Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya

“Apa kami boleh tahu, siapa anak yang Anda bawa, Nyonya?”

Langkah Kyra berhenti. Tatapannya beralih pada Darren yang tersenyum kecil. “Ini putraku.”

Ribuan flash kembali menyala.

“Anak Anda, Nyonya? Itu artinya Anda sudah menikah?”

“Lalu di mana suami Anda, Nyonya? Apa dia tidak ikut bersama Anda?”

Deg!

Tubuh Kyra membeku. Bibirnya terkatup rapat. Sorot matanya berubah kosong. Tanpa diminta, otak Kyra memutar kenangan-kenangan masa silam bagaikan kaset rusak. Dan, itu membuat hatinya berdenyut nyeri.

Darren mendongak, menatap maminya iba. Pasti mami sedih...

Usai memberanikan diri, Darren menarik ujung pakaian reporter yang bertanya mengenai papinya.

“Eh?” Reporter itu kaget. Suaranya yang sedikit keras menarik perhatian reporter lain dan kameraman. Mereka serempak menunduk, memandang Darren yang tersenyum pada mereka.

“Halo, Aunty, namaku Darren, Darren Gerald Adiva. Umur 6 tahun, putra kesayangan Mami Kyra,” ucap Darren memperkenalkan diri. Ia membuka kacamata hitam dan memperlihatkan bola mata uniknya—yang sama seperti Kyra. “Buat pertanyaan Aunty, boleh Darren aja nggak yang jawab?”

Reporter itu sedikit banyak merasa gemas dengan Darren. Anak itu pemberani sekali. “Boleh, boleh.”

Darren menerima microphone yang diberikan. Ia berdeham singkat sebelum berkata, “Hal—eh, berarti Darren masuk TV, ya?” tanyanya senang. Ia bertepuk tangan riang, girang atas fakta tersebut.

Mau tak mau, Kyra terkekeh. Tangannya bergerak mengusap kepala Darren gemas. Pribadi lain yang menyaksikan pun tak kalah dibuat gemas.

“Oh, iya, Darren, kan, mau ngomong.” Bocah itu menepuk jidatnya, lalu berdeham ulang. “Halo, semuanya. Ini Darren yang bicara, putranya Mami Kyra, Clarissa Kyra Adiva, pemilik Kirren’s Boutique.” Darren melambaikan tangan ke arah kamera.

“Tadi, aunty ini tanya soal papi, ya? Biar Darren jawab, ya.” Darren menyunggingkan senyum tipis. “Papi sekarang lagi tidur, nggak bisa diganggu.”

“Tidur?” beo para reporter dan kameraman.

Darren mengangguk. “Iya, tiga hari yang lalu, Darren ketemu, lho, sama papi. Ketemu di... em.. apa, ya, Mi, nama tempatnya?” Darren mendongak dengan sorot bingung.

Kyra tersenyum kecil. “Kuburan, Sayang. Atau pemakaman juga boleh.”

“Nah, itu. Darren ketemu di kuburan.”

Semua orang terdiam. Mereka membisu seketika. Kalimat Darren walaupun dikatakan dengan nada biasa saja, namun bola mata Darren nampak memburam.

“Papi lagi tidur, Aunty, kata mami nggak bisa dibangunin. Jadi, Aunty jangan, hiks.. jangan ditanyain lagi, ya.” Darren tersenyum, namun air matanya lolos dari pelupuk. “Biar papi bobo’ nyenyak di sana. Jadi, jangan diganggu, ya, Aunty.”

Beberapa gadis di sana nampak mengusap pipi. Mereka kasihan dengan anak sekecil Darren yang sudah kehilangan papinya. Padahal, terlihat jelas Darren sangat menyayangi sosok papinya itu.

Kyra mengambil alih microphone di tangan Darren, lalu mengembalikannya kepada sang reporter. Tanpa memedulikan dress-nya yang akan kusut, Kyra menggendong Darren, menenggelamkan wajah putranya ke ceruk leher. “Suami saya sudah mening—”

“Nggak! Papi cuma bobo’, Mami. Mami jangan bilang gitu lagi, Darren nggak suka,” rengek Darren kesal.

“Iya, Sayang, iya. Papi lagi tidur, oke?” Darren mengangguk, kemudian mengalungkan tangannya di leher Kyra.

“Em.. maaf, apa saya sudah boleh lewat?” tanya Kyra sopan.

Para reporter itu mengangguk. Mereka memberi jalan untuk Kyra. Alhasil, wanita dengan anak di gendongannya itu melangkah anggun memasuki gedung. Sepeninggalan Kyra, para reporter kembali bertugas. Mereka siap menuliskan berita mengenai si pemilik Kirren’s Boutique—yang faktanya memiliki tingkat kesedihan yang lumayan tinggi.

...💫💫💫...

“Enak nggak?” tanya Kyra mengusap kepala putranya. Posisi mereka saat ini duduk melingkar di meja khusus yang disediakan untuk perwakilan Kirren’s Boutique. Reven yang sebelumnya mengantar juga hadir. Sedangkan kelima bodyguard menjaga sekeliling mereka.

Darren mengangguk-angguk. Bibirnya belepotan cokelat karena anak itu tengah menyantap cake cokelat sebagai penutup hidangan. “Enwaakk, Mamwi..”

Kyra terkekeh. “Jangan sampe terlalu kekenyangan, ya.”

“Oke, Mi.”

Beberapa wanita yang merupakan putri para politikus mendatangi Kyra. Hanya sekadar menyapa dan memuji—karena mereka merupakan salah satu penggemar pakaian buatan butik milik Kyra.

Sebenarnya, Kyra malas meladeni wanita-wanita seperti mereka. Akan tetapi, mereka itu pelanggan butiknya, orang yang memberikan keuntungan baginya. Kalau Kyra judes, nanti mereka kabur ke merek lain lagi.

“Nona Kirren?”

Kyra menoleh. Begitupun dengan ketiga wanita yang mengerubungi. Seorang wanita paruh baya lainnya tiba. Dan, mereka mengenali sosok itu sebagai penyelenggara acara ini.

“Nona Kirren?” Wanita tadi menyodorkan tangan. Walaupun umurnya hampir menginjak angka 50-an, wanita itu masih nampak cantik.

Kyra balas menjabat. “Saya Kyra. Kirren adalah nama produk saya, gabungan nama saya dan putra saya,” jelasnya singkat.

“Ah, begitu.” Wanita itu manggut-manggut. “Saya Ayara.”

Kyra mengangguk. “Saya melihat Anda memberikan pidato di atas tadi.”

“Saya sangat senang Anda mau hadir di acara sederhana saya ini,” tutur Ayara merendahkan diri. Lagian, apa yang sederhana coba? Orang tiap sudut ruangan saja dipasangi bunga bertabur kristal.

“Sebenarnya, saya ingin mengirim asisten saya. Tapi, putra saya ingin datang kemari.” Kyra jujur dengan apa yang dialami.

Ayara tertawa anggun. “Apa itu artinya saya harus berterima kasih kepada putra Anda?” candanya. Kedua wanita itu terkikik bersama.

Tawa Kyra hilang dalam sekejap kala ia merasakan tarikan pada tangannya. Ketika ia menunduk, Kyra mendapati putranya tengah menatapnya memelas. “Kenapa, Sayang?”

“Darren mau ke toilet, Mami.”

“Oke, biar Mami an—”

“Mami di sini aja.” Darren melirik Ayara. “Mami ngobrol aja. Darren sama Uncle Reven, ya.”

Berpikir sejenak, barulah Kyra mengangguk. Ia mengode pada Reven supaya menemani Darren ke toilet. Lelaki itu mengangguk patuh dan menggandeng Darren menjauh.

“Apa laki-laki tadi kekasih Anda?” tanya Ayara menggoda Kyra.

Kyra menggeleng. “Bukan, Nyonya. Dia tangan kanan saya yang lain. Anda tahu, kan, pengusaha seperti kita butuh banyak dukungan dan bantuan.”

Perbincangan masih dilanjutkan. Kyra berusaha menyamankan diri karena Ayara nampak ramah. Sayangnya, jiwanya sebagai seorang mafia memberontak.

Ada yang aneh dengan Ayara.

...💫💫💫...

“Terima kasih, Uncle, udah temani Darren,” ucap Darren tulus setelah menuntaskan panggilan alam. Reven tersenyum dan mengangguk.

Keduanya berjalan kembali ke meja milik Kyra.

“KAK DARREN!”

Langkah Darren sontak berhenti. Anak itu membalikkan badan, memastikan jika suara barusan memang ditujukan untuknya. Senyum di bibirnya terukir tipis melihat sosok gadis kecil berlari ke arahnya. Itu Emily.

“Emily? Kamu di sini?” tanya Darren.

Emily tiba di hadapan Reven dan Darren. “Iya, Emily temani grandma ke sini. Tadi Emily lihat, lho, Kakak di TV. Kakak keren sekali,” ucapnya beruntun.

“Terima kasih,” balas Darren.

“Emily! Aduh, kamu jangan lari-lari gitu dong, Sayang.” Abigail menyusul Emily dengan napas ngos-ngosan. Wanita paruh baya itu kaget ketika cucunya yang semula diam tiba-tiba berlari. Mana kuat ia berlari cepat seperti Emily.

Emily menatap Abigail penuh sesal. “Maaf, Grandma. Grandma nggak pa pa, kan?”

Tidak ingin membuat sang cucu khawatir, Abigail mengiyakan. Ia hanya terengah-engah karena memaksakan diri untuk lari. Selebihnya, ibu Eiden ini baik-baik saja.

“Halo, Darren,” sapa Abigail ramah.

“Halo juga, Oma.” Darren memperhatikan Abigail saksama. Lalu, pergi dari sana ke arah stan minuman. Ia meminta segelas air putih dan diberikan kepada Abigail. “Oma minum dulu. Biar baikan.”

Abigail tersenyum kecil. Darren sepertinya memiliki kepribadian yang suka memperhatikan sekitar. Anak itu sigap sekali dalam situasi seperti ini. “Terima kasih, Nak.” Abigail menerima sodoran Darren.

“Aunty Kyra mana, Kak?” Emily celingukan.

Darren menunjuk ke arah lain. “Mami di san—”

BOOMMM..!

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Darren kalo udah gede jadi SUAMI IDAMAN dia..

2025-01-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

😭😭😭😭😭 aku langsung nyesek..

2025-01-20

0

Renireni Reni

Renireni Reni

kok jdi tegang....gantung lgi

2023-07-14

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!