Chapter 7 | Aku Tidak Bisa

“Maaf, Tuan Muda, ada tamu yang menunggu Anda di dalam,” kata sekretaris Eiden yang berjaga di depan ruangan CEO.

Alis Eiden menukik tajam. “Lalu, kenapa kau biarkan masuk tanpa izinku?” katanya dingin.

Tubuh pria yang menjabat sebagai sekretaris Eiden itu bergetar, apalagi di bagian kaki. “M–maaf, Tuan Muda. Ta–tapi, beliau—”

“Jadi, kau tidak mengizinkanku masuk, Eiden?”

Pandangan Eiden berubah seketika. Sorot mata lelaki itu melunak melihat sosok di depannya. Ia menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. “Ck, jadi kau yang datang?”

Lelaki itu terkekeh cukup keras. “Tentu saja aku. Memangnya, siapa lagi yang berani masuk ke sini tanpa menunggu izin darimu?”

Eiden memutar bola matanya. “Cuma kau, to*ol!”

Bukannya tersinggung, lelaki yang dikatai itu malah tergelak. “Jaga mulut kotormu itu, Eiden. Anakku ada di dalam.”

Eiden mengernyit. “Kau membawa anak kecil kemari?”

“Hei, Paman! Kami bukan anak kecil!”

Gadis dan lelaki kecil menampakkan diri dari dalam ruangan Eiden. Keduanya kembar identik, wajah mereka bahkan hampir sama dengan lelaki dewasa di hadapannya ini. Namun, yang menarik perhatian Eiden adalah bola mata mereka.

Warnanya unik. Violet atau ungu.

“Anak-anakmu lumayan juga, Ray.”

...💫💫💫...

“Mereka anak-anak pertamaku, Jovan sama Jovin.” Rayhan memperkenalkan kedua anaknya. Si kembar yang duduk di sebelah Rayhan mengangguk sopan, menyapa Eiden yang duduk di sofa tunggal.

“Kenapa kau mengajak mereka kemari?” tanya Eiden.

“Sekretarisku, Alvin, sedang tidak bisa hadir. Putrinya demam dan tidak mau ditinggal,” jeda Rayhan menyandarkan punggungnya di bahu sofa. “Jadi, mereka berdua ngotot ingin ikut buat gantiin Alvin.”

“Mereka?” Eiden sedikit ragu. Pasalnya, kedua bocah kembar itu masih remaja—ah, tidak! Malahan mereka masih nampak kecil.

“Umur kami sudah 11 tahun, ya, Paman. Jangan anggap kami masih kecil,” ketus Jovin melipat tangan di depan dada. Jovan mengangguk setuju.

Hei, memangnya apa yang bisa dilakukan anak usia 11 tahun? Aduh, Eiden jadi ragu dengan rival sekaligus temannya ini.

Rayhan geleng-geleng. Ia jelas bisa membaca ketidakyakinan di wajah Eiden. Bagi insan yang belum mengetahui kemampuan kedua anaknya ini, jelas mereka akan ragu. “Udah, ayo kita mulai bahas kontraknya aja.”

Eiden mengangguk. Ia mengeluarkan berkas yang dimaksud, begitupun Rayhan. Jovan mengaktifkan tabletnya dan Jovin membuka tablet milik Alvin.

Eiden tercengang. Yang memimpin koordinator bukan ia ataupun Rayhan, melainkan Jovin. Gadis yang menginjak remaja itu memaparkan semua poin penting mengenai kerja sama antar perusahaan. Bahkan, Jovin sedikit menambahkan beberapa hal detail. Lalu, Jovan, bocah itu mengendalikan proyektor hologram yang katanya ciptaan sendiri. Dengan bantuan gambaran tak kasat itu, setiap poin jadi lebih mudah dipahami.

“Oke, Paman, itu rangkuman yang Jovin sama Uncle Al buat. Jadi, ada poin yang Paman tidak setuju?” tanya Jovin mengakhiri penjabarannya.

Eiden mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, menyadarkan isi kepalanya supaya kembali terkoneksi. “Ah, Paman rasa... tidak.”

Rayhan menyeringai. “Oh, tidak ada?” Ia terkekeh. “Ini akibatnya kalau kau meremehkan seseorang hanya dari penampilan, Eiden. Anak-anakku bukan sembarangan bocah.”

Eiden mengangguk setuju. Ia salah karena sempat meragukan kemampuan si kembar. Ternyata, dibalik wajah imut nan lugu itu tersimpan sejuta kemampuan yang hebat. “Sepertinya, kau sudah memiliki penerus yang hebat,” puji Eiden.

“Apa putramu yang akan melanjutkan perusahaanmu, Ray?” tanya Eiden lagi.

Buru-buru Jovan menggeleng. “No, Paman. Jovan sudah punya mimpi sendiri. Jovan tidak mau kalau disuruh ngurusin dokumen-dokumen menyebalkan ini,” tolaknya cepat.

Eiden mengernyit, sedangkan Rayhan tergelak. “Aku tidak mengekang mereka ingin jadi apa, Eiden. Kalau mereka tidak mau jadi CEO, ya, sudah.”

“Jovin yang akan jadi penerus daddy, Paman. Jovin suka bisnis,” sahut Jovin antusias. Sejak kontrak selesai dibahas, anak remaja yang satu itu menempeli Rayhan, bergelayut di lengan lelaki itu.

Eiden terkekeh. Sepertinya hidup Eiden menarik sekali. “Kau ini punya berapa anak, sih?”

Rayhan, Jovan, dan Jovin mengangkat kelima jari dengan kompak. “Lima,” jawab mereka bersamaan.

Eiden melongo. Apa?! Lima?!!

“Yang pertama kembar dua, yang kedua kembar tiga. Jadi, ada lima,” jelas Rayhan lebih panjang.

Astaga, seberapa lebar perut istri Rayhan ini, sih? Kenapa bisa mengandung sampai 3 anak sekaligus?

“Enak nggak punya anak kembar?” tanya Eiden mulai lebih santai.

Rayhan bergumam sebentar. “Enak nggak enak, sih. Enaknya, sekali lahir langsung dapet banyak, lucu juga, mansion-ku jadi rame. Nggak enaknya, agak repot ngurusnya kalo rewel bareng. Untung, istriku udah terbiasa ngurus anak kembar.”

Eiden manggut-manggut. Ia bisa membayangkan jika ketiga anak Rayhan menangis bersamaan. Pasti sangat merepotkan.

“Anakmu yang lain, umurnya berapa sekarang?” Eiden mendadak jadi sangat penasaran dengan rupa si triplets.

“Hampir 3 tahun.”

Perbincangan dilanjutkan. Mereka bercakap-cakap santai layaknya sahabat. Eiden dan Rayhan memang saling mengenal sejak jamuan pesta beberapa tahun silam. Keduanya sering menjadi rival, saling mengalahkan satu sama lain. Namun, prinsip kedua lelaki itu sama. Sportif dan jujur.

Persaingan keduanya dilandasi rasa jujur. Jika Eiden menang, maka Rayhan akan memberi selamat. Begitupun sebaliknya. Intinya, sih, lelaki-lelaki itu merupakan rival sekaligus teman.

...💫💫💫...

“Kak Darren!” teriak Emily menyusul Darren yang sudah berjalan keluar gerbang. Beruntung Darren mendengar suaranya, bocah itu jadi berhenti dan berbalik.

“Kenapa?” tanya Darren.

Emily tersenyum lebar. “Nggak pa pa, Kak. Emily mau ketemu aunty.”

Darren manggut-manggut saja. Kedua bocah selisih satu tahun itu berjalan beriringan. Tiba di depan, Kyra telah menanti di depan. Wanita itu bahkan melambaikan tangan.

“Halo, Cantik,” sapa Kyra pada Emily.

“Halo, Aunty Kyra.” Emily tersenyum cerah.

Darren mencium pipi Kyra ketika wanita itu berjongkok. Dibalas hal yang serupa oleh Kyra. Emily meremas jemarinya di belakang tubuh, ia iri. Ia ingin diperlakukan hal yang sama oleh mommy-nya. Tetapi, hingga detik ini, Emily tidak pernah berjumpa sekali pun dengan wanita yang telah melahirkannya itu.

“Emily belum dijemput?” tanya Kyra mengusap kepala Emily.

Emily menggeleng. “Belum, Aunty. Hari ini yang jemput bukan daddy soalnya.”

“Oh, ya, terus siapa?”

“Emily?”

Langsung terjawab pertanyaan Kyra. Sepasang wanita dan pria paruh baya tiba dengan mobil mewah. Emily memekik memanggil grandpa dan grandma-nya girang.

“Grandma, Grandpa, ini Aunty Kyra sama Kak Darren. Yang Emily ceritain itu, lho.” Emily menarik sepasang suami-istri itu mendekati Kyra dan Darren.

Kyra memasang senyum sopan. “Halo, Nyonya, Tuan, saya Kyra.”

Abigail mengangguk dengan senyum ramahnya. Sang suami pun turut mengulas senyum. Sebut saja namanya Cavan. Keduanya meneliti wanita di depannya saksama. Kyra terlihat sopan dengan outfitnya.

“Kakak, ayo main ke rumah Emily,” ajak Emily antusias. Ia menggenggam tangan Darren dengan sorot penuh harap.

Darren menggeleng. Ia melepas genggaman Emily perlahan. “Hari ini Kakak mau ke makam papi.”

“Eh?” Cavan dan Abigail terkejut.

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waaahhh HEBAT dan KEREN Jovan dan Jovin 👏👏👏👍👍😄😄

2025-01-20

0

Maria Ulfa

Maria Ulfa

aku mau baju nya itu bagaimana modelnya

2024-02-02

0

Renireni Reni

Renireni Reni

grandma dan grandpanya suka kayaknya sm kyra

2023-07-13

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!