Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?

Jenazah keluarga Aariz dibawa ke mansion Eiden. Sesuai rencana, mereka akan memakamkan paman Eiden keesokan harinya karena masih harus menanti beberapa pihak keluarga yang tinggal di luar kota atau luar negeri. Banyak sekali yang menyayangkan kepergian keluarga Aariz.

Semenjak melihat jasad sang kakak, Abigail yang sedikit tenang, kembali menangis. Walaupun tidak histeris seperti sebelumnya, wanita paruh baya itu nampak kacau. Abigail duduk di antara Aariz dan istrinya sepanjang malam, tidak mau bergeser sedikitpun juga mengeluarkan suara.

Selain Abigail, Emily juga terguncang mendengar berita ini. Dari Aariz dan istrinya, mereka memiliki satu anak—setelah penantian selama 4 tahun. Seorang gadis kecil berusia 7 tahun. Dan, dia merupakan aunty kecil kesayangan Emily.

Benar-benar tidak manusiawi orang yang membunuh keluarga ini. Bahkan, mereka tega menusuk anak sekecil itu.

Dalam penyelidikan, Eiden dibuat kesal karena tidak berhasil mendapatkan sesuatu untuk dijadikan petunjuk. CCTV yang terpasang sudah dirusak beserta perangkat komputer yang tersambung. Yang bisa ia temukan hanyalah sebilah pisau berlumur darah—yang Eiden harap merupakan salah satu alat yang dipakai pelaku dan terdapat sidik jari supaya mereka mendapat titik terang.

Sesuai rencana, hari ini—setelah malam panjang penuh air mata—keluarga Aariz akan dimakamkan di area khusus milik keluarga Kennedy. Seluruh keluarga besar hadir dengan berbagai ekspresi; ada yang menangis, sok peduli, biasa saja, atau malah tidak hadir sama sekali.

Eiden tidak heran lagi. Di keluarganya, sekalipun ikatan darah yang terjalin lumayan kental, mereka bisa menjadi musuh. Intinya, tidak ada yang bisa dipercaya di sini.

Emily bersikukuh ingin ikut. Gadis kecil itu ingin menemani aunty kecil kesayangannya ke tempat peristirahatan terakhir. Sepasang mata bulatnya membengkak karena terlalu banyak menangis. Tubuhnya dibalut gaun hitam, tidak jauh berbeda dengan insan lain.

Emily melambaikan tangan sewaktu tubuh kaku Varsha, aunty kecil sekaligus putri tunggal Aariz, dibawa pergi. Bibirnya mencebik ke bawah, pertanda bahwa ia tengah menahan tangis. Setelah ini, Emily tidak akan bisa bermain dengan Varsha lagi.

Sementara itu, di sekolah, Darren mencari-cari keberadaan Emily. Karena tidak ketemu, anak Kyra itu sampai bertanya kepada wali kelas Emily. Guru tersebut mengatakan jika Emily tidak masuk karena ada urusan keluarga.

Darren memandangi botol minum pink di tangan dengan saksama. Ini milik Emily, bukan punyanya. Mana mungkin Darren memiliki botol seimut dan se-girly itu.

Kemarin, Darren lupa membawa minum. Emily pun berinisiatif untuk membagi minumannya. Namun, ketika Darren masih minum, tiba-tiba pihak keluarga Emily datang menjemput. Padahal, waktu itu belum jamnya mereka pulang.

Sebelum benar-benar pergi, Darren berteriak jika ia berjanji akan mengembalikan botol minum tersebut besok. Bahkan, bocah itu mengisi botol minum dengan jus buah sebagai tanda terima kasih.

Tapi, sayang, Emily malah tidak masuk.

“Terus gimana dong botolnya?” bingung Darren. Mau tak mau, ia membawanya kembali. Lelaki kecil itu duduk termenung di kelasnya.

Apa Darren ke rumah Emily aja, ya, buat balikin ini? Darren, kan, udah janji. Janji harus ditepati, itu kata mami.

...💫💫💫...

“Ke rumah Emily, Sayang?” Kyra terkejut mendengar permintaan putranya. “Memangnya mau ngapain ke sana?”

Darren mengeluarkan botol minum pink dari tas, menunjukkannya pada sang mami. “Ini punya Emily, Mi. Darren udah janji mau balikin hari ini. Tapi, Emily nggak masuk, katanya ada urusan keluarga.”

Kyra berlutut dan mengusap pipi Darren. “Gimana kalo kita ke sana, kita malah ganggu, Sayang? Emily, kan, ada acara keluarga, pasti dia lagi kumpul sama keluarganya.” Kyra berusaha menjelaskan.

Bukannya tidak ingin mengantar, wanita itu malas jika harus bersitatap dengan daddy Emily yang datar dan menyebalkan itu.

“Kita ke sana, ya, Mi, sebentar aja. Darren udah janji mau balikin hari ini,” lirih Darren. “Nanti kalo emang nggak bisa, kita nggak usah masuk. Kita langsung pulang aja.”

Tidak ingin mengecewakan putranya, Kyra pun mengiyakan. Lagipula, niat Darren, kan, bagus. Anak itu ingin menepati janji, jadi harus didukung, kan?

Haaahh.. mungkin aku yang harus ngalah..

Alhasil, mobil yang Kyra kendarai melaju menuju mansion Kennedy. Ia tahu lokasinya di mana. Bukan hal yang sulit untuk mencari tempat tinggal orang seterkenal mereka.

Butuh waktu hampir 20 menit untuk tiba. Dari luar gerbang, Kyra dan Darren berdecak kagum melihat bangunan mewah yang berdiri kokoh dengan pekarangan luas. Tidak, bukan hanya luas, tapi sangat-sangat-sangat luas, sampai-sampai Kyra bisa memelihara seluruh binatang dari penangkaran.

“Wow, tempatnya keren, Mi,” celetuk Darren. Kyra mengiyakan. Toh, kenyataannya memang seperti itu. “Tapi, kok, banyak orang yang pake baju hitam, ya, Mi?”

Ya, itulah yang menjadi fokus Kyra sedari tadi. Apa yang terjadi di tempat ini sampai—tunggu sebentar! Baju hitam artinya sedang berduka, kan?

Sial! Kyra sungguh-sungguh penasaran.

Darren mendadak ragu. “Kayaknya kita ganggu, deh, Mi,” ucapnya pelan. “Mungkin besok aja.”

Tidak sesuai pemikiran Darren, Kyra turun lebih dulu. Mau tak mau, Darren ikut keluar dan menyusul sang mami yang mendekati satpam.

“Maaf, permisi, Pak.” Kyra bertutur sopan. Dua satpam pria berbadan besar menoleh dan menatapnya tajam. “Ehm, benar ini rumah Emily?”

“Benar. Ada keperluan apa?”

“Tidak, kami hanya ingin bertemu. Tapi, sepertinya di dalam sedang sibuk, ya?” Kyra melirik ke dalam. Wajahnya dibuat kecewa. Seandainya bisa, Darren ingin memberi applause untuk maminya ini.

Di ratu akting memang beda kalau sedang menjalani peran.

“Hm. Di dalam sedang sibuk, jadi pergilah, Nona,” ketus salah satu satpam.

Kyra berlagak ingin kembali. Ia memandang putranya sendu. “Maaf, ya, Sayang. Mungkin kita ketemu Emily lain kali.”

Darren menunjukkan raut kecewa yang kentara—ikut ambil bagian di drama Kyra. Di tangannya ada botol minum pink milik Emily. “Padahal, Darren ingin balikin ini, Mi,” lirihnya sedih.

Salah satu satpam terkesiap. Ia memandang sepasang ibu dan anak di depannya dengan pandangan rumit. Nama Darren pernah ia dengar dari bibir mungil Emily. “Nama Anda Darren?” tanyanya.

Darren mengangguk dengan bibir mencebik ke bawah. “Darren mau balikin ini, Om” Menunjukkan botol minum di tangan. “Darren mau berterima kasih sama Emily. Tapi, nggak bisa, ya, Om?”

Kyra hampir tertawa lepas melihat binar simpati dari mata kedua satpam. Mereka langsung goyah melihat Darren yang memeluk botol minum pink dengan bola mata hijau berkaca-kaca. Sumpah, ternyata kemampuan akting putranya jauh lebih baik dibandingkan dirinya.

Salah satu satpam berdeham guna menetralkan perasaan iba di hati. “Saya akan menghubungi nona kecil untuk bertanya.” Setelah itu, ia berbalik ke pos untuk menghubungi orang dalam.

Darren dan Kyra tersenyum puas dalam hati. Memasang raut polos dan memelas memang cara terampuh untuk menarik perhatian orang lain.

Tidak sampai lima menit, satpam tadi kembali dan mempersilakan Kyra masuk. Bahkan, Kyra diminta untuk memasukkan mobil supaya tidak menghalangi jalan.

“Darren pintar banget, sih, pasang mukanya,” goda Kyra.

Darren terkekeh, paham maksud sang mami. “Kan, belajar dari ahlinya,” tuturnya bangga. Keduanya cekikikan.

“MOMMY!”

Kyra terkejut melihat Emily berlari menghampirinya. Bukan, bukan karena panggilan yang tersemat. Melainkan gaun hitam yang Emily kenakan dan mata bengkak gadis kecil itu.

Sebenarnya apa yang terjadi?

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

ya ampun...kompak banget

2023-07-14

1

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

ngomong2.... ini kyra g ada tnda2 hamil kah....??? kn mreka ( kyra & eiden ) prnah brhubungan intim...

2022-12-31

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!