“Apa kami boleh tahu, siapa anak yang Anda bawa, Nyonya?”
Langkah Kyra berhenti. Tatapannya beralih pada Darren yang tersenyum kecil. “Ini putraku.”
Ribuan flash kembali menyala.
“Anak Anda, Nyonya? Itu artinya Anda sudah menikah?”
“Lalu di mana suami Anda, Nyonya? Apa dia tidak ikut bersama Anda?”
Deg!
Tubuh Kyra membeku. Bibirnya terkatup rapat. Sorot matanya berubah kosong. Tanpa diminta, otak Kyra memutar kenangan-kenangan masa silam bagaikan kaset rusak. Dan, itu membuat hatinya berdenyut nyeri.
Darren mendongak, menatap maminya iba. Pasti mami sedih...
Usai memberanikan diri, Darren menarik ujung pakaian reporter yang bertanya mengenai papinya.
“Eh?” Reporter itu kaget. Suaranya yang sedikit keras menarik perhatian reporter lain dan kameraman. Mereka serempak menunduk, memandang Darren yang tersenyum pada mereka.
“Halo, Aunty, namaku Darren, Darren Gerald Adiva. Umur 6 tahun, putra kesayangan Mami Kyra,” ucap Darren memperkenalkan diri. Ia membuka kacamata hitam dan memperlihatkan bola mata uniknya—yang sama seperti Kyra. “Buat pertanyaan Aunty, boleh Darren aja nggak yang jawab?”
Reporter itu sedikit banyak merasa gemas dengan Darren. Anak itu pemberani sekali. “Boleh, boleh.”
Darren menerima microphone yang diberikan. Ia berdeham singkat sebelum berkata, “Hal—eh, berarti Darren masuk TV, ya?” tanyanya senang. Ia bertepuk tangan riang, girang atas fakta tersebut.
Mau tak mau, Kyra terkekeh. Tangannya bergerak mengusap kepala Darren gemas. Pribadi lain yang menyaksikan pun tak kalah dibuat gemas.
“Oh, iya, Darren, kan, mau ngomong.” Bocah itu menepuk jidatnya, lalu berdeham ulang. “Halo, semuanya. Ini Darren yang bicara, putranya Mami Kyra, Clarissa Kyra Adiva, pemilik Kirren’s Boutique.” Darren melambaikan tangan ke arah kamera.
“Tadi, aunty ini tanya soal papi, ya? Biar Darren jawab, ya.” Darren menyunggingkan senyum tipis. “Papi sekarang lagi tidur, nggak bisa diganggu.”
“Tidur?” beo para reporter dan kameraman.
Darren mengangguk. “Iya, tiga hari yang lalu, Darren ketemu, lho, sama papi. Ketemu di... em.. apa, ya, Mi, nama tempatnya?” Darren mendongak dengan sorot bingung.
Kyra tersenyum kecil. “Kuburan, Sayang. Atau pemakaman juga boleh.”
“Nah, itu. Darren ketemu di kuburan.”
Semua orang terdiam. Mereka membisu seketika. Kalimat Darren walaupun dikatakan dengan nada biasa saja, namun bola mata Darren nampak memburam.
“Papi lagi tidur, Aunty, kata mami nggak bisa dibangunin. Jadi, Aunty jangan, hiks.. jangan ditanyain lagi, ya.” Darren tersenyum, namun air matanya lolos dari pelupuk. “Biar papi bobo’ nyenyak di sana. Jadi, jangan diganggu, ya, Aunty.”
Beberapa gadis di sana nampak mengusap pipi. Mereka kasihan dengan anak sekecil Darren yang sudah kehilangan papinya. Padahal, terlihat jelas Darren sangat menyayangi sosok papinya itu.
Kyra mengambil alih microphone di tangan Darren, lalu mengembalikannya kepada sang reporter. Tanpa memedulikan dress-nya yang akan kusut, Kyra menggendong Darren, menenggelamkan wajah putranya ke ceruk leher. “Suami saya sudah mening—”
“Nggak! Papi cuma bobo’, Mami. Mami jangan bilang gitu lagi, Darren nggak suka,” rengek Darren kesal.
“Iya, Sayang, iya. Papi lagi tidur, oke?” Darren mengangguk, kemudian mengalungkan tangannya di leher Kyra.
“Em.. maaf, apa saya sudah boleh lewat?” tanya Kyra sopan.
Para reporter itu mengangguk. Mereka memberi jalan untuk Kyra. Alhasil, wanita dengan anak di gendongannya itu melangkah anggun memasuki gedung. Sepeninggalan Kyra, para reporter kembali bertugas. Mereka siap menuliskan berita mengenai si pemilik Kirren’s Boutique—yang faktanya memiliki tingkat kesedihan yang lumayan tinggi.
...💫💫💫...
“Enak nggak?” tanya Kyra mengusap kepala putranya. Posisi mereka saat ini duduk melingkar di meja khusus yang disediakan untuk perwakilan Kirren’s Boutique. Reven yang sebelumnya mengantar juga hadir. Sedangkan kelima bodyguard menjaga sekeliling mereka.
Darren mengangguk-angguk. Bibirnya belepotan cokelat karena anak itu tengah menyantap cake cokelat sebagai penutup hidangan. “Enwaakk, Mamwi..”
Kyra terkekeh. “Jangan sampe terlalu kekenyangan, ya.”
“Oke, Mi.”
Beberapa wanita yang merupakan putri para politikus mendatangi Kyra. Hanya sekadar menyapa dan memuji—karena mereka merupakan salah satu penggemar pakaian buatan butik milik Kyra.
Sebenarnya, Kyra malas meladeni wanita-wanita seperti mereka. Akan tetapi, mereka itu pelanggan butiknya, orang yang memberikan keuntungan baginya. Kalau Kyra judes, nanti mereka kabur ke merek lain lagi.
“Nona Kirren?”
Kyra menoleh. Begitupun dengan ketiga wanita yang mengerubungi. Seorang wanita paruh baya lainnya tiba. Dan, mereka mengenali sosok itu sebagai penyelenggara acara ini.
“Nona Kirren?” Wanita tadi menyodorkan tangan. Walaupun umurnya hampir menginjak angka 50-an, wanita itu masih nampak cantik.
Kyra balas menjabat. “Saya Kyra. Kirren adalah nama produk saya, gabungan nama saya dan putra saya,” jelasnya singkat.
“Ah, begitu.” Wanita itu manggut-manggut. “Saya Ayara.”
Kyra mengangguk. “Saya melihat Anda memberikan pidato di atas tadi.”
“Saya sangat senang Anda mau hadir di acara sederhana saya ini,” tutur Ayara merendahkan diri. Lagian, apa yang sederhana coba? Orang tiap sudut ruangan saja dipasangi bunga bertabur kristal.
“Sebenarnya, saya ingin mengirim asisten saya. Tapi, putra saya ingin datang kemari.” Kyra jujur dengan apa yang dialami.
Ayara tertawa anggun. “Apa itu artinya saya harus berterima kasih kepada putra Anda?” candanya. Kedua wanita itu terkikik bersama.
Tawa Kyra hilang dalam sekejap kala ia merasakan tarikan pada tangannya. Ketika ia menunduk, Kyra mendapati putranya tengah menatapnya memelas. “Kenapa, Sayang?”
“Darren mau ke toilet, Mami.”
“Oke, biar Mami an—”
“Mami di sini aja.” Darren melirik Ayara. “Mami ngobrol aja. Darren sama Uncle Reven, ya.”
Berpikir sejenak, barulah Kyra mengangguk. Ia mengode pada Reven supaya menemani Darren ke toilet. Lelaki itu mengangguk patuh dan menggandeng Darren menjauh.
“Apa laki-laki tadi kekasih Anda?” tanya Ayara menggoda Kyra.
Kyra menggeleng. “Bukan, Nyonya. Dia tangan kanan saya yang lain. Anda tahu, kan, pengusaha seperti kita butuh banyak dukungan dan bantuan.”
Perbincangan masih dilanjutkan. Kyra berusaha menyamankan diri karena Ayara nampak ramah. Sayangnya, jiwanya sebagai seorang mafia memberontak.
Ada yang aneh dengan Ayara.
...💫💫💫...
“Terima kasih, Uncle, udah temani Darren,” ucap Darren tulus setelah menuntaskan panggilan alam. Reven tersenyum dan mengangguk.
Keduanya berjalan kembali ke meja milik Kyra.
“KAK DARREN!”
Langkah Darren sontak berhenti. Anak itu membalikkan badan, memastikan jika suara barusan memang ditujukan untuknya. Senyum di bibirnya terukir tipis melihat sosok gadis kecil berlari ke arahnya. Itu Emily.
“Emily? Kamu di sini?” tanya Darren.
Emily tiba di hadapan Reven dan Darren. “Iya, Emily temani grandma ke sini. Tadi Emily lihat, lho, Kakak di TV. Kakak keren sekali,” ucapnya beruntun.
“Terima kasih,” balas Darren.
“Emily! Aduh, kamu jangan lari-lari gitu dong, Sayang.” Abigail menyusul Emily dengan napas ngos-ngosan. Wanita paruh baya itu kaget ketika cucunya yang semula diam tiba-tiba berlari. Mana kuat ia berlari cepat seperti Emily.
Emily menatap Abigail penuh sesal. “Maaf, Grandma. Grandma nggak pa pa, kan?”
Tidak ingin membuat sang cucu khawatir, Abigail mengiyakan. Ia hanya terengah-engah karena memaksakan diri untuk lari. Selebihnya, ibu Eiden ini baik-baik saja.
“Halo, Darren,” sapa Abigail ramah.
“Halo juga, Oma.” Darren memperhatikan Abigail saksama. Lalu, pergi dari sana ke arah stan minuman. Ia meminta segelas air putih dan diberikan kepada Abigail. “Oma minum dulu. Biar baikan.”
Abigail tersenyum kecil. Darren sepertinya memiliki kepribadian yang suka memperhatikan sekitar. Anak itu sigap sekali dalam situasi seperti ini. “Terima kasih, Nak.” Abigail menerima sodoran Darren.
“Aunty Kyra mana, Kak?” Emily celingukan.
Darren menunjuk ke arah lain. “Mami di san—”
BOOMMM..!
^^^To be continue...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Darren kalo udah gede jadi SUAMI IDAMAN dia..
2025-01-20
0
Qaisaa Nazarudin
😭😭😭😭😭 aku langsung nyesek..
2025-01-20
0
Renireni Reni
kok jdi tegang....gantung lgi
2023-07-14
1