Chapter 8 | Pasti Mami Jemput

“Kakak, ayo main ke rumah Emily,” ajak Emily antusias. Ia menggenggam tangan Darren dengan sorot penuh harap.

Darren menggeleng. Ia melepas genggaman Emily perlahan. “Hari ini Kakak mau ke makam papi.”

“Eh?” Cavan dan Abigail terkejut.

Kyra tersenyum maklum. Tangannya bergerak menyentuh bahu kecil Darren. “Suami saya sudah meninggal 5 tahun lalu, Nyonya, Tuan.”

Refleks Abigail menutup mulutnya dengan kedua tangan. Fakta barusan sangat tidak disangka oleh keduanya. Jadi, wanita di depannya ini seorang janda? Single parents?

“Daddy Kak Darren sudah meninggal?” Emily berkaca-kaca. “Emily punya daddy, tapi Emily nggak punya mommy. Kalau begitu, kita sama, Kakak.”

Kini, giliran Kyra yang mengerutkan dahi—sok bingung, padahal ia tahu jelas maksud perkataan Emily. Sejak Darren berteman dengan Emily, Kyra langsung mencari tahu latar belakang gadis kecil itu.

Dia Emily Kennedy, putri Eiden Atthallah Kennedy dan Clara Maeve. Keluarga Kennedy adalah salah satu keluarga yang disegani di Indonesia selain keluarga Refalino. Mereka memiliki banyak usaha di berbagai bidang yang berhasil masuk ke skala Asia dan mulai merambah ke benua lain.

Informasi yang Kyra dapat, Eiden dan istrinya sudah berpisah. Untuk alasannya, katanya perasaan keduanya memudar dan merasa tidak saling cocok satu sama lain. Namun, Kyra tahu itu hanya isu pengalihan. Tidak mungkin sepasang suami-istri yang diberitakan begitu bahagia tiba-tiba berpisah. Apalagi posisi mereka bercerai ketika Emily sudah lahir.

Masa iya ada orang tua yang setega itu? Hanya demi perasaan pribadi, mereka berpisah. Jelas sang anak-lah yang menjadi korban.

“Beda. Kamu punya daddy, Kakak punya mami. Itu beda, nggak bisa disamain.” Darren membalas. “Yang namanya daddy nggak bisa disamain sama mommy. Mereka orang yang berbeda, punya peran yang beda juga. Tugas daddy, kan, cari uang, kalo tugas mommy urus keluarga. Jadi, nggak sama.”

Emily mengerjap-ngerjapkan matanya, bingung dengan penuturan Darren yang melebihi batas otaknya.

Darren terkekeh melihat raut menggemaskan Emily. “Udah, udah, kapan-kapan Kakak main. Kakak pergi dulu, ya.”

Kyra dan Darren berpamitan pada keluarga Emily sekali lagi. Lanjut menaiki mobil dan meninggalkan area sekolah.

Hingga mobil jauh dari jangkauan, Emily terus menatapi kendaraan beroda empat itu. Gadis kecil itu tidak mengeluarkan suara sepatah pun, Abigail dan Cavan sampai khawatir dengan kondisi cucu mereka.

“Sayang,” panggil Cavan berlutut di samping Emily.

“Grandpa...” Emily menoleh dengan sorot mengembun. “Emily mau mommy seperti Aunty Kyra, apa boleh?”

Cavan terdiam. Ini dia harus menjawab apa?

...💫💫💫...

Kyra dan Darren berjongkok di samping makam bertuliskan Wildan Hermawan, suami Kyra dan papi Darren. Sepuluh menit berlalu, hanya suara semilir angin yang tertangkap di indra rungu masing-masing.

Perlahan namun pasti, tangan kecil Darren bergerak mengusap nisan sang papi. “Papi, Darren datang.”

Itu kalimat pertama yang Darren ucapkan. Bocah itu tidak menangis sama sekali. Bola mata hijaunya jernih tanpa air, namun sorotnya kosong. Tidak jauh berbeda, Kyra membisu. Selain ingin memberi kesempatan untuk sang putra, wanita itu tengah dilanda kerinduan yang mendalam.

Kyra ingat betul bagaimana karakter Wildan, suaminya. Sosok yang begitu bertanggung jawab, mencintainya dengan tulus, dan menerimanya apa adanya. Demi apa pun, Wildan benar-benar merupakan perumpamaan terbaik untuk suami idaman.

“Papi, Papi apa kabar? Darren baik, kok.” Darren duduk di tanah, tidak peduli jika seragam sekolahnya akan kotor. “Tahun lalu, Darren dapet juara kelas, lho. Darren selalu dapet nilai terbaik di semua mata pelajaran; mewarnai, menggambar, berhitung, menulis, membaca. Darren bisa semua.”

Kyra tersenyum kecil. Putranya bercerita dengan gaya lucu, seolah Wildan sungguh-sungguh ada di hadapan memperhatikan tingkahnya.

“Darren janji akan jadi anak yang baik, kok. Darren pasti bisa banggain mami sama Papi.” Tangan kecil itu bergerak mengusap nisan Wildan sekali lagi. “Darren juga akan jaga mami, Papi. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Darren akan sayang dan jagain mami dari orang-orang jahat.”

“Jadi, Papi tenang aja, ya. Mami bakalan baik-baik aja di sini. Kan, ada Darren. Darren akan bahagiain mami juga. Pokoknya, semua tugas Papi akan Darren lakuin. Kecuali, cari uang, hehe.” Darren tertawa sendiri. “Darren masih sekecil pohon jagung, Papi. Belum boleh cari uang. Mami marah nanti. Tapi, nanti kalo Darren udah besar, Darren akan cari uang yang banyak buat mami.”

Kyra mengusap kepala putranya pelan. “Lihat, Sayang, putra kita sudah dewasa. Dia selalu buat aku bangga. Si kecil kita tumbuh jadi anak yang hebat, pemberani, dan bertanggung jawab..” Tatapan Kyra beralih pada makam Wildan. Seperti kamu, Sayang.

Puas berceloteh ria, Kyra meminta Darren untuk mendoakan sang papi. Mereka memanjatkan harapan dengan khusyuk. Lanjut membersihkan area makam dari rerumputan nakal. Bahkan, Darren dengan sengaja mengatur bunga-bunga supaya menghiasi makam Wildan.

Selepas itu, Kyra mengajak Darren pulang. Buket bunga carnation atau anyelir ditaruh di atas makam Wildan, melambangkan jika mereka akan selalu mengingat Wildan. Sekalipun raga suami Kyra telah terkubur, kenangan dan kasih sayang itu tetap terasa.

Entah Kyra akan menikah lagi atau tidak di masa depan, nama Wildan akan selalu memiliki tempat khusus di hatinya. Nama itu akan tersemat selamanya.

...💫💫💫...

“Mami, kalau orang yang udah meninggal seperti papi, mereka pergi ke mana?” tanya Darren ketika keduanya dalam perjalanan pulang.

Kyra melirik ke samping sekilas. Ia, kan, sedang menyetir. “Mereka pergi ke rumah Tuhan.”

“Oh, berarti kalo pergi ke rumah Tuhan, sekarang Tuhan yang jagain papi, ya?”

Kyra meringis. Ia tidak tahu. Kyra mana tahu penjelasan berbau agamis semacam ini. Kyra ini, kan, seorang pembunuh, jadi.. yah, kadang ia kurang merasa pantas.

“Mami—”

BRAKK!!

Darren terlonjak kaget, begitupun Kyra. Melalui kaca, Kyra bisa melihat ada tiga mobil hitam mengejar. Salah satu dari mereka menghantam mobilnya dengan sengaja.

S*it! Gimana bisa musuh tau kalo ini aku?!!

“Darren, pegangan sama apa pun kuat-kuat. Kita diserang. Mami akan ngebut,” kata Kyra tegas. Ia menarik tuas, lanjut menekan kakinya di pedas gas.

Darren menggenggam seatbelt kencang. Jantungnya berdebar keras. Sepasang matanya terpejam, tidak berani menatap ke depan yang hanya menunjukkan jalanan semu saking cepatnya Kyra berkendara.

Mami cuma lagi cosplay jadi pembalap. Mami sama Darren pasti baik-baik aja.

Kyra meremas kemudi hingga buku jarinya memutih. Seandainya ia sendiri, wanita itu tidak akan takut untuk turun dan menghabisi mereka. Namun, ada Darren yang harus ia lindungi. Wajah putranya, keberadaannya, ataupun eksistensi anak laki-laki itu tidak boleh diketahui.

Perempatan jalan, Kyra mengencangkan laju mobil dan menerobos lampu lalu lintas yang berubah merah. Ketiga mobil di belakang masih mengikuti.

Dor! Dorr!

Kyra hampir oleng. Untung saja ia masih bisa mengendalikan diri. Sebelah tangannya terulur ke samping, Kyra meraih tubuh Darren usai melepas seatbelt. Ia mendudukkan putranya di pangkuan. “Peluk Mami kenceng, Sayang. Jangan dilepas, ya. Kalo takut, tutup mata sama telinga,” pinta Kyra lembut, namun dengan sorot tajam ke arah jalanan.

“Iya, Mami,” lirih Darren patuh. Bocah itu merangkul pinggang Kyra erat sekali. Wajahnya ditenggelamkan di dada sang mami.

Dorr! Door!

Sialan!

Ban mobil tertembak. Demi menghindari kecelakaan, Kyra membanting setir ke kiri hingga menghantam pohon besar. Sebelum benar-benar menabrak, Kyra membalik tubuh sembari memeluk Darren. Orang-orang di sekitar menjerit histeris.

Punggung Kyra membentur setir. Tidak sakit. Bagi Kyra, asalkan putranya baik-baik saja, luka di tubuhnya tidak akan jadi masalah.

Kyra turun dari mobil. Dengan Darren di gendongan, wanita itu berlari sekencang mungkin. Melupakan pelipisnya yang sedikit tergores karena pecahan kaca. Mobil yang mengejar Kyra turut berhenti. Hampir 15 pria lebih turun dari sana dan mengejar Kyra.

Harus lari, harus lari. Darren harus baik-baik saja. Anakku harus baik-baik saja.

Kyra terus mengucapkan kalimat yang sama dalam hati. Anggap saja sebagai penyemangat supaya staminanya mau diajak bekerja sama.

Sebenarnya, lokasi pengejaran itu berada di tengah kota. Banyak insan yang berlalu lalang. Namun, tidak ada satu pun yang bergerak membantu. Mereka terlalu takut dengan para pria yang mengejar Kyra. Apalagi beberapa dari mereka membawa pistol.

“Aku harus ke mana?” gumam Kyra panik. Ia berlari sembari mengedarkan pandangan.

Tubuh Kyra mendadak berhenti. Pandangannya jatuh ke satu mobil di mana ada Emily di sebelahnya. “Itu...”

Kyra menatap Darren yang memeluknya kelewat erat. Bocah laki-laki itu sama sekali tidak membuka matanya. Demi Darren...

Kyra mengubah arah ayunan kakinya. Ia mendekati Emily yang masih bersama Cavan dan Abigail.

“Emily!” teriak Kyra.

Emily menoleh. Ia tersenyum lebar melihat aunty kesayangannya datang mendekat. “Aun—”

Gadis kecil itu membeku. Penampilan Kyra jauh dari kata baik. Bahkan, ada luka di kepala wanita itu.

Abigail dan Cavan ikut memutar kepala. “Kyra?” gumam mereka bingung.

Kyra berdiri di hadapan pasangan suami-istri itu. Ia melepas pelukan Darren usai melirik ke belakang. “Saya mohon, Nyonya, tolong saya.”

“Tolong jaga putra saya, saya mohon.” Kyra mengiba. Ia benar-benar memohon dengan sorot memelas.

“Mami?” Darren yang sudah berpindah pelukan membuka mata. Ia kini berada di gendongan Abigail. “Mami mau ke mana?”

“Mami pergi sebentar, ya. Nanti Mami jemput, oke.” Selepas itu, Kyra melempar senyum. Lanjut berlari ke arah yang berlawanan.

Mata Darren membelalak. “MAMI!!”

“MAMI!! JANGAN TINGGALIN DARREN DI SINI!!”

“MAMIIIIIII....!!!”

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kyra yg lari-lari..Aku yg ngos ngosan,Mana hp nya kenapa gak telpon kakitangan nya sih Kyra..

2025-01-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nyesek aku..🥹🥹🥹😭😭😭

2025-01-20

0

Renireni Reni

Renireni Reni

tegang

2023-07-13

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!