Jangan sedih lagi, ya,” pinta Abigail mengusap kepala Darren. Anak itu tidak bereaksi. Ia hanya bergerak menaruh kepalanya di telapak tangan Kyra usai mengecupnya.

Abigail hendak berbicara, namun Cavan melarang. Pria itu tahu jika Darren ingin sendiri. Maka dari itu, Cavan meminta salah satu perawat untuk menjaga ruang VVIP yang satu ini selama 24 jam. Namun, Cavan juga meminta supaya perawat itu diam, tidak mengganggu Darren yang ingin menenangkan diri.

Abigail berpamitan pada Darren, akan tetapi anak itu tidak menanggapi. Malahan Abigail mendapati fakta jika Darren tertidur di posisinya. Emily sendiri sudah diantar pulang sejak tadi oleh Cale.

Tersisa Darren dan Kyra di ruang tersebut. Perawat yang berjaga menanti di luar ruangan, tepat di depan bilik, duduk manis di kursi besi. Di dalam, sepasang ibu dan anak itu tertidur lelap. Seandainya situasinya tidak seperti ini, sudah pasti keduanya akan terlihat sangat manis.

...💫💫💫...

Tiga jam kemudian...

Sepasang kelopak mata Kyra mengerjap-ngerjap. Perlahan, bola mata hijau itu menampakkan diri, bergerak ke kanan dan ke kiri guna mengenali lokasi.

Aku di rumah sakit?

Merasakan tangannya berat, Kyra menoleh ke kanan. Putranya terlelap di sana, terlihat nyenyak. Wajah polosnya yang kadang tidak sesuai otak, dan pergerakan dada yang menghirup napas. Ah, Darren-nya ini memang menggemaskan sekali. Diam aja udah lucu, apalagi kalau lagi ngomel.

Kyra ingat kronologis kejadian sebelum ia pingsan. Selepas dari makam sang suami, mobilnya dikejar. Tiga buah mobil dengan belasan pria di dalamnya mengincar Kyra. Beruntung Kyra bisa menitipkan putranya pada gran—tunggu sebentar!

Apa rahasiaku kebongkar? Apa mereka udah tau siapa aku?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkeliaran di kepalanya. Kyra resah. Bagaimana jika orang tua Eiden benar-benar mengetahui jati dirinya? Walaupun mereka tidak pernah terlibat masalah, tapi, kan, Kyra ingin hidup tenang.

Ah, tidak-tidak. Harus positif thinking. Kyra yakin identitasnya belum terkuak. Darren-nya, kan, sangat pintar.

“Mami? Mami udah bangun?” Darren mengucek-ucek matanya.

Tindakan itu diperhatikan dengan cermat oleh Kyra. Wanita itu menyadari jika pakaian yang Darren kenakan masih sama, seragam sekolah. Pasti putranya itu menemaninya tanpa henti.

“Ada yang sakit, Mi?” tanya Darren khawatir.

Kyra menggeleng pelan dengan seulas senyum. “Mami baik-baik aja, Sayang.” Wanita itu melebarkan lengkungan di bibirnya kala melihat sang anak menghembuskan napas lega. “Kamu belum pulang, ya, Sayang? Kok belum ganti baju?”

Darren menggeleng. “Darren, kan, udah janji sama papi buat jagain mami. Jadi, Darren di sini.”

Ah, mereka persis sekali, sih. Sifat Wildan yang suka menepati janji dan bertanggung jawab sepertinya menurun pada Darren.

Kyra melirik sebentar jam yang menggantung. “Ini udah mau jam makan malam, Sayang. Kamu telepon Uncle Reven dulu, ya, buat antarin kamu pulang.”

Darren langsung menggeleng, menolak permintaan Kyra.

“Tapi, kan, Sayang—”

“Darren mau di sini, titik.”

Astaga, kenapa sifat keras kepalaku nurun ke Darren, sih?—batin Kyra meringis.

Kyra menghela napas berat. Kalau sudah memutuskan sesuatu, Darren pasti akan melaksanakan hingga akhir. Sekalipun dinasihati itu berbahaya, Darren pasti tetap kukuh. Bocah ini sangat keras kepala.

Mau nyalahin Darren, tapi dia, kan, dapet sifat itu dari aku. Hadehh..

...💫💫💫...

Darren membantu Kyra minum menggunakan sedotan. Mereka baru saja menyelesaikan acara makan malam bersama.

Karena tidak mau pulang, Kyra menyuruh Darren untuk menghubungi Reven supaya membawakan makanan dan pakaian ganti untuk Darren. Anak lelaki itu tidak membantah sama sekali. Makanya, sekarang baju Darren yang sebelumnya terkena darah telah berganti.

Anak usia 6 tahun itu sudah sangat terbiasa dengan hal-hal berbau rumah sakit. Bau antiseptik, suara monitor Holter, atau cipratan darah. Darren terbiasa dengan semuanya. Maminya ini, kan, sering sekali masuk rumah sakit dan selama ini Darren-lah yang menemani.

Iya dong, Darren yang menemani. Memangnya siapa lagi?

“Darren, apa yang terjadi selama Mami pingsan?” Kyra tampak cemas. “Apa ada yang tau soal siapa Mami?”

Darren melipat tangannya di tepi brankar. Sebenarnya ukuran ranjang rumah sakit itu cukup besar. Kalau Kyra bergeser sedikit, masih banyak ruang yang tersisa. Jelas Darren akan muat.

“Tenang aja, Mi.” Darren mendekatkan bibirnya ke telinga Kyra. “Identitas Mami nggak bocor, kok,” bisiknya.

Kyra mengulum bibir. Yaah.. anaknya ini memang selalu bisa diandalkan. “Kamu pake alasan apa?”

Sebelum menjawab, Darren memperbaiki posisi duduknya. “Darren bilang kalo kemarin Darren tabrak ibu-ibu, terus ibu-ibunya marah dan pukul Darren. Habis itu Mami balas pukul. Karena nggak terima, ibu-ibunya balas Mami, deh.”

Kyra tergelak. Ia mengacungkan jempol kanannya—karena yang kiri sedang diinfus. “Aduh, anak Mami pintar banget, sih.”

Kyra cekikikan melihat putranya bergaya sok cool dengan tangan menyibak rambut. Udah kayak artis Korea saja.

Namun, senyum bangga Darren berangsur luntur melihat perubahan air muka Kyra yang tiba-tiba. “Mami, Mami kenapa? Kok sedih?”

Tangan kanan Kyra terangkat, bergerak mengusap pipi gembul putranya. Bola mata hijau itu mirip sepertinya, namun wajah Darren cenderung mirip dengan Wildan. “Mami minta maaf, ya.”

Bocah laki-laki itu mengerutkan dahi. “Minta maaf? Kenapa Mami minta maaf?”

“Harusnya, Mami ajarin kamu biar nggak suka bohong, Sayang. Tapi, Mami malah suruh kamu buat bohong terus.” Kyra menghela napas berat. “Mami ngerasa bersalah karena udah ngajarin kamu yang nggak benar.”

Darren menggeleng cepat. “Nggak, kok. Mami udah ajarin Darren banyak banget.” Mengulas senyum manis. “Darren ingat, Mami pernah bilang kalo bohong itu nggak baik. Tapi, kalo bohong buat nyelamatin orang, itu dibolehin, kan?”

“Itu yang Darren lakuin, Mami. Darren bohong sama banyaaaaakkk orang biar Mami baik-baik aja. Kalo Darren jujur, pasti banyak orang yang nggak suka sama Mami terus mau celakain Mami. Darren nggak mau itu. Darren tau, kok, mana bohong yang baik sama yang jelek. Darren nggak masalah harus bohong terus asalkan orang yang paliiiinng Darren sayang sehat terus,” sambung Darren semangat.

Hei, apakah Kyra diizinkan menangis di sini? Kenapa kata-kata putranya yang masih berusia 6 tahun ini begitu mengena di hati?

Entah mengapa, Kyra bisa menangkap maksud lain dari kalimat Darren. Putranya itu seolah tidak keberatan melakukan banyak hal demi dirinya. Demi keselamatan Kyra.

Sungguh, Kyra sangat ingin berteriak sekarang. Memberitahu seluruh dunia betapa bangganya ia memiliki anak seperti Darren.

“Mami—”

Ceklekk...

“Kyra?”

Deg!

Mata Kyra membelalak seketika. Kenapa dia datang ke sini?!

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Babang Eiden datang..👏👏👏😄😄 Pasti kerjaannya Emily nih pengen nempel Aunty/calon mommy nya terus...

2025-01-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Bohong demi untuk kebaikan itu di perboleh kan lho Kyra..😄👍

2025-01-20

0

HNF G

HNF G

cieeee..... dijenguk babang eiden🥰🥰🥰

2023-08-25

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!