Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia

“Jam berapa ini?” tanya Kyra seperti orang linglung.

“Sembilan malam.”

Kyra membelalakkan matanya. Ia terduduk cepat usai mendorong Eiden dari atasnya. “DARREN!”

“PUTRAKU DI RUMAH!”

...💫💫💫...

Eiden berbaring menyamping dengan tangan menyangga kepala di ranjang. Ia terkekeh melihat kepanikan Kyra yang baru teringat putranya di rumah. Wanita itu sudah berganti pakaian, berjalan ke sana kemari dengan raut bingung.

“Ponselku mana, sih?” Kyra mengitari kamar, mencari keberadaan ponselnya. Lelah berputar-putar, ia menatap Eiden sengit. “Hei, Tuan Narsis, kamu menyembunyikan ponselku, ya?” tuduhnya.

Eiden menaikkan sebelah alisnya. ”Emangnya kamu punya bukti?”

Kyra mengerucutkan bibir ke depan. “Tentu saja tidak! Aku, kan, baru bangun. Aku itu lagi tanya!” ketusnya tidak mau kalah.

“Seingatku, kamu nggak bawa ponsel.”

Kyra memaksa otaknya mengingat ulang kronologi peristiwa. Seharusnya, ia membawa ponsel. Tetapi, ponsel itu ada di... AH, SIAL! PONSELNYA DIBAWA REVEN!

Kyra mengacak-acak rambutnya sendiri, kakinya menghentak-hentak lantai. Kenapa jadi kesal, sih?

Eiden yang melihat sampai mengulum bibir. Kenapa wanita di depannya ini terlihat sangat menggemaskan?

Wanita itu menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Ketika maniknya menangkap keberadaan kunci mobil, ia menyambarnya tanpa permisi. “Aku pinjam mobil.”

Lantaran sudah mendapatkan apa yang diinginkan, Kyra bergegas keluar mansion. Sepanjang kakinya mengayun, wanita itu terus menggerutu tidak jelas. Intinya, Kyra mengomeli bangunan itu karena terlalu luas hingga membuatnya tersesat. Untung saja ada pelayan yang membantunya menunjukkan jalan, ia jadi bisa keluar.

Kyra menekan tombol buka kunci, disahut suara dan nyala lampu mobil Eiden—yang kebetulan terparkir dekat pintu utama. Kayaknya Tuan Narsis pake mobil ini, deh, ke sininya.

Tidak ingin semakin membuat Darren menanti, wanita itu menaiki mobil dengan cepat. Kendaraan beroda empat itu melaju cepat di tengah gelapnya malam. Banyak mobil lain yang disalip oleh Kyra. Masa bodoh jika terjadi tabrakan lalu benda ini tergores. Yang penting adalah kondisi putranya di rumah.

Hanya dalam 14 menit, Kyra tiba di rumah. Ia menghiraukan para bodyguard yang berjaga di depan tengah memberi hormat, memilih segera masuk ke dalam. “Darren! Mami pul—”

Kyra terdiam seribu bahasa. Kenapa situasi rumah tidak seperti dalam bayangan, ya?

Pikir wanita itu, putranya akan menangis atau merengek karena dirinya belum kembali. Namun, apa yang Kyra lihat sekarang. Darren duduk manis di sofa ditemani Mauren sembari menonton film Spongebob. Bocah itu tampak anteng, begitu khidmat menikmati es krim cokelat di tangan.

“Oh, Mami baru pulang?” Darren turun dari sofa. Cup es krim di tangan diletakkan di atas meja. Darren melangkah santai mendekati Kyra yang mematung di ambang pintu. “Mami ke mana aja? Udah selesai hajar orang jahatnya?”

Kyra mengerjapkan matanya beberapa kali. Menyadari pikiran buruknya tidak terjadi, ia menghembuskan napas lega. Wanita itu berlutut, menyamai tingginya dengan sang putra. “Udah selesai, Sayang. Maaf, ya, lama.”

Darren manggut-manggut, mencoba memahami kondisi maminya.

“Darren nggak cari mami, kah?”

Darren berpikir sejenak. “Darren khawatir, kok, sama Mami. Tapi, Darren jauh lebih percaya sama Mami. Mami, kan, hebat, Mami pasti bisa kalahin orang jahat itu.”

Kyra tersenyum haru. Putranya sangat mempercayainya. Namun, yang ia lakukan tadi... ah, bodo amatlah. Lupakan Eiden, fokus dengan kehidupan sendiri dan Darren.

“Darren, kok, belum tidur? Besok, kan, sekolah.” Kyra menuntun putranya untuk kembali ke sofa.

“Darren nggak bisa bobo’ kalo Mami belum pulang. Jadi, Darren tungguin Mami.” Ia tersenyum manis. “Karena Mami udah pulang dan baik-baik aja, Darren mau bobo’ dulu.”

“Iya, Sayang. Tidur, ya. Mami mau bersih-bersih badan dulu, baru nyusul kamu, oke?”

“Oke, Mi.” Darren mengambil cup es krim miliknya yang masih tersisa cukup banyak. Ia membawanya ke dapur, menaruhnya di kulkas. Lanjut masuk ke dalam kamarnya untuk mengistirahatkan diri. Pikirannya sudah plong usai melihat maminya pulang.

Kyra menatap Mauren. “Makasih, Mauren, udah temenin Darren.”

“Santai aja, Kak. Dia itu keponakan gue.” Ya, itu memang benar. Mauren adalah sepupu Kyra, jadi Darren adalah keponakan gadis itu. “Gue numpang nginep, ya? Udah malem, males pulang.”

“Iya, kamu pake aja kamar yang biasanya.”

“Oke.” Mauren pamit ke kamar karena gadis itu pun sudah mengantuk.

Sepeninggalan Mauren dan Darren, Kyra menghembuskan napas panjang. Ia menyandarkan punggungnya di sofa. Hari ini terasa melelahkan baginya—sekalipun ia tidak berkelahi sama sekali.

Sebenernya, apa yang terjadi antara aku sama Tuan Narsis itu, sih? Kenapa aku nggak bisa ingat apa pun?

Pusing memikirkannya, Kyra memutuskan untuk mandi. Ia belum sempat melakukan itu di mansion Eiden tadi karena terlalu panik akan kondisi Darren. Di kamar mandi, Kyra melepas pakaiannya satu per satu. Ia hendak melangkah ke area shower, tapi pandangannya malah jatuh ke cermin.

Kyra melotot. “KYAAA!!! BADANKU KENAPA MERAH-MERAH SEMUA?!!!”

Kyra mengepalkan tangan, menyalurkan kegeramannya. “DASAR BRENGSEK! COWOK MESUM! AWAS, YA, KAMU NANTI!! AKU PASTI BAKALAN HAJAR BURUNG KECILMU ITU!!”

...💫💫💫...

Keesokan harinya...

“Mami, Mami, kok, cemberut gitu, sih?” tanya Darren bingung. Kyra nampak kesal, wanita itu terus memasang raut datar dengan alis menukik tajam selama menyajikan makanan di atas meja makan.

Mauren yang juga ada di sana mengerutkan dahi. “Kakak kenapa?”

Sebelum memasang senyum penuh keterpaksaan, Kyra menghirup napas dalam. Akibat bercak-bercak merah yang ia temukan di tubuhnya semalam, mood wanita itu anjlok ke jurang terdalam. “Nggak pa pa, kok. Lagi kesel aja.”

“Mami kesel sama siapa?”

“Ada, Sayang. Udah, sarapan dulu, yuk.”

Ketiganya pun sarapan bersama dengan khidmat. Masakan yang Kyra buat tidak pernah gagal memanjakan lidah siapa pun. Mungkin memang cocok jika Kyra dijuluki wanita multitalenta. Banyak kemampuan yang belum Kyra tunjukkan di novel ini.

“Gue balik dulu, ya, Kak. Sorry, Jagoan, Aunty nggak bisa anter kamu sekolah. Aunty harus pergi sekarang,” tutur Mauren sebelum pergi.

Darren menggeleng pelan. “No problem, Aunty. Hati-hati di jalan, ya.”

“Oke, Sayang.” Mauren melambaikan tangan yang dibalas sama oleh Darren.

Selepas kepergian Mauren, Kyra menyiapkan pernak-pernik kebutuhan Darren ke sekolah. “Udah siap semua, Sayang?”

“Udah, Mi.”

“Oke, kita berangkat.”

Darren terkikik melihat maminya kembali ceria. “Lets go, Mom!”

...💫💫💫...

“Selamat belajar, Sayang. Yang rajin, ya, biar jadi pintar.” Kyra mengecup puncak kepala putranya sebelum membiarkan Darren masuk ke dalam pekarangan sekolah.

Bocah laki-laki itu tersenyum lebar. “Oke, Mami. Mami hati-hati di jalan, ya.”

“Iya, Sayang.”

Darren melambaikan tangannya, kemudian berjalan memasuki area sekolah. Taman Kanak-Kanak yang lumayan terkenal dan terfavorit di Jakarta.

“Hai, Aunty Kyra.”

Merasa disebut, wanita itu menoleh. Senyum Kyra mengembang melihat Emily tiba dengan gaya rambut dikuncir dua. Namun, raut wajah Kyra berubah masam melihat daddy Emily—yang saat ini terlihat berlipat-lipat lebih menyebalkan.

“Hai, Cantik. Kok baru berangkat?” tanya Kyra basa-basi pada Emily.

Emily mengangguk kuat. “Daddy bangun kesiangan, Aunty. Untung Emily nggak telat tadi,” gerutunya.

Kyra tertawa renyah. Ia mencubit pelan sisi wajah gadis kecil itu. “Masuk dulu sana. Nanti telat beneran, lho.”

Emily tidak membantah sekalipun ia masih ingin berada di dekat Kyra. Ibu dari Darren ini benar-benar membuatnya nyaman. Ia seperti merasa... memiliki mommy yang sangat ia dambakan selama ini.

Emily berpamitan pada Eiden dan melambai pada Garry yang ikut mengantarnya pagi ini. Lalu, berlari kecil memasuki area sekolah.

“Oh, pakai mobilku kemari, Nona Kyra?”

Kyra mendesis sinis melihat senyum mengejek Eiden. Tanpa memedulikan kehadiran Garry, wanita itu menyeret lengan Eiden supaya mengikutinya.

“Kita harus bicara, Tuan Narsis!”

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Daddy kamu malam tadi lembur bikin adek makanya telat bangunnya..🤣🤣🤣

2025-01-20

0

Renireni Reni

Renireni Reni

garry bingung

2023-07-13

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 | Kyra dan Darren
3 Chapter 2 | Eiden dan Emily
4 Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5 Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6 Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7 Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8 Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9 Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10 Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11 Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12 Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13 Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14 Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15 Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16 Chapter 15 | Ledakan
17 Chapter 16 | Pembantaian
18 Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19 Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20 Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21 Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22 Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23 Chapter 22 | Diculik
24 Chapter 23 | Diculik (2)
25 Chapter 24 | Aksi Kyra
26 Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27 Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28 Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29 Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30 Chapter 29 | Menikah Dadakan
31 Chapter 30 | Perubahan Suasana
32 Chapter 31 | Malam Apa?
33 Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34 Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35 Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36 Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37 Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38 Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39 Chapter 38 | Pasti Rindu
40 Chapter 39 | Serangan
41 Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42 Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43 Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44 Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45 Chapter 44 | Ada Mama
46 Chapter 45 | Dibawa Pergi
47 Chapter 46 | Belajar di Mana?
48 Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49 Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50 Chapter 49 | Nenek Sihir!
51 Chapter 50 | Liburan di Villa
52 Chapter 51 | Pergi ke Markas
53 Chapter 52 | Kyra Menghilang
54 Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55 Chapter 54 | Fakta Baru
56 Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57 Chapter 56 | Ingin Bicara
58 Chapter 57 | Cerita Cavan
59 Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60 Chapter 59 | Kerja Sama
61 Chapter 60 | Minta Izin
62 Chapter 61 | Penuh Darah
63 Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64 Chapter 63 | Terbongkar
65 Chapter 64 | Ikut ke Markas
66 Chapter 65 | Keraguan
67 Chapter 66 | Perang Dingin
68 Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69 Chapter 68 | Apa Dia...
70 Chapter 69 | Diawasi
71 Chapter 70 | Ingin Cerita?
72 Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73 Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74 Chapter 73 | Mommy Emily?
75 Chapter 74 | Cerita Eiden
76 Chapter 75 | Ancaman Kyra
77 Chapter 76 | Mainan Baru
78 Chapter 77 | Alih Tugas
79 Chapter 78 | Perang Pecah
80 Chapter 79 | Rencana Gagal?
81 Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82 Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83 Chapter 82 | Kakek Jerome
84 Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 | Kyra dan Darren
3
Chapter 2 | Eiden dan Emily
4
Chapter 3 | Pertemuan Kedua
5
Chapter 4 | Apa yang Kamu Lakukan Padaku?!
6
Chapter 5 | Akan Kuhajar Dia
7
Chapter 6 | Kedatangan Tamu
8
Chapter 7 | Aku Tidak Bisa
9
Chapter 8 | Pasti Mami Jemput
10
Chapter 9 | Bukan Kali Pertama
11
Chapter 10 | Darren Nggak Masalah, kok
12
Chapter 11 | Apa Lebih Baik Menikah?
13
Chapter 12 | Undangan Acara Fashion
14
Chapter 13 | Di Mana Suami Anda?
15
Chapter 14 | Ada yang Aneh Dengannya
16
Chapter 15 | Ledakan
17
Chapter 16 | Pembantaian
18
Chapter 17 | Gaun Hitam dan Mata Bengkak?
19
Chapter 18 | Tantangan Berbumbu Tawaran
20
Chapter 19 | Menilai dan Membujuk
21
Chapter 20 | Momen Pertama yang Canggung
22
Chapter 21 | Pesan Nomor Tidak Dikenal
23
Chapter 22 | Diculik
24
Chapter 23 | Diculik (2)
25
Chapter 24 | Aksi Kyra
26
Chapter 25 | Di Mana Mommy?
27
Chapter 26 | Nasihat Bocah 6 Tahun
28
Chapter 27 | Tentang Tawaran Pernikahan
29
Chapter 28 | Kamu Dukung Mereka?
30
Chapter 29 | Menikah Dadakan
31
Chapter 30 | Perubahan Suasana
32
Chapter 31 | Malam Apa?
33
Chapter 32 | Siapa yang Datang?
34
Chapter 33 | Bodyguard Pribadi
35
Chapter 34 | Raja Sehari Darren
36
Chapter 35 | Raja Sehari Darren (2)
37
Chapter 36 | Nyonya Menangis?
38
Chapter 37 | Masih Raja Sehari?
39
Chapter 38 | Pasti Rindu
40
Chapter 39 | Serangan
41
Chapter 40 | Ungkapan Perasaan
42
Chapter 41 | Pertemuan Kakak Beradik
43
Chapter 42 | Resepsi Pernikahan
44
Chapter 43 | Resepsi Pernikahan (2)
45
Chapter 44 | Ada Mama
46
Chapter 45 | Dibawa Pergi
47
Chapter 46 | Belajar di Mana?
48
Chapter 47 | Kita Saling Melengkapi
49
Chapter 48 | Si Ratu Sehari
50
Chapter 49 | Nenek Sihir!
51
Chapter 50 | Liburan di Villa
52
Chapter 51 | Pergi ke Markas
53
Chapter 52 | Kyra Menghilang
54
Chapter 53 | Kyra Menghilang (2)
55
Chapter 54 | Fakta Baru
56
Chapter 55 | Beban yang Kamu Tanggung...
57
Chapter 56 | Ingin Bicara
58
Chapter 57 | Cerita Cavan
59
Chapter 58 | Harus Diselesaikan
60
Chapter 59 | Kerja Sama
61
Chapter 60 | Minta Izin
62
Chapter 61 | Penuh Darah
63
Chapter 62 | Kejujuran Eiden
64
Chapter 63 | Terbongkar
65
Chapter 64 | Ikut ke Markas
66
Chapter 65 | Keraguan
67
Chapter 66 | Perang Dingin
68
Chapter 67 | Terima Kasih, Wildan
69
Chapter 68 | Apa Dia...
70
Chapter 69 | Diawasi
71
Chapter 70 | Ingin Cerita?
72
Chapter 71 | Happy Birthday, Darren
73
Chapter 72 | Happy Birthday, Darren (2)
74
Chapter 73 | Mommy Emily?
75
Chapter 74 | Cerita Eiden
76
Chapter 75 | Ancaman Kyra
77
Chapter 76 | Mainan Baru
78
Chapter 77 | Alih Tugas
79
Chapter 78 | Perang Pecah
80
Chapter 79 | Rencana Gagal?
81
Chapter 80 | Kyra ke Mana?
82
Chapter 81 | Jenis Kelamin si Baby?
83
Chapter 82 | Kakek Jerome
84
Chapter 83 | The Last: Welcome, Baby Boy

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!